Bab 9

Maura menarik nafas beberapa kali sebelum akhirnya masuk kedalam kamar rawat Oma Lea. Ini pertemuan pertamanya kembali dengan Rafa setelah sekitar tiga minggu yang lalu Rafa menikah dengan wanita lain dan bukan dengan dirinya. Dia masuk dan mengucapkan salam, tidak lupa dia juga tersenyum pada semua orang yang tengah menjenguk Oma Lea.

"Walaikumsalam!" Jawab mereka serempak.

Pandangan mata Maura bersitatap dengan pandangan Rafa. Ini untuk pertama kalinya Rafa tidak memalingkan pandangannya saat bersitatap mata dengan dirinya. Entah apa yang Rafa pikirkan saat ini, Maura tidak tahu dan tidak ingin tahu. Maura sudah tidak peduli lagi dengan perasaannya pada Rafa, yang dia pedulikan saat ini dirinya sendiri juga janin yang ada di dalam kandungannya. Meski dirinya terkadang masih mengingat Rafa walau hanya sedikit. Sepuluh tahun lebih tidak mudah bagi Maura untuk melupakan cintanya pada Rafa begitu saja.

"Kamu dari mana tadi, Nak?" Tanya Annisa. Dia menarik pelan tangan Maura dan dipegangnya. Sudah lama dia tidak bertemu dengan Maura. Terakhir kali saat pernikahan Rafa tiga minggu yang lalu. Itupun hanya sebentar karena Maura langsung pamit pulang dan dirinya juga sibuk menerima tamu.

"Dari roof top, Umma." Jawab Maura. Dia melihat ke arah Rafa beserta istrinya. "Apa kabar, Kak?" Tanya Maura dengan menampilkan senyum di wajahnya. Dia berusaha tidak terjadi apa-apa sebelumnya pada mereka.

Freya yang melihat Maura mau kembali dan menemui Rafa ikut senang. Seenggaknya putrinya itu sudah bisa move on meski dia tahu kalau Maura masih memiliki rasa pada Rafa. Setidaknya Maura sudah bisa menerima kenyataan kalau Rafa sudah tidak bisa dia dapatkan lagi.

Rafa tersenyum pada Maura sebelum menjawab pertanyaan dari gadis itu. "Kabar baik. Sangat baik." Jawabnya.

"Ya, gimana tidak baik. Sekarang kan sudah ada yang ngurus. Benar tidak Umma?" Kelakar Maura menghilangkan ketegangan yang dia rasakan saat ini. Jujur saja, dia masih tegang dan belum siap bertemu dengan Rafa. Tapi terpaksa harus dia lakukan karena takut dibilang gagal move on. Apalagi dirinya juga sudah tidak mungkin mengejar cinta Rafa lagi mengingat kondisinya saat ini yang sudah tidak suci lagi.

"Benar banget. Bayi Umma berkurang satu sekarang." Balas Annisa membuat yang lainnya tertawa.

"Hai, Ra!" Sapa Kamila, istri dari Rafa. Dia wanita yang memiliki paras cantik dan bermata bulat. Dia berhijab dengan pakaian syar'i nya. Sesuai sekali dengan kriteria yang Rafa inginkan. Tidak seperti Maura yang suka memakai pakaian terbuka, bahkan menyemir rambutnya dan suka bersolek.

"Hai, Kak!" Balas Maura dengan canggung. Dia memang belum begitu akrab dengan Kamila. Baru dua tiga kali dia bertemu, itupun hanya saling sapa dan belum pernah mengobrol lama.

"Umma sudah dari tadi datangnya?" Tanya Maura. Kini mereka semua duduk si sofa, kecuali Freya yang duduk disamping Oma Lea. Dia tengah memijat kaki Oma Lea.

"Lumayan. Tadi Rafa mengajak jenguk Oma saat tahu Oma masuk rumah sakit. Padahal pagi tadi mereka baru pulang honeymoon." Annisa menatap anak dan menantunya bergantian. "Pulang-pulang langsung bawa cucu. Mila hamil." Bisik Annisa pada Maura.

Maura tersenyum kecut mendengar itu. Bukannya dia tidak senang mendengar kabar dari Annisa kalau kini Kamila hamil anak Rafa. Melainkan dia meratapi nasibnya yang malang. Dia juga hamil, tapi kehamilannya tanpa seorang suami, bahkan dia sendiri belum tahu siapa yang sudah menanam benih dirahimnya.

"Selamat ya Umma." Ucap Maura pelan. Kini Maura beralih menatap sepasang suami-isteri baru. "Selamat ya Kak Rafa, Kak Mila." Dengan tersenyum Maura mengucapkan selamat.

"Bun!!" Maura berdiri dari duduknya. "Biar Maura saja yang pijitin Oma." Maura berjalan mendekati Freya dan meminta Freya untuk bergabung duduk di sofa.

Melihat raut wajah Maura, Freya paham. Dia membiarkan Maura memijit kaki Oma Lea. Pasti tadi Annisa mengatakan sesuatu hingga membuat mood Maura berubah, pikirnya.

🌷🌷🌷

Keesokan harinya.

Raka mengurus kepulangan Aurel dari rumah sakit. Dia akan mengajak adiknya itu pulang, bukan ke rumah Fabian, melainkan ke rumahya sendiri. Dan dia melakukan itu tanpa sepengetahuan dari Fabian.

Raka juga meminta Aurel untuk bercerai dengan Fabian dan Aurel menyetujui itu tanpa paksaan. Aurel sudah tidak sanggup lagi mencintai sendirian. Dia sudah berusaha melupakan cintanya untuk Febry dan berusaha mencintai Fabian, tapi nyatanya Fabian sama sekali tidak memiliki rasa apapun pada dirinya. Fabian bersama dirinya hanya karena janjinya pada Febry yang akan selalu menjaga dirinya dan juga Kasih. Aurel menyesal, kenapa dengan mudah memberikan hatinya untuk Fabian yang jelas-jelas sama sekali tidak meliriknya. Kini keputusannya sudah bulat, tanpa dipaksa dia mengajukan surat cerai ke pengadilan.

"Kita jemput Kasih dulu." Aurel hanya mengangguk, mengiyakan apa yang Raka katakan pada dirinya. Saat ini dia bersama Raka tengah perjalanan menuju rumah Fabian. Kebetulan, siang ini Fabian ada jadwal operasi jadi memudahkan Raka untuk menjalankan tugasnya.

Mereka sudah sampai di rumah Fabian. Raka meminta suster yang mengurus Kasih membereskan barang dan juga keperluan Kasih secepatnya. Dia juga meminta Bibi yang bekerja di rumah Fabian untuk tutup mulut.

"Kak! Aku ke atas dulu." Ucap Aurel dengan suara lirih.

Raka memberikan saja, dia tahu pasti adiknya itu ingin mengenang sebentar pernikahannya dengan Fabian. Walau nyatanya pernikahan itu hanya sebuah janji semata pada orang yang sudah meninggal, bukan untuk beribadah kepada Allah.

Aurel masuk kedalam kamar Fabian. Kamar yang belum pernah dia tempati untuk tidur selama tiga tahun menjadi istri Fabian. Meski dulu pernikahannya dengan Fabian terpaksa dia lakukan karena permintaan Febry. Seiring berjalannya waktu, Aurel memiliki perasaan pada Fabian. Bukan karena paras tampan yang Fabian miliki, melainkan karena perhatian yang Fabian berikan. Meski terkesan dingin dan cuek, ada sedikit perhatian yang Fabian berikan untuk dirinya. Itu yang membuat hati Aurel luruh dan menimbulkan percikan api cinta. Walau dia sendiri sadar kalau Fabian sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada dirinya.

"Terima kasih untuk pernikahan tiga tahun ini. Terima kasih sudah menjaga aku dan Kasih selama tiga tahun ini. Terima kasih atas perhatian yang kamu berikan padaku juga Kasih. Terima kasih sudah menyayangi Kasih dan menganggap Kasih seperti anak sendiri. Terima kasih untuk semuanya." Ucap Aurel dengan suara bergetar menahan tangis.

"Aku sudah berusaha, tapi tidak kamu balas dan justru kamu melakukan kesalahan hingga membuat seorang gadis hamil di luar nikah." Akhirnya air mata Aurel jatuh juga, dia menangis mengingat kalau Fabian sudah membuat seorang gadis hamil.

"Maafkan aku, Mas Febry. Aku tidak bisa menepati janji dan permintaan terakhir kamu. Aku akan berpisah dengan Fabian. Ini sudah menjadi keputusan ku. Aku janji sama kamu, aku dan Kasih akan hidup bahagia meski tidak bersama Fabian."

Terpopuler

Comments

Yeni Fitriani

Yeni Fitriani

lagian aneh banget ada keluarg yg menaksakan turun ranjang atau naik ranjang....apa gak jijik ya pas bercinta kebayang bayang sm saudara kandung kita yg juga nyelup ke lobang yg sama.....klo udh jd janda or duda ya carilah pengnti yg org lain....jgn memaksa saudara sendiri utk menikahi dgn dalih biar di jaga dan dilindungi....pdhl klo saudara mah bisa menjaga dan melindungi tanpa harus menikahi.

2025-01-09

0

Yani Hendayani

Yani Hendayani

ceuk urang Sunda mah tong siga monyet ngagugulung kalapa, ayo move on Aurel💪

2023-09-18

1

Pasrah

Pasrah

lagian kakak nya ada " aja walaupun sayang banget sm istri nya kenapa menghancurkan masa depan adiknya sendiri sih

2023-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!