Bab 11

"Jadi wanita yang sudah Bian bikin hamil itu Maura, putri Paman Bryan." Ucap Raka saat tahu siapa orang yang sudah Fabian bikin berbadan dua. Kedua tangannya mengepal erat, rahangnya mengeras hingga otot di sekitar leher menonjol keluar. Sepertinya dia tengah menahan amarah pada Fabian. "Kenapa harus Maura?" Gumam Raka lirih, dia terlihat begitu kesal dan geram mengetahui kebenaran informasi yang dia dapat

"Sial!!" Raka menggebrak meja dengan sangat keras hingga membuat laptop dihadapannya bergetar bahkan bergeser sedikit. Nafasnya memburu, dadanya naik-turun menahan amarah di dalam hatinya.

Sungguh diluar dugaan Raka. Fabian melakukan kesalahan dan berurusan dengan keluarga Abrisam. Raka tidak mau ikut campur meski hatinya terasa sakit bila mengingat adiknya, Aurel. Bercerai dengan Fabian memang keputusan yang tepat daripada harus berurusan dengan keluarga Abrisam. Dia nanti bisa mencarikan sosok suami yang baik untuk Aurel, yang mencintai dan sayang sama Aurel juga Kasih tentunya. Tapi dia juga merasa kesal saat tahu Maura lah yang jadi korban atas perbuatan Fabian.

"Semoga Paman Bryan memberikan balasan yang setimpal untukmu, Bian."

🌷🌷🌷

Maura keluar dari kamar Oma Lea setelah memastikan kalau Oma Lea sudah tidur. Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit akhirnya kemarin Oma Lea diperbolehkan pulang meski mereka harus menerima kenyataan kalau Oma Lea terkesan stroke ringan.

Maura melangkahkan kakinya menuju mini kitchen yang ada di lantai dua. Dia yang merasa lapar padahal tadi sudah makan malam mencari makanan yang bisa dia makan didalam kulkas.

"Kenapa hanya minuman aja isinya?" Gumam Maura karena tidak menemukan camilan ataupun buah-buahan didalam kulkas. Dia melihat mie instan di dalam kabinet, namun dia urung mau mengolahnya.

"Kebawah aja, siapa tahu ada makanan." Maura memutuskan ke dapur yang ada dilantai bawah. Seingat dia tadi ada beberapa lauk yang masih ada dan disimpan di chiller kulkas.

Maura memelankan langkah kakinya saat samar-samar dia mendengar obrolan di dalam ruang baca yang ada di lantai satu. Pintu ruangan itu terbuka setengah dan Maura bisa melihat siapa orang yang ada didalam sana, bahkan dia juga bisa mendengar obrolan mereka.

"Ayah sama Bunda lagi bahas apa ya." Maura yang penasaran mendekati ruang baca itu. Langkahnya terhenti saat ternyata kedua orang tuanya membahas tentang lelaki yang sudah merenggut kesuciannya dan membuat dirinya hamil sekarang.

"Apa Mas Bryan sudah menemui lelaki itu lagi?" Tanya Freya mengingat pertemuan pertama Bryan dengan Fabian tertunda karena Oma Lea masuk rumah sakit.

"Belum." Jawab Bryan lirih dengan gelengan kepala. Matanya memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong. Seperti ada yang tengah dipikirkan sama lelaki paruh baya yang masih terlihat berkarisma dan berwibawa itu meski usianya sudah kepala lima.

"Jadi benar kalau dia itu sudah punya istri juga anak?" Freya memastikan sekali lagi takut informasi yang dia dapat dari Bara kemarin salah atau kurang tepat.

"Iya. Dia sudah menikah dan punya anak." Meski Bryan tengah memikirkan sesuatu, tapi dia tetap menjawab apa yang Freya tanyakan pada dirinya.

Maura yang mendengar apa yang Ayahnya katakan menutup mulutnya tidak percaya. Ternyata lelaki yang sudah membuatnya hamil adalah suami orang. Dia menggeleng kepala tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. "Lelaki itu sudah beristri." gumam Maura lirih. Seperti dia sudah tidak memerlukan pertanggung jawaban dari lelaki itu.

"Apa Mas Bryan yakin akan meminta lelaki itu tanggung jawab?" Tanya Freya lagi. "Aku nggak mau Maura jadi istri kedua. Aku nggak tega melihat putri ku dimadu." Freya menolak bila memang Bryan meminta Fabian menikah dengan Maura. Dia tidak ingin Maura menjadi istri kedua. Dia tidak ingin nantinya Maura dicap sebagai perusak rumah tangga orang. Lebih baik Maura sendiri membesarkan anaknya, masih ada dirinya juga Bryan dan lainnya yang akan sayang dan menerima Maura dan juga anaknya nantinya.

"Aku juga nggak mau putri ku jadi istri kedua." Ternyata Bryan juga tidak menginginkan Maura menjadi istri kedua. Dia tidak ingin putrinya mendapatkan kasih sayang yang tidak utuh dan harus terbagi.

"Biarkan Maura besarkan anak ini sendiri."

Bryan dan juga Freya menoleh saat mendengar suara Maura. Mereka melihat Maura masuk ke ruang baca. "Sayang!" Freya yang duduk disamping Bryan lantas berdiri dan menjemput putrinya itu untuk duduk diantara dirinya dan juga Bryan.

"Kamu yakin, sayang dengan apa yang kamu katakan tadi?" Tanya Freya dengan mengusap lembut lengan Maura. Dia memastikan lagi akan keputusan yang Maura ambil.

Maura melihat Freya, dia tersenyum dan mengangguk pasti. "Maura yakin, Bun." Jawab Maura mantap. Bundanya saja dulu bisa membesarkan dirinya selama lima tahun sendirian, kenapa dia tidak bisa, pikir Maura.

Maura meraih tangan Ayah dan Bundanya dan dia jadikan satu dalam genggamannya. "Maura bisa membesarkan anak ini sendiri. Ayah sama Bunda tidak perlu khawatir. Kan ada Oma, Opa sama Uncel juga Aunty, pasti anak Maura nanti tidak pernah kesepian dan kekurangan kasih sayang. Pasti kalian semua nanti akan sayang sama anaknya Maura."

"Itu pasti sayang." Ucap Bryan, dia mengusap kepala Maura dengan penuh kasih sayang. "Tanpa kamu minta, Ayah sama Bunda dan semuanya akan menerima dan sayang sama anak kamu."

"Iya, sayang. Bunda sama Ayah akan ada untuk kamu. Jadi jangan merasa sendirian dan sedih. Ada kami yang selalu mendukung dan menyemangati mu." Sahut Freya yang ikut memberikan semangat untuk Maura.

"Terima kasih." Ucap Maura dengan suara bergetar. "Maura bersyukur punya orang tua seperti kalian. Ayah! Bunda! Terima kasih masih mau menerima Maura disaat Maura sudah membuat aib untuk keluarga. Maafkan semua perbuatan Maura kali ini yang sudah membuat kalian malu." Maura menangis, dia merasa dirinya sudah membuat aib untuk keluarga Abrisam. Namun dia juga bersyukur karena keluarga besarnya masih mau menerima dan memberikan dukungan pada dirinya.

"Tidak sayang." Freya memeluk tubuh Maura, dia ikut menangis. "Semua itu kecelakaan. Kamu jangan menyalahkan diri sendiri. Bunda juga pernah ada diposisi kamu. Jadi Bunda mohon jangan terus menyalahkan diri sendiri. Lebih baik memohon ampun kepada Allah dan memperbaiki diri. Manusia tempatnya salah dan dosa. Dan kita ada Allah, tempat untuk mengadu dan memohon ampun." Ucap Freya dengan memberi kecupan pada ubun-ubun kepala Maura.

"Apa yang Bunda kamu katakan itu benar, sayang." Bryan mendukung apa yang Freya sampaikan. Dia juga ikut mengusap kepala Maura yang saat ini putrinya itu tengah dipeluk Freya.

"Terima kasih." Ucap Maura menatap kedua orang tuanya bergantian. "I love you, more." Ucap Maura memeluk kedua orang tuanya.

"Boleh Maura tinggal di Swiss?"

Terpopuler

Comments

La Harida

La Harida

freya kan kakaknya bryan, istri briyan annelise, gimana sih tir

2024-04-09

0

Pasrah

Pasrah

lanjut

2023-09-17

0

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Ehh ko Aura 🤭,,,,Aurel kan y

2023-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!