"Kita mengenal secara singkat. Lalu tiba-tiba kamu menjadikanku istrimu juga secara singkat. Hanya karena seorang anak yang belum hadir di antara kita, kamu mengakhiri pernikahan ini secara singkat dengan begitu mudahnya. Kamu terlalu mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibumu, hingga kamu lupa ada hati istrimu yang harus kamu jaga."
"Dulu kamu cuma pekerja pabrik biasa. Sekarang sudah bisa menjadi ASN berkat doa dan dorongan dariku."
"Dulu kamu sering terpuruk, dan aku selalu menyemangatimu. Dulu kamu sering mengatakan, jika akulah wanita satu-satunya yang ada di dalam hatimu. Tapi nyatanya? Kamu sekarang memilih dia untuk menjadi ibu dari anak-anakmu."
Masih banyak lagi untaian kata yang Shanum tulis di dalam catatan documen yang ada di dalam ponselnya.
Setidaknya ada beberapa catatan yang Shanum tulis untuk mencurahkan isi hatinya kepada Imran.
"Selamat tinggal mas Imran. Terimakasih atas dua tahun yang sudah kamu ajarkan kepada Shanum. Insyaallah Shanum menerimanya dengan ikhlas. Semoga kamu bisa segera mempunyai anak bersamanya seperti yang kamu inginkan."
Begitulah cuplikan cerita yang Emyr baca di dalam catatan documen ponsel Shanum.
"Ternyata dia bernama Shanum."
"Apa dia seorang janda? Lalu ditinggal pergi sama suaminya karena memilih wanita lain."
Entah kenapa Emyr malah jadi semakin penasaran dengan Shanum. Dan baru kali ini dia bisa sangat penasaran dengan seorang wanita cuma karena catatan documen di dalam ponselnya.
Emyr tidak kuat dan tidak mau melanjutkan lagi membaca catatan documen yang bisa disebut dengan diary itu. Cuma bedanya Shanum lebih memilih menyimpannya di dalam ponsel miliknya daripada di atas kertas.
Emyr mencoba membuka galeri ponsel Shanum. Di dalam galerinya ada banyak foto miliknya. Tapi di antara banyaknya foto. Cuma ada satu fotonya Imran. Yaitu ketika Imran dan Shanum menjadi sepasang pengantin yang berdiri di atas pelaminan.
"Ternyata dia sudah mempunyai suami," Emyr masih berbicara sendiri.
Sedang asik melihat foto Shanum dan Imran. Tiba-tiba ponsel Shanum berdering. Namun kali ini yang menelpon bukan Laila, melainkan Dyah.
"Dyah! Siapa dia? Akan aku angkat saja. Siapa tahu dia mengenal Shanum."
"Halo! Assalamu'alaikum Mbak Shanum."
"Wa'alaikumussalam."
Mendengar suara laki-laki yang mengangkatnya. Dyah sangat terkejut sekali. Bahkan dia sampai menjauhkan ponselnya untuk memastikan nomor ponsel Shanum.
"Benar! Ini nomor ponsel Mbak Shanum?"
Bahkan suara Dyah didengar jelas oleh Emyr diseberang sana.
"Halo! Ini siapa? Di mana mbak Shanum!"
Dyah benar-benar takut jika terjadi apa-apa kepada Shanum.
"Maaf sebelumnya. Saya adalah orang yang menemukan ponsel Shanum. Dan jika boleh tahu, anda siapa? Bisakah kita bertemu supaya saya bisa mengembalikan ponsel ini?"
"Saya adik iparnya mbak Shanum. Dan Anda jangan coba-coba berbohong kepada saya! Atau saya akan melaporkan Anda kepada polisi!"
Dyah mengancam Emyr. Tapi Emyr bukannya marah malah tersenyum sendiri ketika mendengarnya.
"Percayalah Nona. Saya bukan orang jahat. Jika Anda tidak percaya. Besok kita ketemuan di kantor polisi. Supaya jika saya berbohong kepada Anda. Anda bisa langsung memasukkan saya ke dalamnya."
Emyr menjawabnya dengan sangat santai sekali. Dan ketenangan Emyr membuat Dyah sedikit meredakan pikiran buruknya.
"Baiklah! Saya mencoba percaya kepada Anda!"
"Besok kita ketemuan jam sembilan pagi! Awas jangan sampai terlambat!"
Dyah juga menyebutkan sebuah masjid besar yang tadi Emyr dan Shanum singgahi untuk mendengarkan ceramah.
Lagi-lagi Emyr tersenyum. Sebab lucu saja menurutnya. Seperti kebetulan yang sudah direncanakan oleh Allah.
"Baiklah. Saya setuju Nona."
"Baik. Saya pegang janji Anda. Assalamu'alaikum."
Emyr langsung menjawabnya. "Wa'alaikumussalam." Dan lalu sambungannya terputus.
Tidak mau lebih kepo lagi dengan kehidupan Shanum. Emyr memilih keluar dari dalam kamar untuk ikut makan malam bersama ke dua orang tuanya.
Sedangkan beralih kepada Shanum. Shanum hanya bisa termenung saja melamun sendirian. Tanpa ponsel yang biasanya dia gunakan untuk mengetik keluh kesahnya dan memandangi wajah Imran yang sengaja fotonya dia sisihkan cuma satu saja.
Ingin sekali Shanum tidak memikirkan itu semua. Tapi apalah daya, bayangan Imran masih sangat membekas sekali diingatannya.
Daripada dirinya terus memikirkan Imran yang jelas-jelas saat ini sudah bahagia dengan Linda. Shanum pun memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya saja.
Singkat cerita. Pagi pun tiba. Shanum yang sudah selesai sholat subuh, dia memilih untuk bersih-bersih rumah saja. Sekitar jam tujuh lebih. Tiba-tiba perutnya terasa sangat lapar sekali. Karena dia memang belum sarapan sama sekali.
Shanum yang sudah cukup rapi, lalu memilih untuk pergi membeli sarapan di tetangga kampungnya. Setibanya di warung tetangganya, dia di sapa oleh salah satu warga yang juga ingin membeli sarapan di situ.
"Eh Mbak Shanum. Mau beli sarapan juga Mbak?"
Shanum tersenyum lalu menjawabnya dengan ramah. "Iya Ibu."
"Oh iya Mbak Shanum. Makanya saya dari kemarin tidak melihat mas Imran bersama Mbak Shanum. Ternyata kalian sudah bercerai ya. Karena kemarin saya tidak sengaja melihat acara pernikahan di rumah mas Imran. Dan ketika saya tanyakan kepada saudara saya ... "
Ucapan tetangganya itu langsung disela oleh Shanum. "Iya! Seperti yang Ibu lihat dan dengar."
"Saya permisi dulu Ibu-ibu semua. Mari, assalamu'alaikum."
Shanum memilih langsung pergi ketika nasi pesanannya sudah dia dapatkan. Karena Shanum tidak kuat jika mengobrol lama-lama dengan mereka semua.
Para ibu-ibu itu langsung membicarakan Shanum setelah kepergiannya. Mereka merasa kasihan dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.
Sedangkan kembali kepada Emyr dan Dyah lagi.
Dyah yang semalam sudah bercerita kepada Malik. Saat ini mereka berdua sedang berada di perjalanan menuju masjid tempat mereka sudah janjian dengan Emyr.
Tepat jam setengah sembilan pagi. Malik dan Dyah sudah sampai di masjid tersebut. Tidak berselang lama, Emyr pun datang dengan pakaian kerja yang super mahal. Sepatu yang kinclong serta jangan lupakan kaca mata mahal miliknya yang nangkring cantik di atas hidungnya.
Karena Dyah tidak tahu siapakah orang yang sudah menemukan ponsel milik Shanum. Dia pun mencoba menghubungi nomor Emyr yang sudah Emyr berikan kepadanya melalui pesan singkat.
"Iya! Saya juga sudah datang," jawab Emyr.
"Anda di mana. Saya ada di teras masjid bersama suami saya."
Dari jauh Emyr melihat Dyah bersama Malik. "Apa Anda yang sedang hamil dan sedang memakai gamis biru?"
Dyah pun langsung membenarkan ucapan Emyr. "Benar Tuan."
"Baiklah. Saya akan segera ke sana." Lalu Emyr memilih mematikan sambungan teleponnya.
Dyah dan Malik cukup terkejut ketika didekati seorang laki-laki yang sangat tampan yang wajahnya khas bule sekali dengan penampilan yang terlihat jika dia orang kaya.
"Apakah Anda Nona Dyah?"
"Iya! Saya orangnya," jawab Dyah.
Emyr tersenyum. "Perkenalkan. Nama saya Emyr."
Emyr menyalami Malik, sedangkan Dyah menangkupkan ke dua tangannya di dada.
Mereka bertiga lalu duduk sopan di teras masjid untuk membicarakan perihal ponsel Shanum.
Shanum sendiri tidak mengetahui. Jika Dyah sudah menemukan ponselnya. Dan Dyah sendiri pun juga sengaja tidak memberitahukan hal tersebut kepada Shanum.
"Ini Nona! Ponsel Nona Shanum." Emyr menyerahkan ponsel Shanum kepada Dyah.
"Bagaimana Anda bisa mengetahui nama kakak ipar saya Tuan?"
Emyr tersenyum formal. "Sebelumnya maafkan saya yang sudah lancang membuka ponselnya. Karena saya ingin mencari tahu alamatnya."
"Iya! Tidak apa-apa. Dan mungkin ponsel ini tidak akan saya berikan kepada kakak ipar saya. Biarlah dia tidak mempunyai ponsel. Nanti akan saya pikirkan jalan keluarnya untuk hal itu."
Emyr sangat terkejut mendengar ucapannya Dyah. "Kenapa Anda berbicara seperti itu Nona?"
"Karena itu lebih baik untuk hatinya Tuan. Sebab di dalam ponsel itu ada banyak kenangan untuknya bersama kakak ipar saya yang sudah menyakitinya." Bukan Dyah yang menjawab melainkan Malik.
Emyr melihat dari mata Dyah dan Malik ada suatu hal yang terjadi dengan Shanum. Akan tetapi Emyr sungkan untuk bertanya kepada mereka apa yang sedang terjadi dengan Shanum. Sebab dia hanya orang asing yang kebetulan saja saling kenal.
...☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️...
...~TBC~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
marlina djalis
Wach...romannya Emyr penasaran banget...nich ama Shanum...aku juga makiiiin penisirin juga ama Kisah Shanum.n Emyr.Dyah knp langsung ambil keputusan tuk tak kembaliin ponselnya Shanum.....Thor lanjuuuut up lagi donk...👍🥰🙏🙏🙏
2023-08-09
2