“Wataqida’ watalmadh ‘aumi gainnahu laysabaynahaa qa baynallaha khijaabu.” ( Waspadailah doa orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antara ia dan Allah )." (HR Bukhari).
Rasulullah SAW bersabda: “Doa orang yang terzalimi di bawa ke atas awan, dibukakan untuknya pintu langit, maka Tuhan-pun berkata: Dengan kemuliaaan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku pasti akan menolongmu, walaupun nanti.”
Hal itu disebabkan karena saat orang terzalimi yang hatinya hancur berdoa. Dia berdoa dalam keadaan sangat membutuhkan, mendesak, sekaligus merendahkan diri di hadapan Allah semata, posisinya lemah, dia tidak memiliki penolong lain selain Allah demi memutus tali kezaliman atas dirinya.
Malam-malam dengan berderai air mata dan langkah lesu. Shanum terus berjalan menjauhi rumah sang suami. Atau sekarang bisa dibilang mantan suami.
"Ya Allah. Semoga Engkau segera menggantikan rasa sakit hamba dengan kebahagiaan."
Shanum berdoa di dalam hatinya dengan ditemani gelapnya suasana malam.
"Hamba tidak kuat lagi ya Allah untuk menghadapi semua ini. Bantu hamba ya Allah. Hamba yakin Engkau sudah menyiapkan sesuatu hal yang jauh lebih baik dari ini."
Ini bukan sinetron di ikan terbang ya guys, yang untuk mendapatkan feelnya harus ada adegan hujan turun.
Shanum terus berjalan tidak tentu arah. Dan sedang asik berjalan tidak sengaja dia berpapasan dengan tetangganya yang akan pulang ke rumahnya.
"Shanum! Kamu mau ke mana malam-malam begini?"
"Kamu menangis? Imran ke mana? Apa kalian bertengkar?"
Sang tetangga langsung turun dari atas motor dan mendekati Shanum.
Shanum tersenyum super tipis sekali. "Shanum mau pulang ke rumah nenek saja Bu. Nanti ibu akan tahu sendiri apa yang terjadi sama kami. Permisi."
Shanum memilih pergi dari hadapan ke dua tetangganya. Namun baru dua langkah berjalan, Shanum dicegah oleh ibu-ibu tersebut. "Tunggu Shanum!"
Shanum tentu saja langsung menghentikan langkah kakinya. Dan dia langsung berbalik badan menghadap tetangganya itu.
"Kamu biar di antar sama suami saya saja. Saya percaya sama kamu."
"Ayah! Bantu Shanum ya. Kasihan dia jalan sendirian malam-malam begini ke rumah neneknya. 'Kan beda kampung. Kasihan jika terjadi apa-apa dengannya," ucap sang ibu itu kepada suaminya.
Shanum merasa tidak enak. "Jangan Bu. Terimakasih. Biar saya jalan kaki saja."
"Sudah Shanum tidak apa-apa. Kamu orang baik. Saya sudah mengenal kamu lama. Hanya saja saya kasihan kamu mendapatkan mertua yang model begitu seperti ibu Mu'idah."
"Naiklah ke motor suami saya. Saya yakin kamu tidak akan macam-macam dengan suami saya."
Dengan kerendahan hatinya. Sang tetangga pun mengijinkan sang suami untuk mengantarkan Shanum pulang ke rumah sang nenek.
Shanum langsung menggenggam tangan sang tetangga dengan penuh rasa terimakasih. "Ya Allah. Terimakasih Bu! Terimakasih banyak atas bantuannya."
Sang tetangga tersenyum manis. "Sama-sama. Lagi pula kamu sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri."
Sebelum naik ke atas motor milik suami tetangganya itu. Shanum menyempatkan memeluk tetangganya dengan penuh rasa terimakasih. Setelahnya, Shanum pun akhirnya diantarkan pulang oleh suami tetangga tersebut.
Sedangkan kembali ke rumah Imran lagi. Setelah kepergian dari Shanum tadi dari dalam rumah. Imran mencoba mengusir ibunya dan juga Linda.
"Imran mohon. Ibu dan Linda pulang saja. Imran sedang ingin sendirian."
"Kamu mengusir Ibu, Imran?"
"Bukannya mengusir. Tolong mengerti keadaan Imran untuk saat ini saja Bu!"
Ibu Mu'idah mencoba mengalah. Setidaknya tujuannya sudah berhasil. "Baiklah. Ibu sama Linda akan pulang. Ibu tunggu secepatnya surat perceraianmu dengan Shanum. Dan segera urus surat pernikahanmu dengan Linda."
Imran menjawab pasrah. "Iya Bu."
Ibu Mu'idah pun lalu mengajak Linda pergi dari rumah Imran. Bersamaan itu pula sang tetangga yang tadi membantu Shanum tidak sengaja melihat ibu Mu'idah dan juga Linda yang baru saja keluar dari dalam rumah Imran.
Sang tetangga tadi lalu bersembunyi untuk melihat ibu Mu'idah dan juga Linda.
"Sebentar lagi, kamu akan menjadi menantu Ibu. Ibu sangat senang sekali. Dan akhirnya si Shanum yang mandul itu akan bercerai dengan Imran."
Linda tersenyum senang. "Iya Bu! Linda pun juga senang. Akhirnya laki-laki yang selama ini Linda suka sebentar lagi akan menjadi suami Linda."
"Jangan lupa secepatnya kasih Ibu seorang cucu. Jangan seperti Shanum!" ucap ibu Mu'idah sambil terus berjalan menuju ke rumahnya.
Setelah ibu Mu'idah dan Linda cukup jauh dari rumah Imran. Sang tetangga yang bersembunyi tadi langsung keluar dari persembunyiannya sambil mengusap dadanya.
"Astaghfirullah hal'adzim. Ternyata ini yang membuatmu menangis sepanjang jalan Num. Sungguh sangat malang sekali nasib kamu."
"Semoga Allah memberikan adzab kepada mertua dan suami kamu yang dzalim itu," doa dari sang tetangga.
Sang tetangga langsung melanjutkan lagi jalan kakinya untuk pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah Imran.
Sedang untuk si Shanum sendiri. Setelah perjalanan sekitar lima belas menit lamanya. Akhirnya dia sampai juga di rumah sang nenek dulu yang sudah lama tidak dia tinggali.
"Pak! Terimakasih atas bantuannya. Maaf saya tidak bisa membalasnya. Semoga Allah memberikan balasan melimpah untuk Bapak dan ibu."
Sang tetangga menjawab. "Sama-sama Num. Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya. Kamu jaga diri di rumah sendirian begini."
"Iya Pak. Hati-hati di jalan. Sampaikan salam saya untuk istri Bapak."
"Nanti akan saya sampaikan. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Setelahnya, sang tetangga itu berlalu pergi dari rumah nenek Shanum, setelah mengantarkan Shanum sampai ke tempat tujuan.
Sebelum masuk ke dalam rumah. Shanum mengucapkan kata salam terlebih dahulu.
“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” (QS. An-Nuur: 61).
Setan atau jin yang suka menghuni kamar atau rumah kosong bernama Dasim. Dan apabila kita mengucapkan salam sebelum masuk ke dalamnya. Dasim akan berkata kepada temannya. "Kita tidak ada tempat di sini untuk menetap." Semoga ilmu singkatnya bermanfaat.
Tempat yang dituju pertama kali oleh Shanum adalah kamarnya dahulu ketika masih tinggal di situ. Dia membersihkan kamar tersebut untuk bisa mengistirahatkan hatinya yang letih.
Mulai malam itu dan seterusnya. Shanum akan tinggal di situ. Dan tidak akan lagi bertemu dengan Imran yang sudah menemaninya selama beberapa tahun ini.
Keesokan harinya. Setelah sholat subuh, yang ingin dilakukan oleh Shanum cuma mengaji dan mengaji, hingga dia ketiduran lagi sampai waktu menunjukkan pukul delapan pagi.
Shanum terbangun karena perutnya merasa lapar. Dan karena di dalam rumah itu tidak ada apa-apa yang bisa dimakannya. Shanum pun memilih membeli makanan secukupnya dengan uang hasil tabungannya selama ini.
Sedangkan untuk berita Imran bercerai dengan Shanum. Sudah sangat cepat sekali menyebar di dalam kampung tersebut. Dan semua orang di dalam kampung itu sangat menyesalkan serta tidak menyukai sikap ibu Mu'idah yang sudah merusak rumah tangga anaknya sendiri.
...☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️...
...~TBC~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
wil wil
heran dech ya...suka sekali ikut campur urusan rumah tangga anak sendiri...kalo mertua ikut campur dalam urusan rumah tangga pasti yang ada pertengkaran dan perpisahan yang terjadi 😏
2023-08-05
2
Ning Mar
sabar shanum....kebahagiaan menantimu
2023-08-05
1
Sang Pujangga
Thor request dong, bikin Imran dan ibu Mu'idah mati kejebur jurang, di makan buaya, dan tubuhnya hancur lebur menjadi kotoran, sebal aku 😏😏😏🥴 sama mereka
2023-08-04
4