JODOH 1 METER
"Pyar!" bunyi piring yang dilempar jatuh ke lantai. Dan pecahannya langsung berserakan di mana-mana.
"Kamu semakin hari semakin membuatku muak, Shanum!"
Ini bukan pertama kali Shanum melihat masakannya dibuang begitu saja oleh sang suami.
"Makanan seperti ini kamu hidangkan untuk Mas! Lalu uang belanja yang Mas berikan kepadamu setiap hari itu kamu buat apa?"
Ucapan kasar seperti itu sudah beberapa bulan ini Shanum dapatkan dari sang suami. Perlakuan buruk suami Shanum yang bernama Imran ini terjadi. Sejak sang ibu mertua terus meracuni otak Imran, kalau dia sampai saat ini belum punya anak selama menikah dengan Shanum.
Shanum adalah nama panggilannya. Nama lengkapnya adalah Azra Zahida Shanum. Yang mempunyai arti perempuan yang suci, rendah hati dan selalu diberkahi.
Terlahir dari keluarga yang sederhana membuat Shanum selalu hidup dengan apa adanya. Ke dua orang tua yang sudah meninggal sejak dirinya masih dibangku Mts, membuat Shanum sudah terbiasa banting tulang untuk menghidupi dirinya sendiri dan neneknya.
Ayah Shanum meninggal karena sakit yang sudah dideritanya sejak lama. Sedangkan sang ibu, dua tahun kemudian menyusul sang ayah karena tertabrak mobil saat pergi ke pasar untuk berdagang seperti biasanya.
Shanum remaja sangat kekurangan sekali kasih sayang ke dua orang tuanya. Walau begitu, Shanum tetap bersyukur mempunyai nenek yang begitu menyayanginya.
Kesedihan Shanum bertambah, ketika sang nenek harus pergi selama-lamanya dari hidupnya setelah dirinya menikah kurang lebih satu tahun lamanya.
Pernikahan yang awalnya di dasari dengan saling cinta. Berubah menjadi petaka. Ketika adik sang suami yang bernama Dyah baru saja menikah tiga bulan langsung dinyatakan positif hamil. Sedangkan dirinya yang sudah menikah dua tahun lamanya tak kunjung hamil juga.
Shanum adalah wanita yang lembut. Senyumnya manis karena ada lesung pipi di pipi sebelah kirinya. Serta jangan lupakan wajahnya yang kalem khas keibuan, membuat semua orang suka berteman dengannya.
Di saat sang suami sudah marah-marah dengannya seperti itu. Yang bisa Shanum lakukan cuma diam sambil menundukkan kepalanya.
"Benar kata ibu! Jika kamu itu tidak becus menjadi seorang istri!"
Ucapan kasar itu terdengar lagi dari mulut Imran.
Imran dulu laki-laki yang baik. Dia sangat menyayangi dan mencintai Shanum. Imran jatuh cinta dengan Shanum, karena setiap pulang kerja selalu melihat Shanum mengajar mengaji keponakannya sendiri yang rumahnya bersebelahan dengan rumah ibunya.
Ternyata cinta Imran tidak bertepuk sebelah tangan. Sering bertemu tanpa sengaja membuat benih-benih cinta akhirnya tubuh di dalam hati Shanum untuk Imran.
Singkat cerita. Imran pun melamar Shanum untuk menjadi istrinya. Dan satu tahun pernikahan mereka berjalan dengan indah. Seperti yang diharapakan oleh Shanum selama ini. Namun memasuki di tahun ke dua pernikahan. Sedikit demi sedikit watak sang ibu mertua mulai terlihat.
Terlebih lagi Shanum yang tidak kunjung mempunyai anak. Membuat sang ibu mertua selalu menjelek-jelekkannya dihadapan Imran. Hingga rasa cinta yang dirasakan oleh Imran untuk Shanum seakan semakin menipis.
"Maafkan Shanum, Mas."
Tidak mau menggubris Shanum. Imran pun berdiri dari duduknya. Dirinya lalu mengambil tas kerjanya. "Lebih baik Mas berangkat kerja! Daripada melihat wajahmu yang membuat Mas semakin emosi saja!"
Ketika Shanum ingin menyalami tangan Imran. Dengan angkuhnya Imran menampik tangan Shanum, hingga membuat Shanum menahan air matanya.
Melihat sang suami sudah pergi dengan motor dinasnya. Air mata Shanum pun jatuh tumpah membasahi pipi. Dengan berlinang air mata, Shanum membereskan pecahan piring yang tadi sudah dibanting oleh Imran.
"Ya Allah. Sampai kapan Engkau akan menguji hati hamba ini ya Allah," batin Shanum menangis.
Selesai membereskan pecahan beling itu. Shanum memilih bermunajat kepada sang pencipta dengan melakukan sholat dhuha.
Air mata Shanum tumpah membasahi mukena yang dipakainya. Dia menumpahkan semua keluh kesahnya kepada yang maha pemberi hidup, tentang perilaku sang suami kepadanya.
Belum selesai Shanum berdoa. Tiba-tiba terdengar seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumahnya.
"Shanum! Shanum!"
Shanum sangat tahu sekali suara siapakah itu. Dan Shanum langsung bergegas keluar dari dalam kamar untuk menemui sang ibu mertua.
"Iya Ibu?"
Dengan ekspresi yang menyebalkan seperti biasanya. Sang ibu mertua yang bernama Ibu Mu'idah langsung bertanya kepada Shanum dengan pertanyaan sama seperti sebelumnya.
"Bagaimana? Kamu sudah ada kabar baik belum?"
Dengan wajah ketakutan. Shanum menjawab sambil menundukkan kepalanya. "Belum Bu. Masih negatif."
Ibu Mu'idah menggebrak meja di depannya. "Halah! Mau sampai kapan kamu tidak hamil Shanum! Imran itu seorang ASN! Dia bisa malu jika belum mempunyai anak sampai sekarang!"
"Tapi Shanum dan mas Imran sudah berusaha Bu. Yang namanya kehamilan itu adalah rejeki dari Allah. Bukan Shanum yang membuat."
"Ibu tahu itu dari Allah. Tapi jika kamunya mandul juga sama saja!"
Seberapa kuat Shanum menjelaskan. Tetap saja di mata sang ibu mertua, Shanum tetaplah salah.
Tanpa peduli dengan perasaan Shanum sama sekali. Ibu Mu'idah langsung berlalu pergi lagi dari rumah Shanum.
Rumah yang cuma berjarak sekitar enam rumah saja dari rumah ibu Mu'idah. Membuat Shanum seperti diteror setiap harinya oleh ibu mertuanya itu.
Ibu Mu'idah sendiri sebenarnya mertua yang baik. Sekali lagi semua itu berubah ketika mendengar kabar kehamilannya Dyah, sang anak ke duanya.
Setelah kepergian sang ibu mertua. Hanya istighfar yang bisa Shanum ucapkan.
"Hamba percaya. Ada pelangi setelah badai," Shanum berbicara di dalam hati.
Shanum selalu menyemangati diri sendiri untuk selalu kuat menghadapi setiap cobaan. Karena jika bukan dirinya lalu siapa lagi? Sedangkan sang suami pun sama saja sikapnya seperti ibu Mu'idah.
Shanum lalu melepaskan mukenanya. Dirinya segera memakai hijab instannya untuk bersih-bersih rumah.
Semenjak menikah dengan Imran. Shanum tidak lagi menjadi guru mengaji. Dirinya disuruh menjaga rumah dan menjadi ibu rumah tangga saja oleh Imran.
Semua itu Shanum lakukan untuk mengabdi dan menjadi istri yang baik untuk sang suami. Karena surga seorang istri ada pada suami.
“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Sahabat Abu Hurairah r.a. pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
"Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang memiliki akhlak mulia dan sebaik-baik kalian adalah mereka yang berperilaku baik terhadap perempuan-perempuan mereka." (H.R. At-Tirmidzi).
Shanum tahu. Jika sang suami sudah dzalim kepadanya. Tapi Shanum masih bersabar. Karena Shanum percaya! Suatu hari nanti sang suami bisa berubah lembut lagi seperti sebelumnya.
Shanum selalu berdoa. Semoga ujian rumah tangganya bisa berjalan dengan baik. Dan bisa mendatangkan kebaikan untuk pernikahannya dikemudian hari. Semuanya Shanum pasrahkan kepada Allah sang Maha Pencipta.
...☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️...
...~TBC~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Faris Setyawan Fais
padahal kalau menurut kesehatan, yang paling dominan Mandul itu laki laki, bukan perempuan, perempuan itu sedikit yang kurang subur tapi yang lebih banyak laki laki. seharusnya anakmu yang periksakan, bisa jadi Imran itu yang ada gangguan kesuburan.
2024-11-21
0
Mommy QieS
Like, subscribe Kak.
2024-04-06
0
Mommy QieS
Mengsedih, Kak.😭😭
2024-04-06
0