Makan malam antara Shanum dan Imran pun sama seperti biasanya. Jika dulu Imran akan selalu memuji masakan Shanum. Sekarang dia lebih banyak diam saja. Itu lebih baik bagi Shanum. Sebab sekalinya berbicara akan membuat Shanum sakit hati.
Tanpa banyak berbicara sama sekali. Imran yang sudah selesai makan. Langsung berlalu pergi ke dalam kamar untuk melihat pekerjaannya yang dia bawa pulang ke rumah.
Namun baru beberapa langkah berjalan. Imran berbalik badan menghadap Shanum lagi.
"Buatkan Mas kopi. Karena Mas hari ini mau lembur untuk menyelesaikan pekerjaan yang tadi Mas bawa pulang."
Shanum mengangguk patuh. "Baik Mas."
Setelah itu. Imran pun berlalu menuju ke dalam kamar meninggalkan Shanum yang sedang membereskan meja makan.
Selesai membereskan meja makan. Shanum pun segera membuatkan kopi seperti sang suami inginkan.
Kopi yang sudah jadi langsung Shanum antarkan ke dalam kamar untuk dia berikan kepada sang suami.
"Mas! Ini kopinya."
Imran menjawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. "Taruh saja di situ."
Shanum hanya mengangguk saja. Dia langsung menaruh kopi buatannya tadi ke atas meja samping Imran. Baru saja Shanum ingin menaruh kopi tersebut. Kakinya tidak sengaja tersandung kabel charger laptop, hingga kopi itu tumpah tepat di atas ponsel milik Imran.
Imran yang melihat sangat terkejut sekali dan langsung memarahi Shanum.
"Shanum! Apa yang kamu lakukan hah!" Imran segera membersihkan ponsel miliknya dari air kopi yang panas.
"Maaf Mas! Shanum tidak sengaja. Tadi tersandung kabel charger laptop."
"Halah banyak alasan kamu! Di dalam ponsel ini ada data penting pekerjaan Mas! Dasar istri tidak berguna!" Imran mendorong Shanum hingga jatuh ke atas ranjang.
Dengan menunjuk Shanum. Imran melanjutkan lagi ucapannya. "Jika kamu tidak bisa memberikan Mas anak. Lebih baik jangan menggangu Mas. Jadilah istri yang berguna!"
Shanum hanya bisa menangis dan menangis saja mendengar ucapan Imran yang sangat kasar kepadanya.
Begitulah sikap Imran semenjak mendengar sang adik sudah hamil. Imran yang sudah dikuasai amarah, dia lalu mengambil laptop dan memilih mengerjakan pekerjaannya di dalam ruang tamu saja.
Sedangkan Shanum sepeninggal Imran. Dia menangis dalam diamnya. Shanum menangis hingga tanpa sadar tertidur dengan sendirinya. Dan ketika dia tidak sengaja terbangun. Dia meraba ranjang disebelahnya yang ternyata kosong.
"Mas Imran?"
Shanum lalu beranjak turun dari atas ranjang untuk mencari sang suami yang ternyata memilih tidur di sofa ruang tamu. Dengan perlahan, Shanum mencoba membangunkan Imran untuk pindah di dalam kamar saja.
"Mas! Mas Imran! Pindah di dalam kamar saja yuk. Nanti badan Mas bisa sakit semua jika tidur di sini."
Tepukan tangan Shanum di pipinya, akhirnya membuat Imran terbangun. "Apa sih Num! Mengganggu saja!" sambil memilih ganti posisi membelakangi Shanum.
"Pindah ke dalam kamar yuk Mas. Biar lebih enak tidurnya."
"Aarrggh! Kamu menggangguku. Tidurlah sendiri saja kamu di kamar!" Imran berucap tanpa mempedulikan Shanum. Tapi Shanum seperti tanpa mengenal rasa lelah untuk membujuk Imran.
"Sudah Mas katakan! Tidurlah sendiri di dalam kamar!"
Kali ini Imran sambil mendorong tubuh Shanum. Hingga Shanum terjatuh dan lengannya tergores pinggiran meja yang lancip.
"Ah!" Shanum memegang lengannya yang membiru. Sedangkan Imran memilih melanjutkan tidurnya lagi tanpa mempedulikan Shanum sama sekali.
Kali ini Shanum memilih pasrah. Dia langsung berlalu masuk lagi ke dalam kamar dan membiarkan Imran tidur di situ.
Walau Shanum sudah berulang kali disakiti oleh Imran. Dia tetap berusaha menjadi istri yang baik. Dirinya pagi-pagi sekali sudah berada di dapur untuk memasakan sarapan untuk Imran.
Sedang sarapan berdua dengan Imran. Tiba-tiba ibu Mu'idah datang ke rumah.
"Imran! Shanum!"
"Kami ada di sini Bu!" jawab Imran dengan sedikit berteriak.
Ibu Mu'idah akhirnya sampai juga di ruang makan dan melihat Imran serta Shanum sedang asik sarapan.
"Mau sarapan bersama Bu?" Shanum mencoba menjadi menantu yang baik walau dia sudah terdzolimi.
Ibu Mu'idah lalu melihat menu makanan yang di masak oleh Shanum dengan tatapan mengejek.
"Kamu apa bisanya masak ini saja Shanum? Pantas saja tidak bisa hamil dari dulu!"
Shanum hanya bisa tertunduk malu sambil melirik ke arah Imran yang sedang menatapnya.
"Ada apa Ibu datang ke sini?" tanya Imran.
"Ibu cuma mau mengatakan. Nanti malam kalian berdua jangan pergi ke mana-mana. Karena ada seseorang yang ingin Ibu kenalkan kepada kalian berdua."
"Memangnya dia siapa Bu?" tanya Imran.
"Nanti kamu tahu sendiri," jawab ibu Mu'idah.
"Sudah! Ibu mau pulang dulu. Dan jika kamu tidak kenyang makan makanan ini. Makanlah lagi di rumah Ibu. Dijamin makanannya lebih enak dari masakan istri kamu yang payah itu!" sindir ibu Mu'idah kepada Shanum dengan mata melirik sadis.
"Iya Ibu," jawab Imran.
Setelahnya itu, ibu Mu'idah berlalu pergi dari rumah Imran untuk kembali ke rumahnya sendiri.
Imran tiba-tiba menjadi tidak selera makan karena mendengar ucapan sang ibu. "Besok lagi kalau masak yang lebih enak sedikit. Kesannya Mas seperti tidak memberikanmu uang belanja. Bikin malu saja!"
Setiap pagi dan setiap hari seperti ada saja hal yang membuat Shanum terlihat buruk di mata Imran dan ibu Mu'idah.
Malam harinya. Seperti yang dikatakan oleh ibu Mu'idah tadi pagi. Jam tujuh malam ibu Mu'idah sudah datang ke rumah Imran dan Shanum.
Bukan kedatangan ibu Mu'idah yang membuat Shanum terkejut. Melainkan seseorang yang datang bersama ibu Mu'idah.
Saat ini Shanum, Imran, ibu Mu'idah dan orang yang diajaknya. Sudah duduk santai di ruang tamu rumah Imran.
"Imran! Perkenalkan. Dia namanya Linda."
Imran menatap Linda dengan serius sekali. Dengan rambut tergerai panjang, pakaian yang cukup seksi dan juga wajah yang masih terbilang lebih cantik Shanum.
"Linda! Ini anak, Ibu. Imran namanya."
Linda langsung mengulurkan tangannya dengan gaya genitnya untuk mengajak Imran bersalaman.
Hati Shanum sebagai seorang wanita dan seorang istri sangat tahu sekali akan menjurus ke mana maksud tujuan sang ibu mertua mengenalkan Linda kepada sang suami.
Hal yang membuat Shanum sedikit merasa lega adalah Imran tidak menanggapi uluran tangan Linda. Imran hanya menatapnya saja tanpa mau membalas jabat tangannya.
Linda merasa malu sekali karena Imran tidak membalas jabat tangannya. Hal itu membuat ibu Mu'idah langsung menegur Imran.
"Imran! Kenapa kamu tidak mau diajak salaman sama Linda! Linda ini calon istri kamu! Yang pastinya bisa membuatkan Ibu cucu! Jaga sikap kamu Imran!
Jedar!
Seperti tersambar petir di siang bolong yang tidak ada angin maupun hujan. Apa yang sudah ditebak Shanum ternyata benar. Dan tetap saja hati Shanum terasa sangat sakit sekali.
Imran yang tidak tahu apa-apa tujuan sang ibu juga merasa terkejut mendengar ucapan sang ibu. Bahkan matanya sampai melotot sangat lebar sekali.
...☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️...
...~TBC~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Zeyn Seyi
Imran g boleh gtu
2024-02-05
1
Nur😌😊
Imran tidak tegas sama ibunya......
2023-12-09
2
Sang Pujangga
lanjut Kak 💪💪
2023-08-03
1