"Apa-apaan ini!"
Suara sang istri membuat sang suami yang ikut sarapan bersamanya menjadi terkejut dan penasaran.
"Ada apa sayang?" tanya sang suami.
"Ini lho Mas! Dyah dapat pesan dari teman Dyah. Katanya mas Imran mau menceraikan mbak Shanum karena mau menikah dengan wanita pilihannya ibu."
Kalian benar teman. Sepasang suami istri itu adalah Dyah dan suaminya yang bernama Malik.
Dyah yang sedang sarapan bersama Malik, mengalihkan pandangannya ke arah ponsel yang terletak di atas meja sampingnya, ketika terdengar bunyi pesan masuk.
Melihat pesan dari temannya yang rumahnya satu kampung dengan rumah sang ibu. Dyah langsung saja membukanya. Alangkah terkejutnya Dyah membaca pesan tersebut, yang mengatakan jika sang ibu menyuruh Imran sang kakak untuk menceraikan Shanum demi wanita yang dikenalkannya kemarin.
Berita itu cepat sekali menyebar dari mulut tetangga Shanum yang membantu Shanum semalam.
Setelah sang suami pulang ke rumah selesai mengantarkan Shanum ke rumah sang nenek. Sang istri langsung menceritakan kepada suaminya apa penyebab Shanum menangis.
Suami tetangga Shanum juga merasa iba dan kasihan mendengar penderitaan yang Shanum alami. Dan ketika selesai menunaikan sholat subuh berjamaah di surau. Kebetulan sang suami tadi melihat Imran juga ikut menunaikan sholat subuh di surau yang sama dengannya. Tetangga itu yang mengantarkan Shanum pulang semalam langsung membicarakan kepada bapak-bapak yang lainnya tentang hal yang dialami oleh Shanum.
Para bapak-bapak itu sesampainya di rumah, langsung menceritakan perihal masalah Shanum kepada istri-istri mereka di rumah. Dan yah! Kalian tahu sendiri bagaimana berita itu cepat menyebar. Apalagi jika sudah sampai di telinga ibu-ibu kampung.
Ketika ibu Mu'idah berbelanja di tukang sayur. Ibu-ibu itu langsung pada diam melihat kedatangan ibu Mu'idah. Mereka cuma berbasa-basi sekedarnya saja dengan ibu Mu'idah, tanpa mau menyinggung soal Shanum sama sekali.
Namun setelah ibu Mu'idah pergi. Ibu-ibu yang tersisa di tukang sayur langsung membicarakan sikap ibu Mu'idah.
"Tuh! Lihatlah sikap ibu Mu'idah! Tidak terlihat merasa bersalah sama sekali sama Shanum."
Ibu yang satunya menjawab. "Iya! Kasihan si Shanum. Dia wanita baik, sholehah, hafidz qur'an juga. Tapi cobaannya berat."
"Jika saya jadi Shanum. Pasti sudah meminta cerai sejak dulu, tanpa menunggu bu Mu'idah mengenalkan perempuan lain kepada Imran."
"Benar tuh. Benar!"
Yang lainnya ada yang berbicara lagi. "Padahal hamil 'kan pemberian Allah. Tidak semuanya wanita 'kan mandul. Laki-laki pun bisa mandul."
"Percuma saja Bu! Mengatakan hal itu kepada ibu Mu'idah. Karena ibu Mu'idah selalu mengatakan jika mbak Shanumlah yang mandul. Bukan mas Imran."
Ya! Seperti itulah gosip pagi-pagi para ibu-ibu kampung. Dan salah satu anak dari ibu-ibu itu adalah teman masa kecilnya Dyah. Dia langsung memberitahukan kabar tersebut kepada Dyah. Hingga membuat Dyah merasa syok serta terkejut.
"Coba sini Mas lihat," ucap Malik.
Dyah langsung memberikan ponselnya kepada Malik. Dan Malik langsung membaca pesan tersebut dengan tenang.
"Dyah harus menelpon ibu atau mas Imran. Ini tidak bisa dibiarkan. Dyah tidak terima dengan sikap ibu dan mas Imran yang semakin semena-mena dengan mbak Shanum. Dyah kasihan Mas sama mbak Shanum."
Malik mencoba menenangkan sang istri. "Kamu tenang dulu. Jangan gegabah. Kamu 'kan sudah tahu bagaimana sifat ibu. Mas tidak mau jika kamu dan ibu sampai bertengkar. Kasihan anak kita nanti yang ada di dalam perut kalau kamu sampai stres."
"Tapi Mas ... ! Ibu sama mas Imran sudah keterlaluan sama mbak Shanum."
"Mbak Shanum itu wanita yang sangat baik. Insyaallah dia penghuni surga. Kurang apa coba memiliki istri seperti mbak Shanum. Bahkan Dyah saja merasa iri dengan mbak Shanum yang hampir sempurna memiliki kepribadian."
"Mas tahu ... "
Malik belum selesai berbicara. Tiba-tiba ponsel milik Dyah yang ada di atas meja berdering sangat kencang sekali. Malik lalu memberikan ponsel tersebut kepada Dyah.
"Dari ibu!"
Ternyata sambungan teleponnya dari ibu Mu'idah. Tidak pakai lama. Dyah langsung mengangkatnya dihadapan sang suami.
"Halo! Assalamu'alaikum Bu."
"Wa'alaikumussalam."
"Dyah! Nanti malam kamu datang ke rumah ajak suami kamu juga. Ada yang ingin Ibu sampaikan kepada kalian semua."
"Iya! Baiklah Bu. Nanti Dyah akan datang bersama mas Malik."
"Baiklah. Ibu tutup dulu teleponnya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Dan sambungan mereka lalu terputus.
Malik yang mendengar dan melihat Dyah sudah selesai menelpon. Langsung bertanya kepada Dyah.
"Apa ibu menyuruh kita untuk datang ke rumah nanti?"
Dyah mengangguk. "Iya Mas. Nanti malam kita disuruh datang ke sana."
"Ini kesempatan bagi Dyah untuk mengatakan semuanya kepada ibu dan mas Imran."
"Mas akan mendukungmu. Selagi itu yang terbaik untuk kita semua. Asal dengan satu syarat. Jangan sampai masalah ini menjadi beban untukmu. Karena Mas tidak mau jika sampai terjadi apa-apa untuk calon anak kita."
Dyah tersenyum sambil mengangguk kepada sang suami. Dan mereka lalu melanjutkan lagi sarapannya.
Kembali kepada Shanum lagi.
Shanum yang sudah terbangun, langsung memakai hijab instannya untuk membeli sarapan di luar.
Berjalan menyusuri jalan kampung. Shanum sering berpapasan dengan tetangganya dulu. Mereka saling menyapa dengan ramah, walau Shanum sebenarnya merasa malu bertemu dengan mereka semua.
Sedang asik berjalan menyusuri jalan kampung untuk membeli makanan. Tiba-tiba Shanum mendengar ada seseorang yang memanggil namanya.
"Shanum! Kamu Shanum 'kan?"
Orang tersebut langsung menghentikan motor yang dinaikinya.
"Laila!"
"Shanum! Ya Allah Shanum. Aku senang sekali melihatmu saat ini."
Laila langsung memeluk Shanum untuk melepaskan kerinduannya. Dan pelukan Laila langsung dibalas oleh Shanum.
"Apa kabar kamu? Kamu semakin kurusan ya! Dan wajah kamu kenapa? Ko bengkak? Mana mas Imran? Ko kamu sendirian?"
Rentetan pertanyaan dilontarkan oleh Laila kepada Shanum. Sudah cukup lama mereka berpisah. Sekitar empat tahun lamanya mereka tidak berjumpa karena Laila harus bekerja di luar kota.
Mendengar rentetan pertanyaan dari Laila. Shanum hanya tersenyum saja dan bingung harus menjawab darimana dulu.
"Nanti akan aku ceritakan. Aku mau beli sarapan dulu. Perutku lapar sekali."
"Baiklah. Kamu pokoknya nanti harus menceritakan semuanya kepadaku. Kebetulan aku juga mau beli sarapan di suruh sama ibu. Kita beli bersama saja yuk! Ayo naik ke motorku. Aku akan mengantarmu juga."
Shanum mengangguk. "Boleh! Terimakasih ya."
Laila tersenyum. "Iya! Sama-sama. Kamu ini seperti sama siapa saja."
Laila dan Shanum lalu membeli sarapan bersama. Dan Laila juga mengantarkan Shanum pulang ke rumah sang nenek. Laila berjanji nanti siang akan main ke rumah Shanum untuk menagih janji Shanum tadi.
Sedangkan Shanum. Sambil menunggu Laila datang ke rumahnya. Dia memilih untuk membersihkan rumah sang nenek supaya lebih enak di pandang dan ditempati.
Bismillah Shanum. Semangat! Kamu pasti bisa melewati cobaan ini semua.
...☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️...
...~TBC~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nur😌😊
yups betul sekali, masalah kesuburan ada pada wanita ataupun laki2, maka dari itu periksa, yaa kalau dua2 nya sehat memang belum di kasih kepercayaan.............
2023-12-09
1
marlina djalis
Shanum...kuat n sabar melewati semuanya ...Thor upnya lebih dari satu ya...lanjuuut Thor aku suka 👍🙏🥰
2023-08-05
1