...~ penyesalan selalu didatang diakhir, terkadang membuat diri marah ketika tak bisa lagi diterima dan kembali bersama~...
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Ghaza mondar-mandir di rumah tamu untuk menunggu kedatangan mang Johari, karena ia tidak mau tapi lebih tepatnya tidak bisa menjaga sang adik.
' aduh mang Johari kemana sih bukannya jagain Gia malah pergi aja mana ga kasih tau gue lagi ' gerutu Ghaza tetap dengan posisinya yang mondar-mandir.
" Abang aja ya yang nganter ke sekolah " ucap Ghaza membujuk sang adik.
" Ga mau bang, Gia mau ketemu mama papa ga mau sekolah " rengek Gia.
" Aduh seharusnya lo gini pas mama papa mau pergi bukannya sekarang Gia, udah ahh gue capek ngurus lo terserah lo deh " ucap Ghaza lalu kembali ke kamar.
Hanya bertahan beberapa menit di kamarnya, Ghaza kembali memikirkan keadaan adiknya.
' Kalo tu anak hilang gue bisa dibuhuh mama papa ni, aduh tu anak emang nyusahin ya ' gerutu Ghaza lalu berlari mencari keberadaan adiknya.
Kembali ke rumah Yuni
" Maaf ya bu karena aku sakit, jadinya kita harus berhenti jualan sekali lagi maafin Yuni ya bu " ucap dengan rasa bersalah.
" Udah gapapa nak, yang terpenting itu kondisi kesehatan kamu bukan jualan kita, in sya Allah uang kita masih cukup buat makan ohh iya ibu mau ke pasar dulu beli beberapa kebutuhan masak kita " pamit Nilam pada putrinya.
" Iya Bu, ibu hati-hati. "
Tak ada yang banyak bisa dilakukan oleh Yuni dengan kondisinya saat ini, ditengah dirinya yang sedang duduk di ruang tamunya terbesit suatu hal.
' sepertinya mobil itu memang sengaja menyerempetku, bukankah aku sudah dijalur yang benar, jalanan juga sepi saat itu tapi mobil itu benar-benar dengan sengaja menyerempetku, tapi siapa orang itu. '
Kembali ke rumah Ghaza
" Permisi den " ucap mang Johari.
" Aduh mamang dari mana aja sih, ni Gia udah ngerek terus mamang bawa aja dia juga ga mau sekolah tadi " ucap Ghaza malas melirik sang adik.
" Maaf den, tadi mamang harus pulang karena istri mamang sakit dan dia harus dirawat di rumah sakit den, jadi sepertinya mamang tidak bisa menjaga non Gia den " jelas mang Johari.
" Ga bisa gitu lah mang, mamang udah dikasih tanggungjawab sama mama papa ga bisa batalin gitu aja. "
" Mamang benar-benar tidak bisa den, karena mamang harus ke rumah sakit dan tidak mungkin membawa non Gia itu tidak baik untuk non Gia, den mamang mohon kali ini saja den " mohon mang Johari bahkan telah menyatukan kedua telapak tangannya.
" Uhhhhhgggg, yaudah terserah mamang aja " Ghaza mengacak rambutnya.
" Terima kasih den, tapi kalo aden tidak bisa menjaga non Gia bagaimana jika non Gia dititipkan pada tetangga saya saja den, mereka orang baik saya yakin mereka bisa menjaga non Gia " usul mang Johari sembari berjongkok dan mengelus rambut Gia.
" Yasudah titipkan saja pada mereka, itupun jika Gia mau dan mereka sanggup menjaga sekaligus mengurus Gia " ucap Ghaza.
" Saya yakin mereka bisa den, kalo begitu saya dan non Gia pamit den " ucap mang Johari lalu pergi bersama Gia.
" Tunggu mang, jangan lupa kasih alamat orang itu ke saya, saya hanya ingin memastikan keadaan Gia nantinya " ucap Ghaza malas, ia sebenarnya peduli tapi terlalu gengsi memperlihatkannya padahal itu pada adiknya sendiri.
" Baik den " sahut mang Johari.
Mereka berdua menuju rumah seseorang, hanya dengan motor ya karena memang kendaraan bermotor yang bisa melewati gang menuju rumah itu.
Apakah Gia mau ? Apakah dia bisa tinggal di rumah yang sederhana begitu juga dengan fasilitas dan makanannya ?
Jawaban tentu saja bisa, bahkan Gia sendiri sangat senang dan sudah terbiasa dengan hal semacam itu.
Orang tua yang sibuk membuat Gia sering kali harus tinggal dengan pembantunya, bahkan ikut bersama mang Johari dari ia balita.
🌻🌻🌻🌻🌻
Sepasang mata tak sengaja menatap sepasang suami istri yang keluar dari mobil mewah mereka.
Nilam menatap Reno dan Dian, menatap dengan tatapan kesedihan tapi segera ia tepis karena itu adalah perasaan yang tak perlu dia berikan untuk seseorang yang telah meninggalkan dia seorang diri bertahan membesarkan putri kecil mereka Yuni Lorenza.
Tetapi Nilam tetap tak bisa menyembunyikan kesedihannya, dan tetesan air mata mulai jatuh, kesedihan itu hadir ketika ia mengingat putrinya yang harus merasakan hidup yang begitu keras dan menderita diusianya yang masih belia.
' aku mungkin bisa memaafkan kamu mas, tapi tidak untuk putriku aku yakin cepat atau lambat kau akan rindu dan mengingat putrimu yang kau sia-siakan ' batin Nilam.
Tok............... Tok................
' siapa ya apa mungkin ibu, tapi kenapa tidak langsung masuk saja seperti biasa. '
" Iya sebentar, mang Johari " ucapku setelah membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
" Astaga neng Yuni kenapa bisa begini " kaget mang Johari menatap Yuni dengan beberapa perban di tubuhnya.
" Iya mang, aku kemaren diserempet mobil pas pulang sekolah tapi ini udah mendingan kok cuma tinggal ngeringin luka " jelasku menatap mang Johari, dan kemudian beralih pada seorang gadis kecil yang dibawa mang Johari.
" Mamang bawa siapa ? Yuni yakin ini bukan anak mamang soalnya Yuni tau sama anak-anak mamang. "
" Mamang ikut prihatin ya neng semoga cepat sembuh " ucap mang Johari.
" Ohh iya masuk dulu aja mang sampai lupa nawarin, ngomong di dalam aja " mempersilahkan mereka masuk.
Mang Johari pun mulai menjelaskan siapa anak itu, dan mengatakan maksud Ia datang ke rumah Yuni.
" Ehmm tidak apa-apa mang, justru Yuni sangat senang kalo ada temannya ibu pasti juga senang, ohh iya ibu sedang ke pasar sebentar lagi juga pulang. "
" Terima kasih neng. "
" Namanya siapa ? " sapa ku dengan nada seperti anak-anak.
" Kakak ga kenapa-kenapakan ? Lukanya ga sakit ? pasti banyak darah ya kak " ucap Gia dengan ekspresi kesakitan.
Aku sedikit terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut kecilnya, dan juga ekspresinya saat berkata tadi.
" Ehhmmmm sedikit sakit, hanya sedikit saja tidak apa-apa " jawabku dengan senyuman.
" Yasudah mamang pamit neng, nanti tolong disampaikan saja maksud mamang tadi. "
" Siap mang. "
" Non Gia, mamang pamit ya non baik-baik disini, kak Yuni dan bi Nilam itu orang yang baik juga, yasudah mamang pamit non Gia, neng Yuni " pamit mang Johari lalu pergi.
" Yasudah sekarang kita masuk, sebentar lagi ibu kakak akan pulang kita tunggu saja non Gia mau kan ? " ucapku.
" Kalo mau panggil Gia juga tidak apa-apa kakak baik " sahut polos Gia.
" Hahahha, non Gia juga cukup memanggil kakak saja tidak perlu kakak baik juga seperti yang mang Johari katakan " ucapku dengan senyuman serta tawa mendengar sahutan polos Gia.
" Tidak Gia mau panggil kakak baik saja, karena kakak kuat kakak juga tidak menangis ketika lutut kakak berdarah itu berarti kakak baik, kalo Gia udah nangis sama papa mama " jelas Gia dengan ekspresi wajah yang menggemaskan.
Aku hanya mengelus kepalanya, dia terlalu polos dan jujur dengan semua perkataannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments