Ulang Tahun Nenek Kenzi

Alin kembali bekerja seperti biasanya. Hanya saja, sejak kejadian dijebak oleh Samuel waktu itu, Alin jadi lebih waspada. Bahkan sekarang dia tak berani menggunakan pakaian yang terlalu seksi.

"Lin, kamu dipanggil Bos Rafa," ucap Reina, teman Alin.

"Oke, thanks Na," jawab wanita itu. Dia segera menuju ruang Rafa.

Sesampainya di ruangan itu, Alin segera dipersilahkan duduk oleh Rafa. Pemuda bertubuh tinggi itu tersenyum ketika melihat penampilan Alin yang cukup sopan malam ini.

"Dua hari lagi hari ulang tahun sahabat nenekku. Mereka memesan minuman dari kafe kita, juga meminta agar menyediakan penyanyi di sana. Kebetulan dua hari ke depan Arumi sedang tidak bisa manggung. Aku pernah mendengar kamu bernyanyi, jadi bisa kah kamu menggantikan Arumi nanti?"

Alin mendengarkan perlahan-lahan setiap kata yang keluar dari mulut Rafa.

"Nenek-nenek masih merayakan ulang tahun?"

Lucu sekali, batin Alin.

"Yah, jadi gimana? Bisa?"

"Berapa komisi yang bisa kudapatkan?" tanya Alin penasaran. Rafa tersenyum mendengar pertanyaan wanita itu.

"Aku yakin tidak sedikit. Mereka orang kaya dan terpandang. Jadi sudah pasti kau akan mendapatkan tip yang lumayan."

Alis wanita itu bertaut. "Kalau memang orang kaya, lalu kenapa tidak mengundang artis papan atas atau penyanyi profesional saja? Aneh," ucap Alin sarkas.

"Entahlah, aku pun tidak mengerti. Mungkin ini rezeki baik untuk kita," sahut Rafa.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan bernyanyi di sana."

Setelah selesai berbincang dengan Rafa, Alin pun keluar untuk melayani para pelanggan lagi.

***

Alin benar-benar berubah, setiap pagi sebelum berangkat ke mall dia selalu mengantar Naufal sekolah terlebih dahulu.

Dia juga lebih sering menggunakan celana panjang dari pada rok seperti sebelumnya.

Di mall, para pegawai berkumpul. Biasanya jika mereka berkumpul seperti itu, mereka sedang bergosip ria. Alin tidak terlalu suka bergosip, dia pun mengganti pakaiannya dengan seragam di toko.

Manager toko datang untuk mengumpulkan para pegawai. Wajah para pegawai terlihat senang, bahkan mereka sampai berdandan secara berlebihan. Alin mulai keheranan, ada apa sebenarnya?

"Mulai besok, di mall ini akan ada syuting film. Saya akan memilih beberapa pegawai untuk menjadi pemeran pembantu dalam syuting tersebut."

Para pegawai berbisik-bisik senang. Mereka sangat ingin menjadi pemeran pembantu, biarlah menjadi peran pembantu pun, sudah bisa dilihat di layar kaca.

Manager mulai memanggil nama-nama pegawai yang akan dijadikan pemeran pembantu. Tiba-tiba, nama Alin juga disebut. Sontak beberapa pegawai perempuan berbisik iri.

"Alin? Pasti dia godain Pak Manager makanya dia yang dipilih," ucap Sonia. Dia memandang Alin penuh dengan rasa iri.

"Iya, dia pasti pakai pelet. Makanya langsung terpilih. Padahal dia baru kerja beberapa bulan."

Dan masih banyak lagi cibiran-cibiran untuk Alin dari mulut para pegawai yang iri padanya. Namun, reaksi Alin begitu santai. Baginya, apa pun pekerjaan yang ia kerjakan asalkan mendapatkan upah yang banyak dia pasti akan mengerjakannya dengan sepenuh hati.

Manager pun berhenti berbicara, dia memberikan semangat pada semua pegawai lalu menyerahkan kertas yang berisi dialog drama yang harus dihafal oleh para pegawai negeri yang terpilih.

***

Malam ini Alin menggunakan gaun tanpa lengan berwarna peach. Lekuk tubuhnya terlihat begitu pas. Kulitnya tampak bercahaya, wajahnya dihias begitu cantik dan menawan.

Malam, ini dia bekerja sebagai penyanyi di acara ulang tahun. Namun, satu hal yang tak Alin ketahui. Bahwasanya yang berulang tahun adalah nenek Kenzi.

Alin dan beberapa personil band kafe akhirnya sampai di depan hotel yang telah disewa. Mereka datang awal karena harus berlatih terlebih dahulu.

Mata cantik Alin membelalak melihat poster wajah seorang pria yang tengah memeluk tubuh nenek cantik.

Perasaan Alin mulai tidak enak. "Sebenarnya siapa yang ulang tahun?" tanya Alin pada pemain gitar yang berjalan di sisinya.

"Kau tahu Bos Kenzi? Pria yang terkenal memiliki bisnis di mana-mana. Nah, neneknya yang ulang tahun."

Alin menelan ludah susah payah. Sekarang, bagaimana bisa dia bernyanyi di hadapan pria itu?

"Alin, kau kenapa?"

"Ti-tidak," jawab Alin.

"Wajahmu pucat sekali. Kuharap kau tidak merusak perform kita malam ini," ucap Jeje.

Alin menanggapi dengan senyum terpaksa. Dia pun mengikuti teman-temannya ke atas panggung dan mulai memainkan beberapa lagu ringan. Beberapa tamu pun berdatangan dan mulai menikmati hidangan yang telah tersedia.

Host menaiki panggung dan membuka acara malam ini. Seorang pria tampan dan gagah berjalan beriringan dengan wanita tua yang menggunakan tongkat.

Alin merasakan matanya yang memanas, dia ingin menangis ketika melihat sosok nenek tua itu.

Bodoh, Alin merasa bodoh karena tidak bertanya terlebih dahulu pada Rafa mengenai orang yang ulang tahun malam ini.

Kenzi melihat ke arah panggung dan menatap penampilan Alin yang bersinar. Sudut hatinya berdesir melihat tubuh wanita itu.

"Kenzi? Apakah Nenek tidak salah lihat? Bukankah itu Alin? Cucu menantuku?"

Aulia sangat senang bahkan ingin segera berjalan ke arah wanita bergaun peach itu. Namun, Kenzi menahannya.

"Iya, dia kembali ke kota ini dan bekerja di kafe. Dia yang akan menghibur tamu Nenek dengan suaranya," ucap Kenzi.

Aulia menatap mata cucunya. "Kau yang merencanakan ini?" tanya wanita tua itu.

"Ini hadiah ulang tahun dariku. Aku tahu, Nenek begitu merindukan dia."

Ya, alasan Kenzi tidak dibuat-buat. Selama ini dia memang tahu bahwa neneknya itu sangat merindukan mantan istrinya. Namun, dia juga masih belum bisa melupakan pengkhianatan Alin dulu.

Suara Alin mengalun merdu dari atas panggung. Banyak tamu yang memuji bahwa penyanyi di atas panggung itu begitu cantik, suaranya juga merdu.

"Nenek, ini hadiah ulang tahun dari aku!" seru seorang perempuan cantik.

Laura berjalan anggun dengan gaun berwarna merah. Gaun yang panjang menjuntai sampai ke lantai, dan belahan dadanya terlihat.

Semua mata para tamu pria melihat ke arah Laura. Hanya Kenzi yang tidak tertarik sama sekali.

"Terima kasih, sayang," ujar Nenek Aulia sambil memeluk gadis yang menyukai cucunya itu.

"Semoga Nenek suka," ujar Laura. Dia pun berjalan ke arah Kenzi lalu menggandeng lengan pria berwajah dingin itu.

"Kau terlihat tampan malam ini," seru Laura. Di mata semua orang, Kenzi dan Laura tampak seperti pasangan yang sangat serasi.

Kenzi hanya mengangguk lalu menghiraukan pandangan Laura. Membuat Laura kesal.

Laura memandang wajah Alin di atas panggung. Tiba-tiba matanya menyiratkan rencana jahat.

"Wanita murahan, akan aku buat kamu menderita selamanya. Akan aku permalukan kamu di sini," lirih Laura.

Dia pun memanggil seorang pelayan lalu membisiki pelayanan itu.

"Ta-tapi, Nona. Itu … apakah tidak masalah?" Si pelayan merasa merinding mendengar rencana jahat gadis cantik ini. Dia tidak menyangka, gadis secantik ini memiliki hati yang kotor dan keji.

"Aku akan membayar mu dengan mahal," ujar Laura tersenyum manis.

"Ba-baik kalau begitu."

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

ceritanya keren kak. lanjutkan ceritanya ya. semangat.
5 like mendarat buatmu thor.

2024-04-25

0

Scar

Scar

Mantap banget thor, tetap semangat ya!

2023-07-16

0

Habibah Habibah

Habibah Habibah

Kapten!

2023-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!