Bang Drajat masuk ke dalam rumah, terlihat begitu sunyi dan Gizha tidak menyambut ataupun menjawab salamnya.
"Kemana Gizha?" Gumamnya sambil mencari Gizha ke belakang rumah. "Sayaang..!!"
Tetap tak ada jawaban sampai Bang Drajat mencarinya ke belakang rumah. Samar mata ia melihat tetes darah di sepanjang ruangan. Rasa paniknya begitu menekan pikiran saat jejak itu hilang di belakang pintu rumah.
Mata Bang Drajat melihat kain yang bercorak mirip dress milik Gizha.
"Gizhaaaa..!!" Bang Drajat berlari menuju arah tandon tua di belakang rumah, tandon untuk mengairi seluruh kebutuhan satu barak warga asrama. "Gizhaaaaaaaaaaa..!!"
...
Para Abang menahan tangis memapah langkah Bang Drajat yang terseok lemas. Begitu melihat jenazah Gizha, kaki Bang Drajat tak lagi bisa menopang tubuhnya sendiri. Ia merangkak memeluk tubuh Gizha yang terbujur kaku.
Bang Drajat juga mendaratkan kecupan sayang di perut Gizha sebagai tanda perpisahan. "Maafkan Papa yang tidak bisa menjagamu dan Mama dengan baik. Gizhaa.. aku memang pantas mati."
Tak lama Ayah Rojaz, Mama Rhena, Papa Musa dan istri masuk ke dalam rumah duka. Sungguh Ayah Rojaz begitu emosi. Beliau langsung menghajar Bang Drajat tanpa ampun.
"Aku lama menunggunya, bertahun-tahun menantikan hadirnya dan kau datang hanya untuk menghilangkan nyawanya.. Letnan kurang ajar..!!"
buugghh..
"Ayaah.. sabar yah. Drajat juga nggak tau apa-apa." Bang Ranjha memeluk Ayah mertuanya.
"Dia menghamili putriku Disha tapi malah menikahi Gizha sampai hamil juga. Laki-laki B*****t..!!"
Bang Drajat tak menggubris ucapan Ayah Rojaz, hatinya hanya tertuju pada rasa kehilangan yang dalam atas kepergian istri tercinta.
"Nanti kita bicara yah. Jangan ribut di hadapan jenazah Gizha." Kata Bang Ranjha mengingatkan.
...
Bang Drajat meremas tanah makam Gizha. Dunianya terasa hancur lebur tak bersisa. "Gizhaa.. Gizhaaaaaaa.."
"Pot.. poooott.. Tangi pot..!!" Bang Beno membangunkan littingnya yang tertidur di bengkel Batalyon.
"Astagfirullah hal adzim.." Bang Drajat memercing menyentuh perutnya yang masih terluka, dadanya pun ikut terasa sakit. "Tolong antar aku pulang pot..!!" Pinta Bang Drajat rasanya tak sanggup berjalan karena syok dengan mimpinya.
:
Sampai di rumah Bang Drajat segera berlari mencari Gizha.
"Pooott..!!!!" Protes Bang Beno karena sahabatnya itu langsung melompat turun saat motor belum berhenti dan itu membuatnya sampai terguling. "Sempruuull..!!"
Tak ada yang menjawab salamnya seperti pada mimpinya tadi. Seakan Dejavu, ada bekas darah di lantai. Kepanikan Bang Drajat pun menjadi-jadi.
"Gizhaa. Gizhaaaaaaa..!!!!" Bang Drajat mencari Gizha.
"Maas.."
Mendengar suara Gizha, Bang Drajat langsung datang menghampiri arah sumber suara.
"Gizhaa.. sayang..!! Kamu baik-baik saja khan??" Bang Drajat menghujani Gizha dengan ciuman sayang. "Aku mencintaimu Gizha.. sangat mencintaimu..!!"
Gizha menatap wajah Bang Drajat kemudian sedikit menjauh tapi Bang Drajat terus menariknya ke dalam pelukan.
"Jangan jauh dari Mas dek. Mas nggak mau pisah sama kamu." Ucap Bang Drajat sampai gemetar memeluk Gizha.
'Secinta inikah Om sama Gizha. Maafkan aku Gizha.'
"Dis.... Gizha nggak apa-apa... Mas." Jawab 'Gizha'.
"Kita ke dokter kandungan ya, kita periksa kandunganmu. Mas khawatir sekali sama keadaanmu."
Mau tidak mau Gizha menyanggupi.
...
"Delapan minggu?? Bukankah seharusnya enam minggu?" Tanya Bang Drajat sedikit bingung.
"Tapi benar Jat, coba kamu lihat ini. Usia kandungan Gizha mendadak delapan Minggu." Kata dokter.
Bang Drajat terdiam tak bisa menerka apa yang terjadi.
"Hmm.. atau mungkin kemarin aku salah hitung?" Dokter duduk dan masih memperhatikan layar USG.
Bang Drajat pun bisa melihat bentuk kecil bergerak-gerak pelan. "Allahu Akbar, Maha besar Tuhan menciptakan makhlukNya dengan sempurna." Tak ada pikiran apapun dari dalam hati Bang Drajat.
"Ini.. seperti rahim yang berbeda Jat. Rekam medis istrimu begini, tapi sekarang begini." Tunjuk dokter pada map rekam medis Gizha.
Bang Drajat tak menggubris dan hanya sibuk mengusap perut Gizha dengan senyumnya.
***
"Ijin Dan, ada seorang wanita tersangkut di ujung bendungan." Lapor seorang anggota saat sedang ada bakti sosial bersih desa.
Seorang Letnan melihat ke arah sosok yang sedang di angkat kemudian terpekik kaget. "Ya Allah.. Gizhaaaaa.."
...
"Bangun Gizhaaa.. Apakah suamimu sejahat itu sampai menyakitimu seperti ini. Aku nggak bisa terima perlakuannya padamu dek." Bang Erlangga frustasi cemas dengan keadaan Gizha.
"Ijin Dan, saya tidak bisa menemukan berkasnya." Laporan seorang anggota Bang Erlang.
"Apa bukan dari Matra kita? Yang saya dengar suami Gizha ini satu Matra dengan kita." Kata Bang Erlang.
Bang Erlang cemas karena dirinya akan pindah satuan tugas tapi malah harus menghadapi masalah seperti ini.
"Persetan, aku akan membawa Gizha bersamaku." Ucap tegas Bang Erlang.
//
"Disha pergi kemana?" Tanya Bang Katon.
"Di pesan singkat ini hanya ada pesan kalau dia pergi keluar kota untuk kuliah Pa." Jawab Mbak Enny.
"Baguslah, setidaknya Disha tidak menggangu hubungan Drajat dan Gizha lagi." Jawab Bang Katon mengurai kelegaan.
-_-_-_-_-
Hari mulai malam dan Ayah Rojaz tiba karena telepon dari Bang Erlang.
"Hhh.. yang menikah bukan Gizha, tapi Disha. Kamu salah paham Lang." Ayah Rojaz melihat bahu Gizha yang tidak memiliki tanda. Disha saja baru video call saya. "Mungkin Gizha hanya ingin membuatmu panik saja." Kata ayah Rojaz.
"Benarkah itu dek?" Tanya Bang Erlang.
Senyum cantik Gizha tersungging manis. "Iya Bang." Senyum tanpa beban karena yang di ingatnya hanya sosok Bang Erlang seorang, kekasihnya.
"Saya tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi. Lebih baik kalian menikah saja. Saya sendiri yang menikahkan. Kamu bersedia atau tidak Lang?" Tanya Ayah Rojaz.
"Tentu saya bersedia yah." Jawab Bang Erlangga menyambutnya.
...
"Sah.. Alhamdulillah.."
Bang Erlang tersenyum haru bisa memperistri gadis secantik dan sebaik Gizha.
"Baang.. perut Gizha sakit sekali."
"Perutmu terbentur dahan kayu. Kamu sampai pendarahan sayang, tapi kata dokter pasti nanti sembuh sendiri. Nggak ada masalah yang serius." Kata Bang Erlang.
Gizha tersenyum lega mendengarnya.
"Cepat sembuh, Abang cepat pengen punya anak." Goda Bang Erlang.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Jadi malas aku bacanya,Alurnya kayak gak masuk akal banget..
2024-03-14
0
Qaisaa Nazarudin
Nah kan benar Ghizaa yg meninggal,Berarti benar yg di rumah itu Dhisa,Umur kandungannya juga beda,Duuh Drajat kok gak peka sih..😡😡
2024-03-14
0
Qaisaa Nazarudin
Nah ini Dhisa bukan Ghizaa drajat..
2024-03-14
0