KALI PERTAMA

Sudah hampir dua bulan Papinya Meilin berada disalah satu Rumah Sakit di Singapore . Meilin dan Maminya juga hanya bertukar kabar melalui Telepon saja.

Pagi ini serasa Meilin sangat malas untuk bangun dari tempat tidurnya . Entah sudah berapa kali ia melirik Jam waker pada meja didekat tempat tidur tersebut , namun ia tetap enggan untuk bangun . Dilihatnya kembali jam itu " ahhh... sudah pukul lima pagi ternyata " gumannya .

Dan... masih beberapa menit berikutnya , Meilin masih tetap bermalas malasan diranjangnya.

Ditariknya kembali selimutnya.

tok....

tok...

tok..

Pintu kamarnya diketuk dari luar.

Mel....apakah kamu sudah bangun ?" panggil mbak Yanti dari luar kamarnya.

Ya mbak , sudah ." jawap Meilin dengan nada yang terlihat sangat malas .

Ayo bergegas sayang , ntar kamu terlambat sekolah lho ." kata mbak Yanti lagi.

Tidak biasanya Meilin masih dikamar pukul segini ." guman mbak Yanti.

Kasihan sekali Meilin , ia pasti sangat merindukan kedua orang tuanya ." gumannya lagi.

Tidak terasa air mata pengasuhnya itu menetes , mengingat bagaimana masa kecilnya Meilin yang hampir sering ditinggal oleh orang tuanya.

Hanya pengasuhnyalah satu - satunya tempat Meilin berkeluh kesah , merengek , bercanda dan bermanja - manja.

Akhirnya Meilin pun bangun dan bergegas merapikan tempat tidurnya , lalu ia mandi.

Tidak sengaja sebelum ia masuk kekamar mandi , ia melihat photo Papinya , Maminya dan dia . Terpajang didinding kamarnya . Itu adalah photo bersama orang tuanya ketika masa kecilnya . ketika mereka berkunjung ke Korea , tanah kelahiran Maminya.

Air matanya pun bergulir , mengenang semua kebersamaan itu .

Dari kecil ia sudah terbiasa ditinggal oleh orang tuanya , tetapi bukan dalam keadaan yang begini .

Ia mengambil photo itu , lalu memeluknya , dan air bening itu pun menetes kembali dari sendu matanya.

Pi...Mi...aku sudah sebesar ini sekarang , tapi kalian tidak tau bagaimana aku melalui semua ini . sangat sedikit waktu yang aku punya untuk bersama - sama dengan Papi dan Mami ." ucabnya lirih sambil memeluk photo mereka tersebut.

Tapi bagiku tidak masalah Mi , Pi , karena aku tau kalian bekerja untukku , untuk Masadepanku ." bisiknya lagi pada dirinya.

Tapi bukan dalam keadaan yang seperti ini . Biasanya setiap sore aku pasti berbincang - bincang dengan Papi , walau hanya melalu telepon , dan sekarang....

Pi....aku kangen dengar suaramu ." lirihnya dalam tangisnya pagi itu.

***

tok..

tok...

tok...

Pintu kamar Meilin diketuk lagi oleh mbak Yanti setengah jam kemudian.

Mel...apa kamu sudah siap - siap sayang ? sebentar lagi jemputanmu datang ." panggil mbak Yanti dari luar kamar , setengah berteriak.

Ya mbak , ni aku dah siap - siap kok ." sahut Meilin dari kamar nya.

Meilin membuka pintu kamar dan menjinjing tas ranselnya , kemudian melangkah kemeja makan.

Mbak , aku tidak serapan ya !" kata Meilin.

Iya sudah , Susunya saja diminum ya ." sahut mbak Yanti dengan ciri khas kelembutannya.

Baik mbak ." kata Meilin , dengan sigab mengambil Susu yang sudah tersaji pada meja makan tersebut.

Ini serapannya dibawa saja kesekolah , nanti serapan disekolah ya ! " kata mbak Yanti lagi , sembari memasukkan serapan Meilin kedalam wadah.

Ouh iya mbak , terima kasih !" kata Meilin , kembali meminum Susunya.

Tin....

Tin....

Tin....

Klakson Mobil terdengar diluar pagar rumah Meilin.

Jemputanmu sudah tiba Mel " ucab mbak Yanti sambil berlari keruang depan , kemudian membuka pintu utama.

Iya mbakkkkk " teriak Meilin   .

Meilin tidak sempat lagi untuk memakai sepatunya . Ia pun mengambil sepatunya dari rak sepatu dan menenteng sepatu tersebut kemobil jemputannya.

(sangat ribet dah kelihatan . Bekal untuk makan siang dan serapan , ditenteng ditangan kanan , sepatu ditangan kiri , tas dipunggung , dengan sedikit bekas susu dibibirnya yang agak celemotan.)hhhaahaha

Meilin terlihat sangat tergesa - gesa , dan berlari kecil kearah pintu pagar yang sudah dibuka oleh mbak Yanti.

Mbak , Meilin berangkat sekolah ya ." kata Meilin pada mbak Yanti , yang berdiri tepat dibibir pintu pagar rumahnya.

Iya sayang ." sahut mbak Yanti.

Tunggu dulu Mell ." panggil mbak Yanti tiba - tiba.

Ada apa mbak ?" sahut Meilin kaget , menghentikan langkahnya yang akan masuk kedalam mobil , lalu memutar balik tubuhnya menghadap pada pengasuhnya tersebut.

Di Bibirmu ada celemotan Susu tuh , dibersihin dulu sayang ." kata mbak Yanti , menunjuk pada bibirnya Meilin yang mungil.

Duhh...gimana ngebersihinnya , semua tangan sudah berisi ." timpal Meilin ngedumel.

Ishhh kamu itu ya , minum Susu saja masih belepotan begini , seperti anak kecil saja ." kata mbak Yanti , sembari membersihkan noda Susu yang belepotan pada bibir gadis belia tersebut . Meilin tersenyum sendiri oleh ulahnya pagi ini.

Sudah bersih , ayo masuk ke Mobil . " pinta mbak Yanti sambil mencubit manis pipi Meilin yang lembut dan kenyal itu.

Walaupun Melin sudah berusia 17 tahun , tetapi ia tidak seperti temannya kebanyakan yang sudah memakai bermacam - macam kosmetik . ia hanya menggunakan bedak baby tabur pada wajahnya.

Itulah sebabnya bibirnya sangat merah merona ,  karena belum pernah disentuh bahan - bahan kimia atau Lipstik dan semacamnya.

Ehh Mel...banyak amat bawa tentengan , mau pindahan apa Sekolah ?" sapa Mick , sinis.

Pria yang tepat duduk disebelah bangkunya.

Meilin cuek pada pertanyaan iseng teman satu sekolahnya itu .Teman yang adalah juga tinggal disatu komplek dengannya . Mick adalah kakak kelasnya.

Ia bergegas memakai sepatunya , dan juga kembali merapikan pakainya , yang ia rasa berantakan karena terburu - buru tadi.

Meilin mencoba melihat kearah jendela Mobil , yang sudah pasti terbuat dari kaca . Untuk sekedar berkaca , memastikan apakah masih ada yang aneh diwajahnya karena terburu - buru tadi . Sebelum ia kembali diledek oleh teman - temannya.

Sesampainya disekolah , seperti biasa Meilin langsung menuju ruangan kelasnya.

Aduhhh....pekik Meilin kaget , ketika melihat surat undangan dari sekolah yang tertinggal dilaci mejanya . Surat tersebut seharusnya diberikan kepada orang tuanya , agar turut serta mengambil rapot anaknya disekolah.

Ternyata Meilin tidak memasukkan surat itu kedalam Ranselnya.

Walaupun itu surat untuk orang tua ,

tetapi Orang Tua Meilin tidak pernah bisa hadir bersama dengan Meilin mengambil rapotnyav. Orang Tuanya selalu Walikan oleh mbak Yanti.

Aduhh , gimana ini , kok aku bisa lupa begini ya.." pekiknya lagi.

Meilin kemudian menghapiri temannya yang tengah asik bermain game di Handphone.

Nin , boleh kah aku pinjam Handphone kamu , ingin menelpon kerumahku " pinta Meilin dengan Wajah melas .

Tumben...ada apa Mel ?" sahut temannya sedikit bingung.

Aku lupa membawanya , dan lupa juga memberitahu pada Orang Tuaku ." jawap Meilin dengan muka sayu . Memperlihatkan surat undangan yang masih dipegangnya.

Ouhh , sudah ahh...

macam dunia mau kiamat saja ." canda temannya itu.

Nihh pakailah ." kata temannya itu lagi padanya , sambil memberikan Handphone miliknya.

Hallo...." sapa mbak Yanti diujung telepon.

Hallo...mbak ini Meilin ,

Meilin cuma mau ngasih tau mbak , Mbak hari ini datang kesekolah ya ?" ucab Meilin

Waduhh...ada apa Mel ? tumben !" kata mbak Yanti bingung.

Mbak , hari ini Meilin bagi rapot , tapi Meilin lupa bawa surat undangannya , lupa juga ngasih tau mbak Yanti ." timpal Meilin lagi , menjelaskan.

Oooooo " kata mbak Yanti panjang.

Ya sudah , mbak siap-siap dulu ya ." kata mbak Yanti lagi.

Baik mbak ." jawab Meilin dan menutup Teleponnya.

Terima kasih ya Nin ! " ucap Meilin , sembari menyerahkan kembali Handphone teman satu kelasnya itu.

Sama - sama Mel ." sahut temanyanya itu dengan senyuman yang sangat manis.

Temannya tersebut menatap pada Meilin yang sedang berjalan kembali kebangkunya , lalu mengikuti Meilin dan duduk tepat disebelahnya.

Mel..." sapa Nina .

Ehh iya Nin...ada apa ? " sahut Meilin , tersenyum.

Kamu ada masalah ya ? kok beberapa minggu ini kamu terlihat sangat murung ?" tanya Nina.

Hm...Papiku sedang dalam keadaan sakit Nin . Sudah Dua Bulan dirawat di Rumah Sakit di Singapore !" jawap Meilin dengan muka murung.

Ouhh...maaf ya , aku tidak bermaksut membuatmu sedih ." kata Nina sambil mengelus pundak Meilin.

Iya nin , terima kasih ya , kamu sudah perhatian ke aku " ucab Meilin lagi.

Iya Mel , jika kamu ingin cerita , cerita saja samaku , jangan ragu ya ." kata Nina , memberi semangat.

Terima kasih ya Nin... " jawab Meilin

Seperti biasa , jika pembagian rapot , Orang Tua Siswa- Siswi akan berdiri dibagian belakang , dan para Siswa - Siswi akan tetap duduk seperti biasa dibangku mereka masing - masing.

Meilin terlihat gusar , karena ia belum juga melihat mbak Yanti tiba disana .

Mungkin mbak Yanti sedikit telat ." dalam bathinnya , berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Kini tiba giliran nama Meilin yang dipanggil.

wanita itu sangat kaget mendengar namanya tersebut.

Seorang wanita maju kedepan mengambil rapotnya.

Hahhhhhh..... " Meilin tampak sangat kaget.

Sejak kapan Mami datang ?

kok aku tidak lihat ?

Mami kan di Singapore.

Lah... yang jaga Papi siapa ?

Atau Papi sudah pulang juga ?

Meilin bertanya - tanya dalam hatinya dengan kebingungan.

Ahhh wanita itu....walaupun sudah terlihat guratan diwajahnya , yang menandakan usianya sudah lebih setengah abad , namun ia tetap terlihat cantik dan smart ." guman Meilin dalam hatinya , memandang Ibunya tersebut penuh dengan kerinduan.

Ini kali pertama Orang Tua Meilin ikut mengambil Rapot Putri semata wayangnya itu.

Bukan tidak mau , hanya saja kesibukan Orang Tuanyalah yang mengakibatkan itu semua.

Setelah pembagian Rapot selesai , Meilin langsung menghapiri Maminya.

Mi..." sapa Meilin , dan langsung memeluk Maminya . Seketika Ibu dan Anak itupun berpelukan , melepas rindu.

Ia sangat merindukan wanita itu , rindu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Kapan datang Mi ?" tanya Meilin bingung , setelah melepas pelukannya.

Baru saja tiba tadi sayang ." jawap Maminya, sambil mencubit kurum Meilin dengan gemas.

Tadi mbak Yanti akan menyusul kamu kesekolah , bertepat sekali Mami sampai di Rumah . mbak Yanti menjelaskan pada mami , bahwa hari ini kamu bagi rapot .Jadi Mami memutuskan untuk kesini ." kata Maminya menjelaskan.

Ouhhhhh..." kata Meilin panjang, mengerucutkan bibir mungilnya.

Papi gimana Mi ?vPapi ikut pulang kan? " tanya Meilin penasaran.

Belum sayang...belum ada perkembangan pada Papimu . Mami pulang karena sangat merindukanmu . Juga ada dokumen penting yang akan Mami mau urus sayang " kata Maminya menjelaskan lagi.

Seketika itu Meilin pun tertunduk lesu , mendengar penjelasan Maminya tersebut.

Sudah ahh sayang jangan begitu . Kamu yang semangat dong sayang ." hibur Maminya dengan logat Koreanya yang masih kental.

Iya mi ." jawap Meilin berat.

Meilin sadar , dia harus tegar dimata Maminya , agar tidak menambah beban bagi pada Maminya jika ia juga ikutan murung.

Mengapa Mami tidak ngabarin kita , kalo Mami mau pulang ?" tanya Meilin, mengalihkan pembicaraan.

Tidak apa sayang , Mami cuma mau kasih kejutan saja , pada Putri Mami yang sangat Mami rindukan ini ." kata Maminya , sambil mengelus - elus rambut Meilin yang terlihat sudah mulai panjang .

Mami mau ketemu Walimu dulu sayang , Mami belum kenal siapa Walimu ." pinta Maminya pada Meilin.

Semenjak Meilin masuk Kejuruan Menengah disana , semua urusan diserahkan pada mbak Yanti . Bahkan baru sekali ini Maminya menyempatkan datang kesekolah Meilin.

Hal itu membuat Meilin sedikit bahagia.

Kamu tunggu dikantin ya sayang . Mami akan berbincang - bincang dulu dengan Wali kelas mu ." pinta Maminya.

Baik Mi ." jawab Meilin nurut.

Meilin pergi ke arah kantin , dan Maminya kembali keruang kelas untuk bertemu Gurunya Meilin . Terlihat Walinya tersebut masih duduk diruang kelas Meilin , bersama dengan Orang Tua murit lainnya . Sekedar berbincang - bincang.

Mel...itu Mamah mu ?" tanya Nina

Iya Nin ." jawap Meilin.

Waw...Mamah kamu cantik banget ya , mirip Orang Korea gitu ." seru teman Meilin yang lainnya.

Iya , Mamiku memang bukan berkebangsaan Indonesia . Mamiku adalah berkebangsan Korea ." jawap Meilin lagi.

Ooooooo...sahut teman - teman Meilin serentak . Teman satu kelasnya yang nimbrung bareng-bareng dikantin tersebut.

Tadi kamu bilang bahwa Mamimu berada di Singapore !" tanya Nina dengan sedikit heran.

Iya Nin , Mamiku baru pulang tadi pagi.

Beliau juga tidak memberi kabar jika akan pulang hari ini ." jawap Meilin lagi menjelaskan.

Ouh begitu ." jawap Nina.

Kemudian Meilin membuka bekal serapannya.

Lalu menawarkannya pada teman - temannya.

Ehhh aku bawa bekal ni , ada yang mau gak ?" tanya Meilin pada teman - temannya itu.

Mengapa kamu bawa bekel banyak ? " tanya salah satu temannya.

Iya nih , tadi aku tidak sempat serapan , jadi dibawa kesekolah saja . Dan yang satunya lagi buat bekal siang ." jawap Meilin lagi.

Ayo kita makan rame - rame " pinta Meilin.

Teman satu kelasnya itupun bersama - sama melahap bekal yang dibawa oleh Meilin tadi.

Dari semua Siswa , tampak hanya Meilin saja yang membawa bekal makanan dari rumah . Tidak seperti temannya yang lainya yang diberikan uang saku.

Meilin juga selalu dapat uang saku setiap minggu .Tetapi ia tidak menggunakannya untuk Uang jajan . Ia lebih memilih bawa bekal saja , dan menabung uangnya.

Orang Tuanya juga sudah membiasakan Meilin untuk membawa bekal dari rumah.

Selain terjamin kebersihannya , juga masakan mbak Yanti sangat enak , sekalipun cuma nasi goreng . Jadi Meilin tidak keberatan dengan aturan dan peraturan Maminya tersebut.

Setelah selesai melahap bekalnya Meilin , sambil menunggu Orang Tua mereka berbincang - bincang dengan Wali kelas mereka , anak - anak remaja itu juga terlihat sedang berbincang - bincang di Kantin . Disana juga tampak sangat rame oleh Siswa-siswi lainya , yang baru menerima Raport .

Ada yang memperlihatkan nilai mereka kepada teman - teman mereka dengan sombongnya . Ada pula yang cuek dengan nilai - nilai mereka yang berwarna merah.

Sesama teman disana saling mengobrol.

Tetapi bagi Meilin untuk sekarang ini itu tidak penting . Walaupun ia mengobrol dengan teman -temannya , tetapi pikirannya jauh melayang pada Papinya yang masih berada di Singapore.

Bagaimana keadaan Papinya ?

Siapa yang menjaganya di Singapore?

Ahhhh... Sesaknya hati ini " bathin Meilin.

Namun ia tidak bisa melakukan apapun.

Ia hanya seorang remaja yang masih dalam tanggungan penuh Orang Tuanya.

Dan sekarang ini ia juga harus tunduk dan patuh pada apa yang Maminya katakan.

Walaupun selama ini Meilin adalah anak yang tidak pernah membangkang , dan selalu nurut pada apa kata Orang Tuanya .Tetapi saat ini ia harus sangat menjaga perasaan Maminya .

Meilin...ayo sayang...kita pulang ." ajak Maminya.

Meilin kaget dengan kedatangan Maminya yang tiba - tiba . Kedatangan maminya disana membuyarkan lamunannya.

Ehhh iya Mi , Ayo ." jawap Meilin singkat.

Meilin pamit dulu ya Mi pada supir bus jemputan Meilin ." kata Meilin menegaskan pada Maminya.

Tidak perlu sayang , tadi Mami sudah bertemu Pak Johan ." Maminya menjelaskan , bahwa Maminya sudah pamit membawa Meilin pulang pada supir Bus jemputan sekolah Putrinya itu.

Baik Mi ." jawap Meilin nurut.

Teman - teman aku balik lebih dulu ya , sampai ketemu dikelas tiga ." kata Meilin dengan senyum hambar.

Okeh..." jawap teman - temannya sambil mengangkat jempolnya masing masing , kemudian mereka saling melambaikan tangan.

Maminya Meilin tersenyum pada teman - teman Meilin , tanda menyapa dan pamit.

Meilin dan Maminya bergegas keparkiran Mobil.

Maminya Meilin adalah driver yang luar biasa , Meilin pun mengakui itu.

Pernah suatu hari Meilin meminta pada Maminya , agar Meilin diajari untuk menyetir Mobil .Tetapi maminya belum mengijinkannya . Menurut wanita Korea itu , usia Meilin belum cukup untuk menyetir . Meilin tidak bisa berbuat apa - apa untuk itu.

Melll.... " sapa Maminya , ketika mereka sudah berada didalam Mobil.

Iya mi ." sahut Meilin kaget , karena ia tengah melamun.

Mami melihat kamu dari tadi melamun terus sayang . Kamu pasti lagi memikirkan Papi kan sayang?

Papi akan baik - baik saja nak ." wanita itu membuka percakapan lagi , sambil mengelus rambut Putri semata wayangnya itu.

Meilin hanya mendengus kasar , sambil memandang jauh kedepan pada jalan raya.

Maminya mulai menjalankan mobil dengan perlahan , keluar dari parkiran.

Mel....Mbak Yanti akan menikah , dan ikut suaminya pindah ke Surabaya ." Maminya melanjutkan pembicaraan lagi sambil vocus mengendarai mobil .

Lagi - lagi meilin terlihat hanya mendengus saja , meilin tampak mengembuskankan napasnya sangat kasar.

Minggu depan Mbak Yanti akan pulang kekampungnya ." maminya melanjutkan pembicaraannya.

Mami bingung ,

sementara mami akan kembali terbang ke Singapore untuk menemani papimu ,

dan bagaimana dengan mu disini sayang ?" maminya kembali membuka pembicaraan lagi , dan tampak Meilin hanya diam saja.

Ouh ia sayang , apakah kamu ingin ikut Mami ke Singapore , untuk melihat papimu ?" seru maminya tiba - tiba.

Meilin terlihat bersemangat memandang pada maminya , dan mengenyitkan alisnya , memastikan maminya tidak bercanda.

Apa yang salah ?"maminya mengernyitkan dahinya juga , bingung memandang kearah Meilin , tapi tetap vocus mengendarai mobilnya.

Mami gak bercanda han ?" Meilin memastikan ajakan maminya bukanlah hanya candaan semata.

Ya serius dong sayang ." jawap Maminya menegaskan.

Kita pergi setelah urusan Mami selesai disini , dan sekalian juga menunggu Mbak Yanti yang akan berangkat minggu depan pulang kekampungnya ." tambah Maminya lagi.

Mereka telah sampai kegerbang Villa Melati Residence , Perumahan tempat mereka tinggal . Perumahan yang sangat bergengsi di kota itu . Seperti biasanya , sebelum masuk kekomplek itu , mereka harus menunjukkan identitas khusus untuk para penghuni komplek itu , kepada Security pintu gerbang perumahan tersebut.

Setelah selesai pemeriksaan digerbang , barulah mobil mereka diijinkan untuk masuk.

Begitulah cara masuk jika ingin keperumahan tersebut.

**

Setelah selesai makan malam pada pukul Tujuh , Meilin segera masuk kedalam kekamarnya.

Ketika ia hendak masuk kekamar , tiba - tiba pandangannya tertuju pada  Piaano yang ada disudut ruangan keluarga itu.

Seketika Meilin pun menghampiri piano itu , lalu membuka penutupnya.

Sudah dua bulan lebih Meilin tidak memainkan Piano itu . Ntah mengapa ia sangat tidak ingin memainkan piano itu , melihat saja ia sudah malas.

Ahhh Papi , aku rindu sekali kita berada disini , seperti hari - hari yang sudah kita lalui ." gumannya lirih dengan mata berkaca - kaca.

Ditekannya tombol on/off pada benda itu , dan benda itupun menyala.

Kemudian ditekannya tutc piano itu oktap demi oktap , sehingga terdengar Istrumen sebuah lagu yang biasa ia nyanyikan bersama dengan Papinya.

Ia kembali menekan tutc demi tutc lagi.

Kini air matanya sudah banjir , ia tidak mampu lagi membendung air itu untuk keluar dari matanya .

Tiba - tiba sesosok Wanita memeluknya dari belakang , yaitu Maminya . Malam itu mereka pun bernyanyi bersama.

"teringat masa kecilku , kau peluk dan kau manja.

Indahnya saat itu buatku melambung.

Di sisimu ...terngiang hangat napas segar harum tubuhmu.

Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu.

Kau ingin ku menjadi yang terbaik bagimu ,

Patuhi perintahmu , jauhkan godaan

Yang mungkin kulakukan dalam waktu kuberanjak dewasa.

Jangan sampai membuatku terbelenggu , jatuh dan terinjak.

Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya.

Kuterus berjanji tak kan khianati pintanya.

Ayah dengarlah betapa sesungguhnya kumencintaimu.

Kan kubuktikan kumampu penuhi semua maumu.

Andaikan detik itu kan bergulir kembali ,

Kurindukan suasana basuh jiwaku ,

Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu.

Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati.

Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya.

Kuterus berjanji tak kan khianati pintanya.

Ayah dengarlah betapa sesungguhnya kumencintaimu.

Kan kubuktikan kumampu penuhi semua maumu "

(Ada ikatan istimewa yang terjalin antara Ayah dengan anaknya , dimulai sejak seorang anak hadir ke dunia . Dan ketika peran sebagai seorang Ayah dilakoninya secara mendalam , dengan menjadi seorang pelindung , panutan , pembimbing serta menjadi seorang sahabat bagi anak-anaknya , dan menghabiskan waktu bersama-sama , membuat ikatan istimewa tersebut terjalin semakin kuat. 

Ketika jarak dan waktu memisahkan , kenangan saat-saat bersama akan muncul , yang membuat kita sebagai seorang anak merasakan kerinduan pada sang Ayah . Ada keinginan untuk segera bertemu dengan ayah)

Meilin menghentikan Piano itu , ia menangis sampai sesenggukan , dan Maminya juga ikut menangis dan tetap memeluk Meiilin .

Tetapi pandangan mereka tertuju pada arah yang sama , yaitu pada bingkai photo keluarga yang dipajang tepat diatas Piano itu.

Mihhh , aku sangat merindukan Papi ." Meilin membuka percakapan dan masih menangis.

Iya sayang , kita akan segera bertemu dengan Papimu ." jawap Maminya.

Seorang wanita disudut pintu ruangan itu juga menangis , mengingat kebaikan tuannya itu.

Mbak Yanti menyeka kedua matanya , yang sudah penuh dengan air mata.

Tujuh belas tahun lebih dia ikut pada majikannya itu , tidak ada sepatah katapun yang keluar menyakiti hatinya . Mbak Yanti sudah dianggap keluarga oleh Pak Albert dan Ibu Mai Hwa , Papi dan  Maminya Meilin .

Mami tinggal ya sayang ." ucab Maminya .

Iya mi , Meilin masih ingin main Piano ." jawap Meilin.

Maminya meninggalkan Meilin diruangan itu, dan Meilin masih saja memandangi photo itu .

Maminya masuk kekamarnya , lalu duduk ditempat tidurnya.

Ia meraih photo kluarga yang ada dimeja hias disamping tempat tidurnya.

Ia memandangi photo Suaminya dan photo Putrinya itu.

Hmmm..." gumannya.

Apa yang akan kulakukan pada Putrimu itu sayang ?" bisiknya sendiri dikamar itu , sambil memandangi photo Suaminya tersebut.

Maminya Meilin sungguh kebingungan.

Mbak Yanti akan segera berhenti bekerja dan ikut suaminya ke Surabaya . Sementara Maminya akan tetap ada di Singapore untuk menemani Suaminya yang belum sadarkan diri.

Bagaimana dengan Meilin?

Siapa yang akan menemani dia disini?

Tidak mungkin ia kutinggalkan sendiri disini?

atau tidak mungkin ia ikut ke Singapore , ia sedang sekolah.

Aku sungguh tidak percaya meninggalkan ia pada orang baru , jika aku ingin mencari Assistand baru rumah tangga ." gumannya.

Ahhh belahan jiwaku , cepat lah pulih. " bisiknya lirih lagi pada dirinya sendiri , sambil memeluk photo keluarga itu . Maminya , Meilin dan Papinya.

Handphonenya berbunyi , menandakan ada panggilan masuk.

Hallo..." jawab Maminya.

Hallo..." jawab dari ujung telepon.

Bagaimana keadaan Papinya Meilin ?" tanya sosok prempuan diujung telepon itu , yang tak lain adalah Neneknya Meilin.

Mai Hwa menjelaskan pada Mertuanya itu keadaan suaminya.

Ya sudah ...kita banyak - banyak berdoa pada Sang Kuasa , hanya padaNya lah tempat berserah , semoga ada kemajuan pada kesehatan Papinya Meilin ya ?" kata Mertuanya diujung Telepon , yang berada disalah satu kota di Sumatra Utara itu .

Iya mah ." jawap mantunya itu.

Sekarang yang membuatku tambah bingung , Mbak Yanti pengasuhnya Meilin akan menikah , dan akan ikut pindah bersama suaminya ke Surabaya.

Sementara aku harus tetap berada di Singapore untuk menemani Papinya Meilin ." cerita Mai Hwa pada mertuanya itu.

Aku bingung siapa yang akan menemani Meilin disini ?"

Tambah Mai Hwa lagi , dengan suara yang seperti tercekik , berkeluh kesah pada mertuanya tersebut.

Terpopuler

Comments

Gita Bunga

Gita Bunga

lagunya bikin sesak.

2020-12-19

0

Ifa Al Fariz

Ifa Al Fariz

terharu thor

2020-05-21

0

Dafia Nuraini

Dafia Nuraini

Terharu, seakan aq ikut merasakan kepedihannya

2019-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 KEHIDUPAN YANG BERIKUTNYA
3 PIANO
4 KONTES MUSIK
5 LAGI - LAGI
6 KALI PERTAMA
7 BUNGA LILY
8 PERPISAHAN
9 ANAK-ANAK PERAHU
10 JABATAN YANG TAK TERDUGA
11 DOKUMENT
12 DOKUMENT BARU LAGI
13 SAH
14 PRESENTASI
15 HEBREW
16 MENGGANTIKAN
17 KEMESRA'AN
18 CEWEK LANGKA
19 MEREK PARFUM
20 TEBAKAN
21 SEDIH
22 yah,ini RINDU,sekali lagi ini "RINDU",bukan larutan DUKA
23 NYONYA ROBERT
24 MENJADI BULAN-BULANAN
25 INIKAH CINTA?
26 ISTANA PASIR
27 SENYUM GENIT
28 BOLA MATA COKLAT
29 SUNGGUH KERAS KEPALA
30 SEORANG PIANIS
31 BERADU PANDANG
32 KECEPLOSAN
33 PERTANYAAN yang SAMA
34 MIE GORENG
35 WANITA IBLIS
36 AROMA TUBUH
37 CEMBURU
38 CEMBURU LAGI
39 APAKAH KEMALINGAN?
40 PUTRI TIDUR
41 SEDIKIT LAMA
42 REFLEKS
43 KE'EMAS-EMAS'AN
44 CHAYANNE
45 DUA PULUH EMPAT TAHUN yang LALU
46 MASIH TETAB MENUNGGU
47 MARINA BAY SANDS
48 BAPER
49 BENTENG PERTAHANAN
50 GAUN MERAH
51 FERFECT
52 INNER BEAUTY
53 MBAK VERONICA
54 LIBURAN TENANG JADI BENCANA
55 POHON RANDU
56 WALPAPPER
57 I LOVE YOU
58 CUMA REKAN KERJA
59 KENANGAN PERTAMA
60 PUNGGUNG WANITA ITU
61 CALON MENANTU
62 BAGAI di SAMBAR PETIR
63 CINTA PERTAMA
64 KESEDIHAN
65 FERARRY
66 GAZEBO TUA
67 PHOTO DUA WANITA
68 JANGAN MENGHAKIMI
69 PUTUSAN TERAKHIR
70 NEGRI PAMAN SAM
71 KEJAHILAN BERHASIL SEMPURNA
72 SQUAS LEMON and TEA
73 BUKET BUNGA MAWAR
74 TRAUMA
75 DEAL
76 SEPUPUAN
77 TKP
78 SELALU MENUNGGU
79 MASIH MENUNGGU
80 Plisssss
81 Lagit Bali
82 Demby Junior
83 NICU
84 Baby Ibranie
85 Hati seorang Ibu
86 Untuk terakhir
87 OMG
88 AURORA
89 French
90 Khursus
91 Bola Mata Biru
92 Variasi Tempe dan Keju
93 LONG DRESS
94 MAB COKLAT
95 Kembali Hamil
96 Tulang Rusuk yang Patah
97 Pria Timur
98 PEDANG BERMATA DUA
99 ULAR BERKEPALA DUA
100 SETAN yang SESUNGGUHNYA
101 NIHIL
102 URUTAN KEDUA
103 MENDARAT MULUS
104 BIRU KEUNGUAN
105 NONA 1
106 CINCIN BELAH ROTAN
107 HIGH CLASS
108 LABIRIN
109 CALON MENANTU
110 RUSTIC
111 NONA 2
112 BUTUH SEDIKIT WAKTU
113 NONA 3
114 CUMA MIMPI
115 LADY in WAITING
116 KEMBALI ke INDONESIA
Episodes

Updated 116 Episodes

1
PROLOG
2
KEHIDUPAN YANG BERIKUTNYA
3
PIANO
4
KONTES MUSIK
5
LAGI - LAGI
6
KALI PERTAMA
7
BUNGA LILY
8
PERPISAHAN
9
ANAK-ANAK PERAHU
10
JABATAN YANG TAK TERDUGA
11
DOKUMENT
12
DOKUMENT BARU LAGI
13
SAH
14
PRESENTASI
15
HEBREW
16
MENGGANTIKAN
17
KEMESRA'AN
18
CEWEK LANGKA
19
MEREK PARFUM
20
TEBAKAN
21
SEDIH
22
yah,ini RINDU,sekali lagi ini "RINDU",bukan larutan DUKA
23
NYONYA ROBERT
24
MENJADI BULAN-BULANAN
25
INIKAH CINTA?
26
ISTANA PASIR
27
SENYUM GENIT
28
BOLA MATA COKLAT
29
SUNGGUH KERAS KEPALA
30
SEORANG PIANIS
31
BERADU PANDANG
32
KECEPLOSAN
33
PERTANYAAN yang SAMA
34
MIE GORENG
35
WANITA IBLIS
36
AROMA TUBUH
37
CEMBURU
38
CEMBURU LAGI
39
APAKAH KEMALINGAN?
40
PUTRI TIDUR
41
SEDIKIT LAMA
42
REFLEKS
43
KE'EMAS-EMAS'AN
44
CHAYANNE
45
DUA PULUH EMPAT TAHUN yang LALU
46
MASIH TETAB MENUNGGU
47
MARINA BAY SANDS
48
BAPER
49
BENTENG PERTAHANAN
50
GAUN MERAH
51
FERFECT
52
INNER BEAUTY
53
MBAK VERONICA
54
LIBURAN TENANG JADI BENCANA
55
POHON RANDU
56
WALPAPPER
57
I LOVE YOU
58
CUMA REKAN KERJA
59
KENANGAN PERTAMA
60
PUNGGUNG WANITA ITU
61
CALON MENANTU
62
BAGAI di SAMBAR PETIR
63
CINTA PERTAMA
64
KESEDIHAN
65
FERARRY
66
GAZEBO TUA
67
PHOTO DUA WANITA
68
JANGAN MENGHAKIMI
69
PUTUSAN TERAKHIR
70
NEGRI PAMAN SAM
71
KEJAHILAN BERHASIL SEMPURNA
72
SQUAS LEMON and TEA
73
BUKET BUNGA MAWAR
74
TRAUMA
75
DEAL
76
SEPUPUAN
77
TKP
78
SELALU MENUNGGU
79
MASIH MENUNGGU
80
Plisssss
81
Lagit Bali
82
Demby Junior
83
NICU
84
Baby Ibranie
85
Hati seorang Ibu
86
Untuk terakhir
87
OMG
88
AURORA
89
French
90
Khursus
91
Bola Mata Biru
92
Variasi Tempe dan Keju
93
LONG DRESS
94
MAB COKLAT
95
Kembali Hamil
96
Tulang Rusuk yang Patah
97
Pria Timur
98
PEDANG BERMATA DUA
99
ULAR BERKEPALA DUA
100
SETAN yang SESUNGGUHNYA
101
NIHIL
102
URUTAN KEDUA
103
MENDARAT MULUS
104
BIRU KEUNGUAN
105
NONA 1
106
CINCIN BELAH ROTAN
107
HIGH CLASS
108
LABIRIN
109
CALON MENANTU
110
RUSTIC
111
NONA 2
112
BUTUH SEDIKIT WAKTU
113
NONA 3
114
CUMA MIMPI
115
LADY in WAITING
116
KEMBALI ke INDONESIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!