#Flashback#
Dua tahun lalu , di Kota Tangerang , saat itu Meilin masih kelas Dua di Kejuruan Menengah.
Mel ? " sapa Seorang Pria bertubuh tinggi besar , tampak sedang bersantai duduk disofa pada ruang tamu rumahnya , yaitu Papinya Meilin , begitulah Meilin menyapa Pria tercintanya itu.
Pria tersebut memanggil Putri semata wayangnya itu , yang tidak jauh duduk dari sisinya.
Papi dan Mami akan pergi dalam beberapa Minggu ke Luar Negri . " Pria cinta pertamanya itu melanjutkan pembicaraan.
Baik Pi ." sahut Meilin datar.
Seperti biasa , Meilin akan mendekat ke arah pria tersebut , dan kemudian memijit kaki Papinya itu dengan pelan dan lembut.
Bagi Meilin ditinggal kedua Orang Tuanya berbulan - bulan tidaklah suatu hal yang mengherankan . Wanita berumur Lima belas tahun tersebut sudah terbiasa akan hal itu .
Bahkan ia pernah diungsikan kekampung halaman Neneknya disalah satu Kota di Sumatra Utara . Dan kemudian tinggal bersama dengan Neneknya disana . Namun sang pengasuhnya yang sudah bersamanya dari sejak dia lahir , pasti akan selalu ikut serta menemaninya . karena juga kebetulan sang pengasuhnya tersebut belum menikah . Dan tentunya masih bebas untuk berpergian kerja kemanapun tuannya mengajaknya.
Gimana dengan kemajuan belajar Piano mu nak ? " tanya Papinya lagi.
Meilin pun kembali menggeser posisi tubuhnya .Yang tadinya diarah kaki Papinya , dan kini jadi lebih dekat pada pria tersebut. Lalu dengan manjanya bersender di Lengan Papinya itu.
Ouh ia Pi ,
Aku ikut lomba musik se Kota Tangerang . boleh kan pi ? aku sudah mendaftar disekolah . " Meilin berbicara sangat semangat , dengan mata penuh pancaran bahagia , tetapi tentu tetap dengan nada manja seperti biasanya , dan kemudian mengerucutkan bibir mungilnya.
Iyaaa khah...
Wauuuu....anak Papi luar biasa . Papi bangga Sekali nak . " sahut Pria berusia Enam Puluh tahunan itu dengan senyum , sambil mengusap puncak kepala Putri semata wayangnya tersebut dengan lembut.
Sebenarnya dari beberapa hari yang lalu Meilin ingin menyampaikan mengenai ini pada Papi dan mami . Tetapi Meilin tidak ingat terus , maaf pin Meilin ya Pi ." ucap Meilin lagi dengan nada bersalah.
Tidak apa sayang , seharusnya Mami dan Papi lah yang meminta maaf , karena hanya punya sedikit waktu bersama denganmu nak ." Jawabnya lagi , dengan nada penyesalan.
Apakah Mami sudah tau ? " tanya pria itu lagi.
Belum Pi . " sahut Meilin datar.
Baiklah tidak apa sayang , biar Papi nanti yang menyampaikan pada Mamimu ." ucap pria yang masih terlihat sangat gagah tersebut.
Mmmm... " Meilin mengangguk , melanjutkan kembali pijatannya pada kaki sang Ayah handa tercintanya itu.
Kalau begitu malam ini Meilin yang bermain Piano ya ! " seru pria tersebut , dengan semangat.
Papi ingin sekali menyaksikan Putri tersayang Papi bermain Piano , sebelum semua orang menyaksikannya ! " ucapnya lagi.
Oke..." sahut Meilin dengan semangatnya juga , sembari mengangkat kedua jempolnya.
Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka sebelum beranjak kekamar masing - masing untuk beristirahat , pasti akan selalu bermain Piano dan bernyanyi . Dan hal itu mereka lakukan jika Papinya Meilin tidak pergi keluar kota atau Luar Negri.
Silahkan Nona Meilin ! " serunya sambil membentangkan kedua tangan nya , mengarah Meilin pada Piano yang terletak tidak jauh dari ruangan keluarga tersebut , tempat mereka bersantai sebelumnya.
Baiklah Tuan Albert , terima kasih . " sahut Meilin membungkukkan setengah tubuh nya , kemudian dengan anggun melangkah kearah Piano.
Lagu apa yang akan Nona Meilin nyanyikan ? " tanya pria tambun itu lagi , ketika mereka berdua sudah berada didekat Piano tersebut , seolah - olah mereka benar - benar sudah berada pada perlombaan Musik .
Saya akan menyanyikan lagu "yo te amo " Pak Albert . " sahut gadis remaja itu lagi , dengan percaya diri dan senyum manisnya.
Bolehkan saya mengiringi lagu anda , dengan petikan Gitar saya Nona Meilin ?" tanya Albert lagi , dengan tatapan mengarah pada Gitar buatan Portugal yang masih menempel ditembok , tepat diatas Piano tersebut , yang masih terbungkus rapi . Lalu kemudian kembali memandang pada anak satu - satunya tersebut.
Dengan senang hati Pak Albert . " sahut Meilin , dengan senyum merekah.
Albert pun mengambil Gitar yang menyangkut ditembok tersebut , yang masih terbungkus oleh pembungkus berwarna hitam.
Meilin kemudian menyalakan Piano ,
lalu menyetelnya sesuai lagu yang akan ia nyanyikan.
Kemudian dengan percaya diri , Meilin menekan Tuct demi Tust pada balok - balok Piano itu . Begitu juga dengan Albert , pria tersebut mulai memetik senar demi senar tali Gitarnya.
Siapa pun yang mendengar nada Piano Meilin , yang dipadu dengan suara Gitar Papinya itu , akan pasti berdecak kagum , terpesona.
*
jangan pelit ya,,untuk memberikan vote nya.
pliss berikan sedikit waktu anda para pembacaku untuk me like dan mengomentari juga , itu adalah dukungan untuk para penulis.
sedikit waktu untuk like dan mengomentari,menjadi penyemangat untuk ku
trimakacihhh***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Herlina Bio
suka. lanjut thor
2021-04-20
0
Ifa Al Fariz
lanjut thor
2020-05-21
0
Lia Raziatul Fuji
semangat
2020-01-07
0