19

"Kamu enggak perlu tau apa-apa soal saya, Luk." Bintang mengulurkan tangan dan Luka langsung menyambutnya. "Kamu enggak perlu tau apa-apa soal boneka kamu. Kamu tau saya bakal selalu jadi Trika."

"...."

"Kamu tau?" Bintang mengalungkan lengannya ke leher Luka, membelai wajah tampan yang kini basah oleh air kolam itu. "Saya mulai suka sama konsep jodoh di antara kita."

Mereka berdua ternyata memang berjodoh. Segala hal tentang Luka sangat sesuai dengan Bintang. Tidak banyak bicara, tidak berisik, tidak mengganggu, tidak menyebalkan. Walau awalnya dia membuat Bintang jengkel tapi dia tidak seprti Lio yang membuat Bintang berharap membunuhnya di masa depan.

"Saya di sini, Luk." Bintang berbisik di bibirnya. "Saya di sini, mainan kamu."

Jadi hentikan usahanya mencari tahu karena itu tidak berguna bagi dia.

Luka mendekap punggung Bintang. Mungkin pada akhirnya dia mau mengulang lagi permainan mereka sebelum turun makan, tapi sayangnya pintu kamar mandi diketuk.

"Luk." Tirta memunculkan diri, menatap posisi Luka dan Bintang.

Dalam Narendra, kecanggungan semacam itu tidak ada jadi dia seharusnya biasa saja. Tapi Bintang melihat Tirta agak menatapnya tak biasa.

"Sori, Bos." Dia memalingkan wajah. "Di bawah ada Azka. Dia bilang mau ketemu Trika."

"Azka?" Bintang menoleh pada wajah Luka lagi. "Azka Bimala, cucu pengusaha kapal itu?"

"Hm." Luka hanya menjawab singkat.

"Kenapa dia mau ketemu saya?"

Luka tak tahu. Entah disuruh oleh Lio, atau mungkin karena dia tahu Luka menemui Tama, tapi yang jelas Luka malas bertemu dengannya.

"Suruh dia pulang," ucap Luka kemudian.

"Katanya kalo lo enggak turun sepuluh menit dia yang naik, Bos."

Bintang melompat naik ke permukaan, tak peduli Tirta melihat seluruh tubuhnya.

"Handuk." Bintang justru memerintah dia mengambilkannya handuk.

Tirta sejenak melirik Luka, melihat dia kesal tapi memberi izin hingga Tirta bergegas mengambil handuk untuk Bintang.

"Bilang sama Bimala saya butuh dandan dua puluh menit."

*

Bintang selalu berpikir bahwa tidak ada yang mengenalnya, karena bersembunyi di balik Narendra selama tujuh tahun. Bintang hanya selalu menduga bahwa yang mengenalnya itu cuma MANTAN keluarganya dan tidak ada selain mereka.

Tapi itu kesalahan besar. Azka sudah mengenal Bintang sejak lama. Bahkan sebelum Bintang pergi dari keluarganya, Mahesa sudah memberitahu Azka bahwa dia akan menyerahkan Bintang pada Lio. Lalu Azka terus mendengar cerita tentang dia selama Bintang bersembunyi, berlatih, pelan-pelan berubah menjadi Trika Narendra sementara Azka diminta oleh Lio dan Mahesa mendekati Langit untuk tetap terhubung pada keluarga gadis itu.

Jadi saat Bintang turun dari lantai atas dengan wajah nyonya besar, Azka merasa ia telah melihat teman lama.

"Ya, Bin." Azka mengulas senyum. "Udah lama gue mau ketemu lo."

Bintang terkejut mendengar seseorang bicara santai padanya padahal dia tamu khusus Narendra. Siapa gadis ini dan kenapa dia bertingkah sok kenal?

"Anyway, gue bawa ini dari Rina." Perempuan itu mengangkat tas kecil berisikan alat untuk mengecat rambut. "Luka katanya minta rambut lo diubah, so gue yang gantiin karena dia enggak suka pelayan."

Bintang menatap Luka yang juga sedang menatapnya. Suami istri muda itu berpikir hal sama seketika.

Mereka tidak suka pada Azka karena dia ramah, banyak omong, suka tersenyum, dan nampaknya tidak berguna.

"Kamu harusnya bilang," bisik Bintang diam-diam.

"Kamu harusnya nanya," balas Luka tak peduli. "Lain kali tanya pendapat saya soal tamu, Tri. Kamu kira Lio beneran biarin kamu ketemu orang penting sekarang?"

Bintang menyesal berdandan. Ia pikir itu soal bisnis atau orangnya sepenting Mahardika karena dia cucu pengusaha kapal. Ternyata cuma orang bodoh.

"Dia pacar Yogi." Luka menambahkan.

"Hah?" Bintang terbelalak. "Pacarnya Yogi? Yogi? Yogi, Luk?"

Yogi yang layak dihormati itu pacaran dengan perempuan tidak jelas ini?

"Gue seneng lo berdua jadi mesra," Azka tersenyum kesal, "tapi enggak usah bisik-bisik karena gue denger!"

Alex yang datang membawa makanan begitu semangat meletakkannya di depan Azka. "Enggak usah peduliin pasangan enggak ramah di sana, Selingkuhan. Mending lo makan ini terus mesra-mesraan sama gue. Tenang aja, gue enggak ngadu ke Yogi kok."

"Tenang aja, biar gue yang ngadu." Azka mendorong kening Alex menjauh darinya. Lagi, dia tersenyum pada Bintang. "Duduk dong, Bin. Kita ngobrol-ngobrol."

Alex kembali mendekat buat berbisik sebagaimana Luka dan Bintang tadi melakukannya. "Lo kira itu cewek normal mau diajak ngobrol? Lo liat aja dia malah konek sama Luka."

"Bener juga." Azka mengernyit 'apa boleh buat' saat dia melihat Luka dan mengingat seluruh permusuhan mereka. "Hah, gue mendadak kasian, Bin. Masih lebih mending lo jadi istri Lio."

Alis Bintang menukik tajam. "Dari tadi siapa yang ngasih kamu izin manggil saya Bintang?"

"O my Goodness, Bintang Abkariza, gue enggak butuh dikasih izin buat ngomong di mana pun." Azka tersenyum menyebalkan. "Sekarang duduk dulu, please karena gue dateng ke sini bukan sebagai pembantu. Cuma 'bantu-bantu'. Itu beda."

Bintang berbalik. "Ayo naik, Luk. Lanjutin yang tadi."

"WHAT?! He, seenggaknya dengerin gue ngomong bentar kek! Kok lo jadi sama bener sama Luka?! Bin, Bintang!"

Tidak peduli bagaimana Azka menjerit, Bintang tetap naik bersama Luka, meninggalkan dia kesal sendiri di sana.

Alex yang melihatnya terkekeh-kekeh. "Lo tau kenapa Bos enggak suka sama lo, Cantik?"

"Karena dia enggak normal."

"Yap, benar sekali. Nah, itu cewek, istri tikusnya Bos, lebih enggak normal."

Tirta yang mendengarnya menghela napas. "Lo tau Luka paling benci orang ramah. Trika juga kayak gitu. Buat dia orang murah senyum tuh tolol."

"Lio Narendra ama Mahesa Mahardika itu orang paling murah senyum di dunia. Lo bilang mereka tolol?"

"Buat Luka sama Trika, ya."

Azka menggembungkan pipinya sebal. "Pokoknya kasih tau Bintang kalo gue enggak bakal pulang sebelum dia mau ngobrol sama gue!"

*

Kapan Bintang akhirnya menemui Azka? Itu lusa, setelah akhirnya ia muak mendengar dia teriak-teriak di bawah memanggilnya.

Azka benar-benar orang gila. Dia berteriak sangat kencang memanggil namanya dan yang lebih gila tidak ada larangan untuk itu! Padahal Luka terlihat stres berat.

Luka cuma berkata kalau suatu saat dia berkuasa, kayaknya dia akan melenyapkan keluarga Azka seluruhnya agar tidak ada yang seperti dia lagi.

"Hadeh! Padahal gampang kan kalo lo mau nurut! Emang dasar istrinya Luka!"

Dia malah marah-marah pada Bintang sambil tangannya sibuk memegang rambut yang akan dia warnai.

"Lagian lo berdua kayak baru malem pertama aja sih! Masa seharian lo di kamar gituan mulu sama Luka? Enggak lecet apa punya lo? Gue aja dua kali sama Yogi udah merah-merah."

Bintang berdecak marah. "Sekali lagi kamu ngomong, Bimala, saya bakal—"

"AAAAAA, whatever, Bin. Gue udah kenyang dengerin omongan ala Luka begitu."

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!