Saya Benci Kamu

Bintang menatap intens pria itu saat dia mendekat. Langkahnya terlihat pasti, parasnya yang tampan namun tak ramah itu sudah menjelaskan dia tak datang demi niat baik. Bintang hanya terus diam sampai Luka berhenti tepat di hadapannya, mengulurkan tangan ke wajah Bintang.

"Saya benci kamu," gumam Luka, menbelai wajah Bintang. "Dari pertama kamu datang, saya benci kamu, Tri. Tapi Lio selalu cerewet nyuruh saya ketemu kamu."

"Kamu dateng ke sini cuma buat bilang itu?"

Bintang menepis tangan Luka, kembali duduk di tempatnya tadi. Seolah tak ada yang terjadi, Bintang membuka kembali modulnya.

"Saya udah tau dari kamu bikin peraturan saya enggak boleh keluar dari sini. Kalau udah selesai, kamu boleh pergi."

Luka justru menarik tangan Bintang kasar, memaksanya untuk kembali berdiri. Sebagai seorang misogini, tidak ada yang paling Luka benci selain dari sikap angkuh seorang wanita padahal dia tidak memiliki apa-apa.

"Kamu harusnya tau lagi ngomong sama siapa, Tri." Luka mencengkram sangat kuat lengan Bintang yang jika itu lengan perempuan biasa, setidaknya dia akan menangis kencang.

Tapi Bintang hanya menatap Luka tanpa ekspresi.

"Saya dateng cuma buat nyapa sekaligus ngeliat secantik apa istri saya," kata Luka melepaskannya. "Sekarang saya berubah pikiran. Tiga puluh menit lagi turun ke tempat latihan."

Luka pergi begitu saja, meninggalkan Bintang berdecak kesal.

Tempat latihan adalah arena bertarung bawah tanah untuk Narendra. Tempat di mana Bintang dulu sering muntah darah dan patah tulang saat latihan bersama Yogi, dalam pelatihan khusus sebagai istri Narendra.

Jika Luka membawanya ke sana, sudah jelas dia mau menghajar Bintang habis-habisan.

Tapi Bintang tak punya pilihan. Perintah Luka itu mutlak tak peduli apa.

"Syarla." Bintang memanggil kembali pelayannya yang untungnya masih dibiarkan hidup oleh Luka. "Siapin perlengkapan saya. Luka mau sparring."

"Mengerti, Nyonya."

Sesuai kata Luka, tiga puluh menit kemudian Bintang berdiri di arena latihan, memegang pedang tumpul khusus latihan. Luka muncul lima menit setelahnya, datang bersama pengawalnya yang membawa dua pedang.

"Kamu kira saya mau main-main sama kamu, Tri?"

Pria itu meraih pedang kecil di tangan Tirta, melemparnya pada Bintang yang spontan menangkap.

Pedang asli. Ukurannya kecil tapi sangat sesuai dengan Bintang. Ini persis pedang yang biasa ia pakai berlatih kemarin-kemarin.

Luka juga mengambil pedangnya sementara Alex dan Tirta bersiul saat sepasang suami istri baru bertemu itu kini masing-masing memegang pedang.

Memang hidup Luka tidak pernah normal. Dan hidup Bintang pun tidak pernah normal.

"Kamu tau, Tri?" Luka tampak santai menyesuaikan genggamannya seolah Bintang bahkan tidak layak dipertimbangkan sebagai lawan. "Lio bilang beberapa bulan lagi kita resepsi. Khusus buat mamerin kamu ke semua orang, sebagai Trika, bukan Bintang."

Dia ternyata lebih cerewet dari dugaan.

"Saya tau," balas Bintang tak peduli. "Lio enggak berenti ngoceh ke saya, bilang kalau saya ketemu kamu, berarti enggak lama lagi pesta pertama Narendra dimulai."

Luka menatapnya tajam saat dia melempar jam tangan berliannya pada Alex di sana.

"Kalau gitu kamu tau?" tanya Luka. "Kalau saya bisa bunuh kamu sekarang karena ngerasa kamu enggak pantes?"

Genggaman Bintang pada pedangnya menguat. Nampaknya si Tuan Muda Manja ini benar-benar mau saling membunuh di pertemuan pertama.

Ya, persetan kata Lio. Lagipula sejak awal dia tahu Luka tidak mau menikah namun dia terus memaksanya karena ingin Luka menjadi pewarisnya.

"Saya juga mau kamu tau," gumam Bintang, "saya enggak suka sama kamu."

Detik setelah itu suara alarm berbunyi, tanda duel berlangsung. Bintang melesat cepat ke arah Luka, mengayunkan pedangnya kuat-kuat hingga pria itu terdorong. Sesaat terlihat Luka kaget, namun dia dengan cepat membiasakan diri.

Dari kejauhan, bawahan Luka yang melihatnya ikut tercengang.

Itu tidak berarti Bintang lebih unggul dari Luka, namun terlihat jelas dari ayunan brutal itu dia jauh lebih unggul dari dugaan.

Setiap serangannya tak ragu, seolah dia lupa di depannya itu tuan yang berhak memutuskan kapan dia mati dan bagaimana dia boleh mati.

Sementara itu di sisi Bintang, rasa marahnya memuncak seiring duel berlangsung. Luka yang menghadapinya terkejut saat merasakan ayunan Bintang semakin berat seiring waktu.

Bintang memusatkan serangannya ke kepala seolah-olah dia mencari celah menerbangkan kepala Luka.

Ancaman serius yang ia dapatkan membuat Luka ikut serius. Mengabaikan risiko kepalanya terluka, Luka mengarahkan serangan ke jantung Bintang, berniat menusuknya.

Tapi tepat sebelum itu terjadi, belati kecil melayang kuat, menabrak dua pedang mereka. Ayunan kecil Bintang menggores kening Luka sebelum perempuan itu diterbangkan oleh tendangan Alex.

"Wah, wah, ada yang ngerasa boleh besar kepala." Alex melotot marah. "Nyonya Trika Narendra lupa buat siapa dia boleh hidup."

"Bos." Tirta bergegas menutup luka gores di kening Luka. "Are you okay? Lo enggak pusing, kan?"

Di tempat ini, yang boleh mati hanya Bintang. Tentu saja bahkan Lio akan setuju mengenai itu.

Tapi Luka menepis tangan Alex dan Tirta darinya, pergi mendekati Bintang yang terbatuk-batuk memuntahkan darah.

Rusuknya terluka gara-gara tendangan Alex barusan.

"Luk, jangan ke sana."

"Berisik." Luka tahu mereka khawatir tapi ia tahu apa yang ia lakukan.

Pria itu berjongkok di hadapan Bintang, menyambar rahangnya yang terdapat bercak darah.

"Kamu enggak ngelawan saya, kan?" tanya Luka tepat di wajahnya.

Tadi ia menyadari, Bintang mau membunuhnya tapi dia seperti tidak melihat Luka melainkan orang lain. Dia mau menebas Luka tapi itu seperti dia ingin menebas orang lain yang ada di pikirannya.

"Kamu harusnya tau itu bikin saya tersinggung, Tri." Luka melepaskan rahang Bintang, beranjak pergi darinya.

"Obatin dia," perintah Luka pda tim medis khusus sementara ia pergi diikuti oleh Alex ddan Tirta.

*

Dukung karya ini dengan like 👍 kalian dan mampir ke karya author lainnya 👇

Terpopuler

Comments

Widhi Labonee

Widhi Labonee

gegara baca ini,, sy jd belajar apa itu misogini,, kupikir miso itu sejenis makanan sih eh bukan trnyata,, wkwkekek,, dasar otak pendek aq nih.. hahahhahaha

2023-07-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!