5

"Tuan, ini istri Anda."

Lio menoleh dari layar komputernya pada pintu, di mana Adriana Narendra alias istrinya masuk dengan pakaian mewah berwarna merah. Wajah cantiknya yang dihiasi riasan seksi itu tampak menarik, kecuali di mata Lio yang tidak tertarik.

Hubungan Lio dan Rina dimulai sejak usia Lio masih dua belas tahun. Di usia itu Lio meminta menikahi Rina sekalipun dia hanya anak pemulung. Kenapa?

Karena Lio mau. Sesederhana itu. Lalu Rina ia besarkan baik-baik memberikannya pengetahuan, kecantikan, dan kekuatan agar dia sempurna. Tapi kemudian dia merusaknya dengan mencintai Lio.

Sejak saat itu, Lio tidak menyukai Rina kecuali saat butuh sesuatu darinya.

"Ada apa, Rin?"

"Luka memberi perintah untuk istrinya dirawat intensif. Tulang rusuknya retak dan sekarang sedang dalam kondisi kritis."

"Kenapa Luka repot-repot?"

"Saya rasa tebakan Anda benar. Luka dan Trika terikat benang merah."

Lio tertawa kecil. "Ya, benang merah."

Sejak dulu ia merasa keduanya memang layak bersama. Tentu saja bukan untuk saling mencintai tapi untuk saling menyempurnakan. Lio tahu segalanya tentang Luka jadi ia jelas tahu gadis macam apa yang bisa membuat adiknya terpikat.

"Kasih izin." Lio memutar kursinya, menghadap pada jendela. "Tapi bilang sama Luka dia harus ngasih tanggal acara. Kapan dia sama Tri mau resepsi."

"Luka berkata itu hari ulang tahunnya, Tuan."

Lio mengerutkan kening. "Tujuh bulan lagi? Oke, mulai siapin acaranya."

"Saya mengerti."

Nampaknya Luka sedang bersemangat. Lio penasaran melihat bagaimana adiknya akan berkembang karena menyukai perempuan yang dia anggap tikus mati itu.

*

Lio itu genius. Dia disebut anak paling genius yang pernah lahir dalam sejarah Yasa. Nyaris tak ada yang Lio tidak bisa, seolah-olah dia lahir memang untuk dipuja.

Sedangkan Luka justru biasa saja. Luka tidak bodoh, tidak juga super pintar. Luka benci belajar, suka bermain, malas mengurus hal-hal sulit, fokus pada dunianya sendiri.

Tapi dari kecil ada satu yang bisa Luka lakukan dan Lio tidak bisa. Itu adalah melukis. Luka selalu melukis isi pikirannya dan pikirannya sekarang dipenuhi oleh Bintang.

Di Puncak bangunannya Luka menggores sedikit demi sedikit imajinasinya, membuat sosok Bintang sedemikian rupa. Selain bibirnya, Luka tidak bisa melupakan matanya.

Mata Bintang unik. Dari dekat itu seperti magma gunung merapi yang bergejolak, tapi justru membeku dingin. Luka menyukai matanya.

"Gue lupa kalo lo rada-rada kurang waras juga, Bos." Alex yang baru saja naik dan melihat Luka mau tak mau berkomentar. "Kemarin mau lo patahin, sekarang lo lukis kayak bucin. Hadeh, kesian otak lo."

Luka tidak peduli pada ocehan Alex. "Mana?" tagihnya pada alasan dia datang.

"Bang Lio bilang cari tau sendiri," jawab Alex dengan seringai jail.

Luka langsung mendengkus jengkel. Dasar Lio brengsek. Dulu dia memaksa-maksa Luka tahu tentang Bintang, namun sekarang Luka minta informasi tentang perempuan itu, dia bilang cari tahu sendiri?

Lalu buat apa informasi yang Lio pegang? Memang dasar merepotkan.

"Oya oya." Alex berjacak pinggang di belakang Luka, menatap lukisan di kanvas besar itu penuh rasa tertarik. "Kayaknya gue ngerti kenapa Bang Lio jadi ketawa-ketawa sendiri."

Di kanvas itu, Luka menggambarkan Bintang seolah dia sangat cantik—padahal sebenarnya tidak. Matanya terlihat sangat menarik dan bibirnya terlihat merekah seksi.

Tapi di sekitar Bintang warna darah pekat memenuhi. Rambutnya yang hitam dibuat merah seperti darah kotor, tubuhnya dinodai bercak-bercak darah segar.

Luka memang sedang 'jatuh cinta'.

*

Sejak Bintang dibawa ke tempat ini oleh Lio, nyaris tak pernah dirinya terluka, mau patah tulang, muntah darah atau apa pun lukanya diberi penanganan normal. Dokter cuma sering memeriksa, menganalisis seberapa parah cedera Bintang lalu memantau tanpa memberikan obat penahan sakit.

Pada usia Bintang ke dua belas, ia pernah terbaring sakit selama sebulan gara-gara patah tulang dan disuruh menahan sakitnya, lalu bulan berikutnya tulang Bintang dipatahkan lagi. Begitu berulang-ulang sampai sekarang Bintang tak peduli lagi soal sakit.

Menangis bahkan tidak boleh. Istri Luka tidak boleh menangis sebab kalau Luka sampai tertusuk pedang di jandungnya, jantung Bintang harus diberikan padanya agar dia kembali hidup. Makanya Bintang lebih terkejut ketika ia sadar, tubuhnya mati rasa alih-alih merasakan sakit.

"Syarla."

Yang muncul justru wajah Tirta.

"Selamat pagi menjelang siang, Nyonya."

Jauh lebih baik Bintang terusuk-tusuk daripada melihat wajah orang ini.

"Selamat pagi, Nyonya." Syarla ikut muncul, tapi berguna karena dia membantu Bintang duduk perlahan. "Tubuh Anda sedang dalam proses penyerapan obat jadi tolong menahan diri tidak banyak bergerak."

Bintang benci tubuhnya lumpuh begini. Ia sudah terbiasa pulih sendiri jadi diberi obat justru mengganggu.

"Luka?" tanyanya pelan.

"Bos bilang akan datang nanti sore, Nyonya." Tirta tersenyum polos. "Bersabarlah sebentar."

"Saya akan mengambil makanan halus," kata Syarla, berniat pergi. Tapi Bintang mencegahnya.

"Panggil Luka sekarang."

Tirta mengangkat alis. "Bos lagi tidak bisa diganggu." Karena memang Tirta tahu Luka sedang sibuk melukis di ruang lukisnya dan dia paling benci diganggu saat melukis.

Namun Bintang tak peduli dan kembali berkata, "Panggil Luka sekarang."

Tirta mengembuskan napas. Sungguh Luka dan Bintang memiliki karakter yang sama.

Sama-sama tidak mau mendengar jika diberitahu. Walau Tirta tidak menyukainya, istri Luka tetaplah istri Luka. Apalagi tidak ada yang bisa disuruh pergi menemui Luka kecuali Tirta dan Alex yang diberi izin masuk ke bangunannya.

"Luk." Tanpa mengetuk, Tirta membuka ruang melukis Luka, mendapati pria itu sedang berbaring memutar-mutar kuas di tangannya. "Bini lo kangen."

Luka hanya menatap datar. Tidak bergerak.

"God, gue bisa stres ngurusin lo sama bini lo begini," gerutu Tirta. "Serius, Luk. Piaraan lo bilang 'panggil Luka sekarang' pake muka 😑."

Luka beranjak, tanpa bicara lagi menuju ke bangunan belakang tempat Bintang. Pria itu melewati lorong kosong yang seketika sunyi lantaran pelayan menyingkir.

Dimasuki kamar serba hitam milik Bintang, menemukan perempuan itu duduk bersandar pada bantal.

"Kamu kayaknya besar kepala, Tri, sampe ngira bebas manggil saya seenaknya." Luka melipat tangan.

Bintang mendongak, menatap Luka sama dinginnya dengan yang dilakukan pria itu. "Saya enggak suka sama anjing kamu," ujar Bintang.

Alis Luka menukik tajam. "Cuma itu kamu manggil saya?'

"Anjing kamu enggak tau bahasa manusia. Dia cuma tau gonggong. Berhubung dia anjing kamu, itu tugas kamu ngambil dia, jauhin dia dari saya."

Luka menunduk pada perempuan itu. Tangannya terulur ke leher bintang, jempolnya menekan jugularis di sana dan merasakan denyut nadi tenang dari perempuan itu.

"Kamu nganggep saya bakal manjain kamu, Tri." Sentuhan Luka berubah jadi cekikan. "Kenapa? Karena saya minta kamu dikasih obat makanya kamu pikir bisa nyuruh saya dateng cuma buat urusan enggak penting?"

Bintang sedikitpun tidak bereaksi pada cekikan itu. "Terus kenapa kamu dateng?" kata dia santai.

"Menurut kamu apa selain mastiin kamu tau diri?" Luka menguatkan cekikannya walau itu masih tidak membuat Bintang mengernyit.

Anti nyeri di tubuhnya masih cukup kuat. Padahal seharusnya dia merasa akan mati ratusan kali lipat karena tulang rusuknya retak.

"Saya juga Narendra, Luk. Trika Narendra." Bintang menarik lengan Luka, membuatnya terjatuh nyaris menimpa dia. "Kamu kira Yogi mukulin saya bertahun-tahun buat takut sama sesuatu?"

Lagi-lagi itu terjadi di luar kendali Luka.

Saat melihat mata itu, Luka tahu-tahu mendekat, mencium bibirnya seperti pria kelaparan yang menunggu sangat lama.

*

Bantu author ngembangin karya dengan dukungan kalian, yah ☺

Terpopuler

Comments

Widhi Labonee

Widhi Labonee

hmmmm... mulai deh gejala bucin nih... ayyoookk gaaasssskeun

2023-07-09

2

Stockist NASA Surabaya L.2696

Stockist NASA Surabaya L.2696

aq baca 13 istri narendra tp ga paham alurx... dicerita ini... aq paham... unik juga... jd tetap semangat nulisx ya kak

2023-07-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!