Asmara Bersenandung Lirih

Asmara Bersenandung Lirih

Meminta Jodoh

" Lalu maumu apa Pak Tua?"

" Enak sekali hidupmu, setelah mengacaukan masa depan adikku kamu justru hidup dengan tenang."

" Rumah tangga yang hangat pulang disambut dengan senyuman istri tersayang dan anak-anak yang memiliki masa depan cerah. Lalu bagaimana dengan adikku hah?"

" Sekarang dia lumpuh, tak bisa berbuat apa-apa kecuali tidur di atas ranjang rumah sakit. Kekasihnya juga telah memutuskan pertunangan mereka."

"Dan sekarang, kau mau lepas tanggung jawab, hah? Enak saja!"

Pria itu berbicara tanpa henti dengan amarah yang membuncah. Di hadapannya duduk seorang pria paruh baya, yang selama ini telah Setia menjadi sopir pribadi adiknya.

Namun sayang, sebuah kecelakaan menjadikan semua tidak lagi sama seperti dulu. Hubungan antara atasan dan bawahan yang dulunya harmonis seperti sebuah keluarga, kini seolah berjarak dan renggang.

Bumi Syam Mahardika Pranadipa.

Adik kandungnya. Anak ke dua dari di keluarga ini dulunya menjadi sosok yang selalu bisa dibanggakan dalam keluarganya. Berprestasi, sudah pasti. Senantiasa menuruti kedua orang tua, tak pernah ada masalah dengan orang lain semenjak sekolah.

Tapi lihatlah keadaannya sekarang, tak berdaya. Entah dosa apa yang dilakukan adiknya itu. Iapun tak tahu.

Adiknya yang duduk di kursi penumpang mobil saat itu, kini harus setia terbaring di atas brangkar Rumah Sakit, atau  paling mentok duduk di atas kursi rodanya. Setelah body samping mobilnya ditabrak oleh pengendara lain.

Sementara Lihatlah keadaan sopir pribadinya, sehat bugar tanpa celah sedikitpun meski setelah kecelakaan itu. Terlalu timpang bukan?

Wajarkah keadaan ini?

Apakah salah jika dirinya membenci pria yang tengah duduk dengan menundukkan kepala di hadapannya ini?

Rasanya tak terima jika mengatakan semua itu hanyalah sebuah kecelakaan. Maaf saja jika ia harus berpikiran negatif tentang pria ini.

Bisa saja kan kecelakaan itu telah di manipulasi? Jika memang itu sebuah kecelakaan, mengapa Bumi menderita seorang diri?

Meskipun, orang tua mereka tak henti-hentinya mengatakan jika ini hanyalah sebuah musibah dan mereka harus menerima keadaan ini, namun tidak untuk dirinya. Dan dengan ini, rasanya dia ingin membagi penderitaan adiknya dengan sopir ini.

" Kalau tidak salah kedua anakmu perempuan kan?" Tanya Buana dengan mengangkat satu alisnya. Putra sulung dari pasangan Amira dan Surya ini.

Seseorang yang telah menjadi pemegang tampuk kekuasaan dalam keluarga besarnya. Paman dan papanya telah lama memberikan kekuasaan kepada kedua Putra kebanggaannya. Dan itu mampu dijalankan dengan baik sebelum kecelakaan ini terjadi.

Nadanya memang tenang, namun seperti petir yang menyambar di telinga Pak Rusli.

Pak Rusli bahkan sampai mengerutkan keningnya karena terlalu bingung. Bukankah sebelumnya, semua orang telah sepakat mengatakan bahwa ini adalah kecelakaan? Dan pihak yang memang bersalah telahpun mendapat ganjaran. Lalu bagaimana kasus ini kembali dilimpahkan pada dirinya.

Pak Rusli yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu, lalu mengapa sekarang menyebut tentang kedua putrinya?

" Bagaimana jika kita jodohkan salah satunya dengan adikku. Rasanya itu seimbang dengan sakit hati yang dirasakan oleh adikku." Ia hanya ingin membagikan sedikit kesakitan pada pria ini. Biar adil pikirnya.

" Tapi anak-anak saya masih sekolah den." Ucapan lirih dan berbata-bata keluar dari bibir pria itu.

Atau mungkin pria ini sengaja mencari alasan hanya untuk mencari pengganti kekasih BUmi Syam yang telah memutuskan pertunangan secara sepihak itu?

" Bukannya yang sulung sudah kuliah?" Buana tau jika pria ini tengah mencari alasan untuk menyelamatkan kedua putrinya.

"Ma-masih kuliah den."

" Oh, sudah cukup umur berarti. Udah bisa kawin itu." Jawabnya dengan enteng.

Benar bukan? Gadis-gadis di usia seperti itu setelah banyak yang merajut kisah melalui ikatan pernikahan. Jadi tak ada alasan lain bagi pria itu untuk mengelak lagi.

" Tapi putri saya masih kecil den, kasihan!" Kepalanya semakin tertunduk, Ia masih berupaya meminta keringanan hati Sang Putri majikan.

"Ck, heh." Buana membuang nafasnya keras, seolah telah membuang kepenatannya. Sebenarnya ia ingin semua berjalan dengan begitu baik namun sepertinya tak mudah. Ia harus banyak-banyak bicara untuk lebih membuka pikiran sopir pribadi adiknya ini.

Benar-benar orang tua ini tak tahu diri. Rutuknya dalam hati.

Entah mengapa emosinya saat ini tak bisa ia kontrol. Emosi cepat sekali menanjak meski hal sepele. Mungkin karena keadaan kantor yang sedang tak kondufis setelah kecelakaan adiknya itu.

" Baiklah! kalau memang kamu tidak mau menyelesaikan masalah ini dengan kekeluargaan, apa boleh buat."

"Saya... Terpaksa akan melaporkanmu kepada pihak yang berwajib dengan alasan lalai dalam bekerja hingga mencelakakan orang lain." Santai sekali cara bicaranya, meski Jika boleh jujur amarah masih tetap bersemayam dalam dadanya.

Kamu, panggilan untuk pria muda ini. Ia merasa setelah kehilangan rasa hormatnya pada pria paruh baya itu.

" Jangan den!" Dan lihatlah, pria itu langsung memohon padanya. Bahkan kedua tangan itu telah terlipat di depan dada.

" Anak-anak bungsu saya masih sekolah den. Keluarga saya bagaimana den. Kasihan!"

" Aku kasih kamu pilihan, menikahkan salah satu putrimu dengan adikku atau mendekam dalam penjara. Bagaimana?" Ingin sekali mengakhiri pembicaraan ini dan tentu saja dia mau keinginannya ini tercapai.

" Tapi jika dipikir-pikir, memang lebih pantas kamu berada dalam penjara, kan teledor sampai membuat orang lain celaka."

Buana memilih berlalu setelah memberikan ancaman-ancaman pada Pak Rusli. Abai dengan kebingungan dengan keadaan yang baru saja terjadi ini.

Saat semuanya telah tenang, kakak dari majikannya itu justru datang mendorongnya ke lubang yang tak pernah ia gali.

" Jadi bagaimana yah?"

Setibanya di rumah kegundahan hatinya langsung ia bagi pada Bu Aina, selaku teman hidupnya.

" Ayah juga nggak tahu." Kepala itu masih tertunduk, berat sekali meski hanya memandang wajah cantik sang istri.

Pernikahan mereka dikaruniai 2 gadis cantik.

Nada, gadis sulungnya yang kini telah duduk di bangku kuliah. Namun rasanya tak mungkin menyodorkan gadis itu pada keluarga majikannya.

Putri sulungnya itu telah memikili kekasih yang senantiasa mengantar jemputnya ke kampus. Berapa lama mereka menjalin kasih? Rasanya sudah lama, semenjak baru saja masuk kuliah.

Apakah kedua orang tua itu sanggup untuk memisahkan mereka.

Terlebih lagi dari cerita Nada, putrinya itu telah diperkenalkan dengan keluarga pria itu. Menandakan jika pemuda itu tidak hanya sekedar bermain-main dengan putri mereka.

Ainun, anak ke dua yang masih duduk di bangku sekolah. Jelas-jelas tak mungkin kan? Anak itu masih di bawah umur untuk menikah.

" Kita ngomong dulu sama Nada yah, siapa tau bisa." Besar harapan ibu, putrinya itu mau berkorban sedikit saja demi kelangsungan hidup mereka.

" Ibu saja yang ngomong, Ayah nggak tega." Selalu beranjak pergi dari sana. sejenak hendak mendinginkan tubuh dan otak yang rasanya gerah dan sempit semuanya.

Terpopuler

Comments

meli andriyani

meli andriyani

mampir kak

2024-10-06

0

dapurnya tinah

dapurnya tinah

seru kayanya nih mampir dah

2023-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!