SAtu Bulan yang lalu.
“ Hati-hati di jalan, kalau udah nyampe, jangan lupa chat!”
“ Daaah,...” Lambaian tangan dari sang kekasih membuat lengkungan bibir Bumi Syam juga ikut tertarik.
Di dalam mobil Bumi Syam memajukan bibirnya, kecupan jauh untuk gadis yang di berdiri di teras rumahnya.
Hari ini, di balik kesibukan mereka tetap menyempatkan diri untuk fitting baju pengantin yang akan di gunakan bulan depan. Rasa lelahpun tergantikan dengan kebersamaan mereka.
Pak Rusli mulai melajukan mobil meninggalkan gadis yang masih melambaikan tangannya ke arah mereka.
Bumi Syam memilih memejamkan mata sambil bersandar di jok mobilnya. Waktu perjalanannya ia gunakan untuk istrirahat sejenak.
Namun.
BRAKKK.
Tak ada isyarat sebelumnya saat mobil mereka mendapatkan guncangan yang sangat keras, berikut rasa sakit yang teramat sangat yang ia rasakan di bagian bawah tubuhnya.
Teriakan keraspun terdengar dari depannya, di mana sang sopir yang menoleh ke arahnya sambil meringis.
" Ya ampun Den!"
Bumi Syam semakin meringis saat hendak bergerak namun tak bisa. Dan saat ia membuka mata, melihat keadaan yang sesungguhnya, kakinya terjepit.
Dan di sinilah ia berada sekarang.
Bukannya sampai di rumah terlebih dahulu Ia justru mendarat di ruang gawat darurat di sebuah rumah sakit. Seolah memukul keras batinnya adalah ketika mengetahui keadaan tubuhnya yang kini tidak berfungsi dengan baik.
Kedua Kakinya tidak bisa lagi digerakkan dengan normal, tangan kirinya pun tak jauh berbeda, dalam keadaan yang sama, patah tulang. Dan kini bahkan dirinya masih terbaring tak berdaya di ranjang pesakitan di rumah sakit ini, meski jujur dirinya telah bosan.
Beberapa kali ia hanya bisa memandang nanar pada tangan kirinya yang kini hanya seperti pajangan saja, tak bisa digunakan.
Itu belum seberapa sakitnya.
Setelah kecelakaan itu, dia masih mendapat dukungan dari orang-orang yang ia sayangi, keluarganya dan juga sang kekasih hati. Mereka semua mau menerima keadaan dan memberikan suport untuknya. Setidaknya masih tak terlalu jatuh, dan ada mereka yang menurutnya turut merasakan kesakitannya.
" Masih bisa sembuh kok, hanya butuh istirahat sebentar dari kerjaan."
" Terlalu sibuk bekerja, makanya dikasih libur dulu sama Tuhan."
Ia masih bisa tersenyum saat mendengarkan kalimat yang hampir sama dari setiap orang yang datang menjenguknya.
Selain keluarganya, tunangannya pun ikut mendampinginya menjalani hari-harinya yang hanya bisa terbaring di brangkar rumah sakit ini.
Namun senyumnya seolah menguap, terbang entah ke mana. Gairah hidup seolah terjun bebas ke dasar jurang tak bertepi.
Semuanya terasa berbeda, saat,
" Mungkin kalian memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh. Seberapa lama hubungan kalian, tapi tak pernah bersama dalam waktu panjang. Ada-ada saja alasan yang memisahkan kalian."
Suara itu berasal dari seorang wanita paruh baya yang sebentar lagi harusnya menjadi mertuanya, Ibu Irma.
" Biarkan Adelia mencari kehidupannya sendiri. Jika memang kalian memang berjodoh ujungnya pasti bersama di pelaminan. Tapi,... lihatlah. Kalian yang telah merencanakan pernikahan namun justru takdir berkata lain. Jadi tante mohon keikhlasannya melepaskan Adelia."
Bumi memang tampan, memang kaya.
Namun dengan keadaan seperti ini, yang tak bisa berbuat apa-apa meski untuk dirinya sendiri pasti akan membuatnya kerepotan. Masih banyak pria tampan dan kaya di luar sana!
Bagi wanita itu, anak gadisnya cantik bahkan sangat cantik dan tentunya bisa mendapatkan pria yang setara dengan Bumi, atau jika beruntung mungkin yang melebihi pria itu.
Dirinya tak mungkin membiarkan kehidupan putrinya menderita. Dinikahkan hanya untuk jadi perawat seorang pria lumpuh seperti Bumi Syam.
Bumi Syam tak bisa menyaring kata demi kata yang meluncur dan masuk seolah menghujam jantungnya. Tega nian calon mertuanya mengatakan hal itu saat Ia masih berjuang untuk sembuh. Padahal kecelakaan itu baru sebulan, belum setengah tahun Lamanya. Dan ia masih berjuang untuk sembuh.
Meski kenyataan semua itu benar adanya.
Adelia, gadis yang Syam cintai sejak duduk di kelas dua belas SMA.
Bumi Syam melanjutkan kuliah di luar negeri, sementara Adelia memilih untuk tetap di tanah air bersama keluarga besarnya.
Hingga Bumi Syam berhasil menyelesaikan pendidikan dan kembali ke tanah kelahirannya.
Tiga tahun yang lalu Bumi Syam kembali ke ibukota, namun justru Adelia yang pergi berkelana mencari pengalaman. Meski hanya keluar kota, intensitas pertemuan mereka sangatlah jarang.
BUmi mengerti, bukankah mereka memiliki prinsip yang sama? Sama-sama mengedepankan masa depan. Prinsip yang sama itu pulalah yang membuat mereka bertahan meski berjarak.
Baru setahun yang lalu, mereka diizinkan untuk bernafas dan beraktivitas dalam satu kota.
Hingga akhirnya memutuskan untuk bertunangan dan mempersiapkan pernikahan impian mereka.
Di belakang sana, Adelia berdiri seolah berlindung pada sang ibu, dengan wajah tertunduk.
Bukan tak sayang, bukan tak cinta.
Nyatanya keputusan keluarga besar Adelia masih sangat berpengaruh pada gadis itu. Jika dirinya akan terima kondisi Bumi Syam apa adanya, namun tidak dengan keluarganya.
Dia bisa apa?
Tak ada rangkaian bunga yang dijadikan Adelia sebagai buah tangan untuk dirinya seperti sebelum-sebelumnya. Pun dengan sepatah kata yang diucapkan kekasihnya itu.
Bumi Syam terus melirik sang kekasih. Berharap sebuah pembelaan atau penolakan atas keputusan ibunya. Tapi tak ada.
Pemutusan pertunangan yang dilakukan oleh keluarga Adelia tak mampu dirinya hindari meski hati bergemuruh hebat.
Hendak marah pun percuma, Ia tak bisa berbuat apa-apa di atas brangkar rumah sakit itu. Besar sekali keinginannya untuk mempertahankan Adelia agar tetap di sisinya.
Sayangnya, Gadis itu tak terlihat hendak membela hubungan mereka ini. Adelia hanya diam membisu tanpa kata dengan wajah yang terus menunduk, berdiri di belakang tubuh mamanya.
Sedangkal itukah cinta sang kekasih?
Lalu apa artinya semua penantian mereka selama ini?
Bumi Syam sadar diri, Salah satu alasan orang tua Adelia mengambil keputusan sepihak Ini adalah karena keadaannya yang seperti ini.
Tak berdaya. Mungkin hanya merepotkan orang lain saja!
Tapi?
Tidakkah Adelia memikirkan tentang hubungan yang telah lama mereka Bina selama ini?
Bagaimana dengan mimpi-mimpi mereka dulu?
Hanya karena sebuah kecelakaan yang menimpa dirinya, Adelia meninggalkannya begitu saja.
Kecewa marah dan patah hati menjadi satu saat ini. Meski begitu ia tak bisa berbuat apa-apa, Bumi Syam hanya bisa tertunduk mendiam.
Beruntungnya ia masih ada keluarga yang menghibur.
" Apakah memang kami tak berjodoh?" Tanyanya pada siapa saja yang hendak menjawabnya. Dan di titik ini, ia benar-benar merasa jatuh sejatuh jatuhnya.
" Kamu yang sabar ya sayang. Mama yakin suatu saat nanti akan ada wanita yang benar-benar mencintai dan menerima kamu apa adanya. Jodoh akan datang pada waktunya."
" Tenang ya sayang, tenang! Ada mama yang akan selalu menemani kamu!"
Kalimat penenang itu nyatanya mungkin lebih diperuntukkan untuk wanita paruh baya itu.
Mama Mira yang berada di samping sang putra terus saja menggenggam tangannya. Tangis tak bisa disembunyikan, meski telah menahan diri untuk tak menangis di depan sang putra, nyatanya tak bisa.
Wanita itu menunduk dengan linangan air mata yang membabi buta kala mendengar rangkaian kata dari mantan calon besannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
dapurnya tinah
kasian
2023-10-15
0