" Kenapa harus berangkat sama orang lain? Kamu kan punya mobil sendiri?" Buana.
" Ngapain bawa mobil sendiri coba kalau ada yang bisa diajak pergi bersama. Lagian kita kan dekatan rumah"
" Buang-buang bensin, bikin capek juga kalau nyetir sendiri!" Selama ini ia merasa enjoy saat bersama dengan
sahabatnya itu, Dinipun tak menolak, malah memang sengaja mengajaknya.
Tapi untuk bersama dengan Nada, mungkin suasana akan berbeda. Mereka tak terlalu akrab sebelumnya.
" Ya udah ajak Nada sekalian. Daripada buang-buang bensin, tambah-tambah polusi Udara juga. Gitu aja kok
repot?"
" Kakak tuh yang repot!" Sewotnya Tiwi, rempong sekali jika harus berhadapan dengan kakaknya yang satu
ini. Hingga akhirnya mau tidak mau ia yang harus mengalah. Mengajak Nada ikut bersamanya.
Bukannya tidak mau, tapi ia tahu jika gadis itu pasti canggung jika harus bersama dengannya, ditambah lagi ternyata mereka justru menumpang pada mobil Andini.
" Pah!" Rengek gadis itu pada sang ayah yang diharapkan menjadi dewa penolong baginya.
" Ikuti kata kakakmu!" Pak Surya tahu, jika semua keputusan Buana sebagai bentuk rasa sayang dan perhatian
seorang kakak terhadap adik-adik perempuannya.
" Mah," Dan kali ini Tiwi memilih mamanya untuk mengharapkan dukungan. Sayangnya Mama Mira hanya
menggeleng, tak bisa berbuat banyak. Ia pun mengerti jika Buana adalah seorang kakak yang sangat menyayangi Tiwi, hingga sedikit posesif dan kini bertambah satu adik perempuan yang menjadikan peraturan yang juga harus Nada jalani.
" Gak usah, aku bisa naik ojek kok?" Tolak Nada. Merasa tak enak dan pun tak ingin menjadi beban
tambahan. Tak berani menyebut ayahnya yang notebenenya bekerja sebagai sopir di keluarga ini.
Memang siapa dirinya?
" Kamu pikir kenapa aku menyuruhmu berangkat dengan Tiwi?"
Sejenak Nada tercengang?
Ada apa memangnya?
Apa Buana tau jika ia memiliki kekasih di kampus?
Tak bisa menyesuaikan raut wajahnya, Nada memilih menundukkan kepala demi menyembunyikan kekhawatirannya.
" Ya udah, ayo Nada!"
Dan mau tak mau, kedua gadis itu pun harus berangkat bersama demi keamanan negara.
" Kamu gak usah terlalu mengurusi Nada! Setidaknya jangan terlalu mengatur kehidupannya." Tegas Bumi Syam.
Sarapan telah usai, tepatnya ia memburu Buana yang baru saja meninggalkan meja makan bersama istrinya. Dan kini mereka bertiga telah berada di ruang tengah hendak keluar.
Kesal sebenarnya, saat Buana selalu saja mengurusi rumah tangganya. Meskipun diakuinya, semua ini terjadi memang sesuai skenario kakak sulungnya itu.
" Lalu kalau bukan aku yang mengatur istrimu, siapa lagi hah?"
" Aku kasi tau yah, istrimu itu punya pacar di kampusnya. Dan apa yang dilakukan oleh suaminya saat mengetahui
ternyata istrinya berselingkuh?" Buana bahkan menghadiahkan lirikan
mengejek pada Bumi Syam.
Bumi Syam bukannya tak tahu tentang hal itu. Tapi ia mencoba mengerti dan memberikan Nada waktu untuk mengakhiri hubungan itu dengan baik-baik. Semua ini jelas saja karena pernikahan dadakan ini.
" Kamu DI-AM saja. Membiarkan dia menginjak-injak harga dirimu sebagai suaminya." Diucapkan dengan perlahan
bahkan penuh penekanan.
" Kamu punya kekuatan, dan kekuasaan, kenapa gak dipakai, hah? Setidaknya pakai kekuatan keluargamu untuk
mengendalikan istrimu itu." Kali ini pria itu nampak lebih menuntut.
Memang benar keluarga mereka memiliki semua itu.
Kekuasaan dari sang ayah yang seorang jenderal meski kini telah menjadi purnawirawan. Dan pamannya yang memiliki kekuasaan berupa uang. Tak pantas bagi mereka diremehkan oleh seorang gadis yang ayahnya hanyalah seorang sopir.
" Cih, Lemah!" Berdecak, lalu mengumpat sembari meninggalkan adiknya yang terdiam di atas kursi rodanya.
Kursi kebesaran yang nyatanya mampu menyiutkan nyali adiknya itu.
" Kemarin Andre datang, mau jemput kamu!" Pelan sekali Bu Aina berucap, berharap Nada tak tersinggung dengan perkataannya. " Kamu belum ngomong sama Andre?"
Hari ini Nada meminta untuk pulang ke rumahnya terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah mewah bak istana itu. Selain tak ikut ke mobil Dini dan Tiwi yang membuatnya canggung, ia pun bisa sedikit melepaskan diri dari rasa tidak enak selama pulang ke rumah sang mertua.
Sekali-kali ia merasa butuh melepaskan diri dari rasa canggung. Kadang ada rasa ingin teriak dan menari-nari jika sedang sendiri. Dan kebebasan itu hanya bisa ia rasakan saat berada di rumah ayah dan ibu kandungnya.
Mungkin memang seperti ini yang dirasakan sebagian menantu jika berada di rumah mertuanya. Hingga mereka memutuskan untuk berpisah dan hanya dengan suami saja.
" Kasi aku waktu!" Menunduk. Ia tahu jika semua orang pasti menilai dirinya salah. Tanpa ada yang mau mengerti dengan keadaan, hati dan perasaannya. " Aku belum siap untuk bilang yang sebenarnya."
" Aku juga masih ragu untuk mengakui pernikahan ini."
" Apa ibu yakin jika pernikahan ini akan bertahan lama?"
Dan bagaimana jika pernikahan ini memang hanya sementara ? Selama Bumi Syam sakit saja. Jika pria itu telah sembuh, mungkin saja tak lagi membutuhkannya lagi.
Bumi Syam bisa mencari dan mendapatkan wanita yang jauh melebihi dirinya. Lebih cantik, lebih pintar, lebih kaya dan lebih bertahta.
Tak ada orang lain yang bisa dia temani curhat kecuali dengan keluarganya. Ibu, ayah dan Ainun.
Rasanya hanya mereka yang mengerti tentang keadaan ini.
" Jujur, ibu juga sempat berpikir jika pernikahan ini mungkin hanya sementara. Tapi ingat, pernikahan kalian itu tercatat oleh negara, bukan hal mudah jika harus bercerai."
" Pasti keluarga suamimu akan marah, merasa direndahkan.
" Apapun alasannya, sekarang kamu adalah seorang istri. Tak elok rasanya jika kamu tetap menjalin hubungan dengan pria lain. Apa kata orang nanti jika semuanya terbongkar? Kamu akan dicap sebagai perempuan rend@han atau apalah itu namanya. Dan akhirnya kamu juga yang menanggung semuanya."
Heh.
Nada menghembuskan napasnya keras. Tadinya ia berpikir jika ibunya mau mendukung dan menerima alasannya, bukan justru menceramahinya panjang lebar seperti ini.
" Ibu hanya berharap jika kamu bisa mengerti sedikit saja. Semua ini demi kamu juga, Nada!"
Sejenak gadis itu terdiam. Namun bukannya mengerti, tapi seolah tak terima dengan keputusan ibunya.
Bukan! Bukan untuk dirinya, tapi untuk keluarga ini.
Pengorbanan apa lagi yang harus Nada lakukan?
" JIka boleh, ibu mohon, tinggalkan Andre!" Ibu berkata sambil menggenggam tangan Nada penuh cinta.
" Tapi aku masih mencintai kak Andre bu!" Nada.
" Jika jodoh tak kemana? Selama apapun kalian menjalin hubungan jika memang tak berjodoh, tak kan bertemu dipelaminan juga! Tapi lihatlah, kamu dan Syam yang terlihat jarang bersama tapi justru terikat pernikahan, karena Syam adalah jodohmu."
Dan ia yakin semua ini demi keluarganya. Hah, entah mengapa Nada lagi-lagi merasakan jika ia sengaja
dikorbankan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments