Dengan begitu perlahan Nada mulai mendorong pintu kamar. Pandangan langsung mengarah pada ranjang yang telah terisi oleh suaminya. Ia tak tahu apakah pria itu benar-benar tidur atau hanya sekedar berbaring.
Nada bergerak sepelan mungkin agar tak mengganggu sang suami.
Di atas pembaringan itu, Bumi Syam mengintip di melalui celah matanya. Ketika Nada keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidurnya, kaos longgar dan celana short. Melihat gadis itu berbaring di atas sofa yang telah ditata dengan bantal dan selimut.
Bumi Syam masih sempat melihat Nada membuang dua boneka yang beberapa hari ini menemani tidurnya ke lantai, dengan menghempas. Mungkin memang kesal dengan Tiwi yang tak membantu Nada, begitu pikirnya.
Bumi Syam memandang lurus ke atas langit-langit kamar. Telinganya awas yang setia mendengarkan suara isak dari arah gadis yang berbaring membelakanginya.
Bumi Syam tahu jika saat ini istrinya tengah bersedih.
Memang tak mudah untuk menghadapi seorang Buana yang memiliki mulut setajam silet. Pria itu memang tak ragu untuk mengeluarkan segala sesuatu yang diinginkannya, tanpa filter. Namun ketahuilah, kakak sulungnya itu tipe lelaki yang penyayang dan posesif.
Dan mungkin ini pulalah yang ia terapkan pada Nada, juga dirinya.
Andai Nada bisa mengerti.
Namun semua itu tak berguna bagi Nada yang mencintai pria lain.
Tahu bagaimana itu cinta? Semuanya akan tetap indah meski itu salah.
Seperti itu pula yang terjadi pada Nada. Kisah cinta antara Nada dan kekasihnya itu jelas-jelas salah meski memang telah lebih dulu tercipta.
Bumi Syam masih terdiam menikmati suara tangis Nada yang semakin lirih.
Tak bisa dipungkiri ada perasaan lain dalam dadanya, saat harus melihat sang istri yang justru menangisi pria lain.
Seolah ingin protes, jika semua ini salah. Tak wajar rasanya jika nada bersedih hanya karena pria lain.
Inginnya ia, bisa dianggap sedikit saja oleh Nada.
Inginnya ia,Nada bisa meluahkan segala perasaan padanya.
Bumi Syam bisa meminjamkan pundaknya sebagai tempat untuk Nada bersandar. Atau jika perlu pahanya, untuk dijadikan sebagai bantalan.
Dia pun siap memberikan tubuhnya untuk direngkuh oleh Nada, demi memberikan ketenangan.
Ah perasaan macam apa ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
" Bagaimana keadaanmu?" Pak Rusli bertanya pada Sang Putri.
Selama ini ia hanya bisa memandang dari jauh saja. Putrinya mungkin memang menjadi menantu di rumah ini, namun entah mengapa ia sedikit ragu untuk menyebut dirinya sebagai besan.
Keluarga ini terlalu tinggi dan siapalah dirinya yang hanya seorang sopir.
Sekarang saja, mereka hanya bertemu di teras samping secara sembunyi-sembunyi.
" Baik. Ternyata makanan di sini enak-enak yah?" Nada mengurai pelukan.
Baik? Nyatanya tak sesuai dengan perasaannya. Mata gadis itu bahkan terlihat tergenang kala berucap.
" Gimana, aku gemukan kan?" Ia tengah memperlihatkan tubuhnya yang katanya sedikit berisi.
Nyatanya tidak, mana bisa ia makan dalam keadaan rumah yang seperti ini.
Memang semua anggota keluarga menerimanya dengan baik. Tapi tidak dengan yang satu itu. Meski hanya seorang, tapi lumayan bisa menguras sedikit bobot tubuhnya.
Makanan enak ternyata tak berpengaruh besar pada tubuhnya.
Belum lagi kondisi hatinya yang memang belum fit. Patah hati membawa dampak yang begitu besar baginya.
Pak Rusli hanya tersenyum menanggapi kebohongan sang Putri.
" Putri Ayah tambah cantik juga!"
" Iya dong. Bedak baru, bedak mahal hehehe." Masih dengan kebohongannya. Ia tahu, ayahnya tak mengerti apa itu Skin Care. Semua yang terpakai di wajah namanya bedak.
Dan kebohongannya itu, kembali mengurai senyum di wajah Pak Rusli.
Hadapi semua dengan senyuman, tanpa perlu memberitahukan hal yang sebenarnya. Yang bisa membuat hati orang-orang yang ia sayangi semakin terluka.
Dibalik jendela kaca, Bumi Syam mengamati interaksi sang istri dengan ayah mertuanya. Memang ia tak tahu apa yang telah dibicarakan oleh ayah dan anak itu, hanya bisa menebak jika di sana membicarakan tentang keadaan keduanya.
Entah mengapa gejolak dalam dada yang sempat surut terasa kembali. Hanya melihat Nada yang berpelukan dengan ayah kandung, ia merasa ada yang tergores di dalam dadanya.
Tak bisa ia uraikan dengan sebuah kalimat. Seandainya ia sanggup menarik tubuh Nada merapat ke tubuhnya, akan ia lakukan.
Namun, seolah angin selalu saja mampu mengingatkan dirinya dengan posisinya saat ini, jika tak pernah berada di hati sang istri.
Ah, apa yang terjadi pada dirinya kini?
Kisah cintanya yang berjalan tujuh tahun dengan Adelia mampu terkikis dengan kebersamaannya dengan Nada yang baru berjalan tiga bulan.
Dan mungkinkah ini cinta?
Layakkah ia untuk seorang gadis belia bernama Nada?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments