Peraturan Buana

"Nada belum ngomong apa-apa sama kamu?" Bu Aina terlihat sedikit meragu. Terlebih dirinya kini hanya

sendiri yang menjelaskan. Pak Rusli telah Berangkat lebih dulu, sebab memburu pagi. Bukan apa-apa, hanya saja takut jika nanti dianggap salah bicara.

" Ngomong apa ya Bu?" Tanya Andre kembali. Entah mengapa percakapan ini membuat hatinya sedikit tak tenang. Ada rasa takut menggerogoti.

Takut jika akan mendengarkan sesuatu yang mungkin berhubungan dengan kisah mereka berdua.

Tak bisa ya pungkiri, jika dalam pandangannya beberapa hari ini sang kekasih hati terlihat berbeda dari biasanya. Terkesan diam cenderung murung. Telah dia tanyakan pada Nada, mungkin saja dirinya bisa membantu meski tak seberapa.

" Aku nggak apa-apa, cuma kurangtidur saja. Ngantuk."

Itu alasan yang sering Iya dengar dari bibir sang kekasih. dan ia terima terima saja segala alasan itu.

Pulangpun sering tak bersama lagi, sebab sang gadis yang menolak. Ada-ada saja yang menjadi alasan dan tujuan Nada ketika hendak pulang. Namun ketika dirinya bertanya, Nada justru tak menjawab.

Kadang berpura-pura sibuk, atau mengalihkan pembicaraan.

Andre tak pernah berprasangka buruk pada Nada. Dan semua itu sebab kepercayaan penuh yang ia berikan pada sang kekasih hati. Belum lagi, hubungan yang telah berjalan hampir tiga tahun lamanya. Bahkan keduanya telah dipertemukan dan mengenal keluarga pasangan masing-masing.

Semua lingkungan kehidupan seolah tahu jika mereka adalah pasangan kekasih.

Semua waktu dan kegiatan dari gadisnya itu telah ia ketahui dan hafal.

Lalu apa yang harus ia takuti kini?

" Bu, Ada apa Bu?" Kali ini Andre sedikit mendesak, saat yang ia dapati sosok diam bahkan terlihat enggan

melanjutkan perbincangan.

Heh, suara berat Ibu sebelum kembali melanjutkan kata.

" Biar Nada sendiri yang ngomong sama Andre yah? Ibu nggak bisa. Tapi Ibu mohon, jangan langsung mengambil

kesimpulan sendiri."

" Yang jelas, Nada sudah tidak tinggal di sini lagi."

" Tapi Nada juga gak mau cerita bu." Jawabnya lesu.

" Nanti, biar ibu yang nyuruh Nada buat ngomong semuanya ke kamu. Kamu sabar dulu yah!"

Entah mengapa hati pria itu semakin bergemuruh, sepertinya ini bukan kabar yang baik untuknya.

Namun hendak bertanya pada siapa, iapun tak tahu. Semuanya terkesan menutupi. Baik Nada maupun keluarga gadis itu.

Ainun?

Apakah ia bisa mendapatkan jawaban dari gadis belia yang cenderung pendiam itu. Sepertinya tidak.

Dengan beribu pertanyaan di kepala, pria tampan itu meninggalkan halaman rumah sang kekasih hati.

Dan kini, di bawah pohon rindang sepasang kekasih itu telah berhasil bertemu. Duduk-duduk berdampingan dengan tangan yang saling menggenggam, seolah tak terjadi apa-apa di antara mereka.

Meski sebenarnya, jantung keduanya sama berdebuk dengan kencang.

Nada hanya bisa terus menunduk kala sang kekasih hati terus memandanginya dengan begitu lekat.

" Kenapa?"

" Ngak papa kak." Seutas senyum ia simbulkan di bibir demi menenangkan sang kekasih hati. Tahu jika pria

itu sedikit khawatir padanya. Namun ia pun belum ingin jika statusnya yang kini telah menjadi istri orang diketahui oleh sang pujaan hati. Nada masih ingin mempertahankan hubunganya ini. Masih ingin merangkul pria yang berada di sisinya kini.

Jahat. Tega.

Biarlah.

Sedikit saja ingin merasakan kebahagiaan meski sedikit egois.

" Ada apa sih sebenarnya?" Pertanyaan itu menjadi sesuatu yang terberat bagi Nada.

Gadis itu tak tahu akan memulai dari mana menjelaskan semua keadaan ini.

" Kata ibu, kamu udah ngak tinggal di rumahmu. Trus sekarang tinggal di mana?"

Kalimat sederhana yang mampu mengangkat pandangan pasang gadis.

" Kamu ngambek sampai kabur dari rumah, hihihi."

Pria itu masih terkikik saat membayangkan hal itu. Berpikir jika ada permintaan sang kekasih yang tak bisa

diberikan oleh orang tuanya, hingga membuat Nada minggat dari rumah. Bisa saja kan?

Tersenyum kala Nada mendengar opini pria itu. Namun kemudian menggelengkan kepala, bisa-bisanya Andre berpikir seperti itu di saat ia justru tengah menjalani permintaan sulit dari keluarganya.

" Ibu bilang apa lagi?" Penasaran sampai sejauh mana ibunya menjelaskan tentang situasi saat ini.

" Cuma itu. Ibu bilang biar nanti kamu sendiri yang ngomong sama aku." Andre masih menatap lekat wajah

cantik itu. Senyum yang tadi terlukis di bibirnya hilang demi melihat kegundahan yang tanpa sengaja diperlihatkan oleh sang kekasih.

" O-oh." Meski gugup, Nada masih mencoba baik-baik saja.

" Aku tinggal di rumah nenek. Disuruh temani soalnya sudah tua. Kasihan!" Berbicara sambil kembali menundukkan kepala menyembunyikan kebohongan di wajahnya.

Maaf, Ia belum siap kehilangan sang kekasih hati yang selama ini mendampinginya. Bukan tak sadar dengan posisinya sebagai seorang istri dari pria lain. Nada hanya belum siap mengatakan semuanya.

" Yakin cuma itu?"

Nada hanya bisa menganggukkan dengan kepala yang menunduk. Jelas tak bisa membalas tatapan Andre saat ia tengah melakukan sebuah kebohongan besar.

Andre memilih diam, dengan tangan yang bergerak merapikan anak rambut Nada yang terjuntai turun.

Dan jangan kira pemuda itu percaya begitu saja dengan apa yang diutarakan kekasihnya ini.

Andre masih berpikir jika Nada menyembunyikan sesuatu darinya. Mungkin ada sesuatu yang terjadi pada keluarga

itu yang tak boleh diketahui orang luar seperti dirinya. Meski begitu, ia tak ingin mengulik lebih dalam.

Mungkin saja Nada yang belum siap berbagi masalah dengan dirinya. Pula, memberikan waktu pada Nada hingga tiba saatnya nanti gadis itu mau berbagi masalah dengannya.

Ia pun mengangguk, mencoba mengerti meski hati masih terasa janggal di hatinya.

"Nada berangkat dengan Tiwi!" Satu kalimat yang tak terbantahkan. Hari masih pagi, namun suasana di meja makan keluarga Pranadipa sedikit menghangat. Laki-laki ini mengatur sesuatu yang mungkin sedikit jauh dari ranahnya. Namun siapa yang bisa menolak jika pria ini berkata.

" Gimana caranya? Aku aja nebeng sama Dini?" Terang saja sang adik protes.

Selama ini Tiwi merasakan hidupnya tentram dan damai sebelum kakaknya kembali masuk ke rumah ini dan mengatur segalanya. Termasuk dengan siapa yang akan berangkat. Huh,menyebalkan.

Hendak mengusir pria ini untuk kembali ke habitatnya, jelas saja ia tak punya nyali lebih. Apalagi kala melihat kebahagiaan mama Mira saat bermain dengan cucunya. Dan lagi, ia memang tak punya alasan untuk mengusir Buana dari rumah ini.

" Kenapa harus berangkat sama orang lain? Kamu kan punya mobil sendiri?" Buana.

" Ngapain bawa mobil sendiri coba kalau ada yang bisa diajak pergi bersama. Lagian kita kan dekatan rumah"

" Buang-buang bensin, bikin capek juga kalau nyetir sendiri!" Selama ini ia merasa enjoy saat bersama dengan sahabatnya itu, Dinipun tak menolak, malah memang sengaja mengajaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!