Bab 19

Aileen berdiri di pekarangan rumah Jovanka sambil bersedekap. Ada perasaan kecewa dalam dirinya saat tahu fakta kalau Jovanka sudah punya seorang wanita yang ditunggunya.

"Aku serius saat kubilang kalau aku nggak mau meneruskan rencana pernikahan kita."

Jovanka menyandarkan punggungnya pada kursi kayu di belakang Aileen berdiri. Tatapan matanya sendu."

"Kenapa? Karena ucapan ibuku tadi?"

"Aku nggak tahu ucapan mana yang kamu maksud." Aileen kini mendudukkan diri di samping Jovanka. "Kuperjelas aja biar nggak ada salah paham. Aku membatalkan kerja sama kita karena merasa kamu tipu. Masa iya kamu sudah punya cewek tapi malah menerima tawaran kawin kontrakku?"

Laki-laki di samping Aileen itu meringis. "Sama kayak kamu. Sudah dijodohkan dengan laki-laki lain kenapa masih menawari saya untuk kawin kontrak?"

"Aku punya alasan kuat di balik itu."

"Aku pun begitu. Kalau nggak kepepet, aku nggak akan menerima tawaran kamu."

Jika tebakan Aileen benar, Jovanka menerima tawaran kawin kontrak karena adiknya. Dilihat dari kondisi tubuh gadis kecil itu, dia sedang tidak baik-baik saja. Mungkin sedang menderita sakit keras dan Jovanka kekurangan biaya untuk pengobatannya.

Aileen pikir mungkin inilah saat yang tepat untuk membuka rahasianya pada Jovanka. Mengemukakan alasan kenapa dia tidak mau menikah dengan Haykal.

"Namanya Haykal Trisakti, laki-laki pilihan nenekku. Kamu sudah mendengar namanya, kan? Yah, walaupun dia nggak seterkenal keluarga Erlangga. Dia duda anak tiga. Umurnya seumuran ayahku."

"Jadi kamu nggak mau menikah dengannya karena faktor usianya?"

Aileen menangguk. “Itu salah satunya. Faktor lain adalah karena dia mata keranjang. Kamu tahu alasan dia diceraikan istrinya? Dia kedapatan main serong di kantor saat istrinya sedang hamil anak ketiga."

"Ah? Masa?" Jovanka tidak percaya. “ Paling ada yang iri sama rumah tangga mereka jadi sengaja bikin rumor kayak gitu

"Ck!" Aileen mengentakkan kakinya, kesal. "Yang melihat dia selingkuh itu istrinya sendiri loooh!"

"Ya kali aja istrinya mengada-ada. Justru dia yang selingkuh dan memanipulasi fakta untuk menghancurkan nama baik pak Haykal."

"Astaga...." Mata Aileen membulat sempurna. "Aku nggak habis pikir dengan jalan pikiran kamu. Kamu belain orang yang jelas-jelas bersalah. Apa karena dia juga laki-laki makanya kamu bela?"

"Bukan itu. Aku cuma nggak mau terhasut sesuatu yang nggak pasti kebenarannya."

Menghela napas gusar, Aileen berdiri. Merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebilah rokok dari sana. Ketika menyelipkan benda itu ke sela bibirnya, dia kembali merogoh saku. Cukup lama tapi tidak ditemukan apa yang dia cari.

"Kamu ada pematik, nggak?" tanyanya pada Jovanka.

"Nggak ada. Aku nggak merokok."

"Sialan. Korek api nggak ada juga?"

"Nggak ada."

Aileen menjambak rambut. Dia melangkah menuju jalan raya. Menengok ke kanan dan kiri beberapa kali sebelum kembali ke teras. "Di sini nggak ada warung?"

"Ada satu. Di ujung gang. Tapi yang punya lagi liburan jadinya tutup."

"Ouhhh! ****!" Perempuan itu menghempaskan rokoknya ke lantai lalu menginjaknya sampai gepeng.

Tampang Aileen semakin frustrasi ketika kembali duduk di samping Jovanka.

Menyandarkan punggungnya di tembok rumah kayu laki-laki itu dan menutup mata dengan punggung tangannya.

"Kamu punya batu nggak? Atau bahan-bahan yang bisa menghasilkan api, gitu?" tanya Aileen lirih. Seolah kehilangan. tenaga.

"Buat apa?"

"Pengin buat api. Gesek-gesek batu atau ranting. Kayak zaman purba gitu."

Jovanka kontan terbahak. "Apa enaknya sih merokok?" Dia melirik Aileen dengan ujung matanya. "Banyak bahayanya daripada manfaatnya."

Perempuan berwajah bule itu membuka matanya. Dia menoleh ke arah Jonatan dan melayangkan tatapan tidak suka. "Kukira kita sudah sepakat nggak mengurusi urusan masing-masing."

"Well." Jovanka mengedik." Bukannya aku pernah bilang kalau lagi sama aku kamu jangan merokok."

"Kapan aku setuju?"

"Yang pasti saat kamu menerima lollipopku waktu di taman itu."

Mengungkit tentang lollipop membawa ingatan Aileen pada kejadian di taman waktu itu. Mengingat bagaimana Jovanka dengan berani mengecup pipinya. Sampai sekarang ketika ingatan itu. terlintas di kepalanya, wajahnya jadi bersemu. Astagaaa, demi apa dia harus malu karena kecupan singkat itu.

"Kembali ke bahasan awal." Aileen mengalihkan pokok pembicaraan. "Kenapa kamu nggak jujur kalau kamu sudah punya cewek? Aku nggak mau dituduh merebut kamu."

"Aku akan jelasin keadaanku ke dia," ujar Jovanka tegas.

"Dan dia akan percaya?"

"Pasti."

Aileen jelas menangkap nada keraguan di jawaban Jovanka. Sumpah, dia tidak mau menghancurkan hubungan orang lain. Sebelum semua terlambat dan nasi belum menjadi bubur, Aileen ingin menghentikan semua ini.

"Mas Jovanka aku-"

"Nggak pa-pa. Aku akan mengambil tanggung jawab penuh. Kamu jangan khawatir."

Tiba-tiba, Lia duduk di antara Jovanka dan Aileen. Pandangannya tak lepas dari perempuan cantik itu. Mengamatinya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sementara Aileen mulai merasa risi diperhatikan seolah dikuliti.

"Kepengin deh jadi Kakak," ucap Lia dengan mata mengerjap polos.

Aileen tersentak. Demi apa Lia ingin jadi dirinya? Dia bahkan tidak mau terlahir seperti ini. Jika boleh jujur, dia lebih memilih hidup seperti Lia. Dikelilingi ibu dan kakak yang menyayanginya. Ayahnya pasti sedang bekerja di suatu tempat demi menyambung hidup anak istrinya.

Aileen tersenyum manis pada Lia. Menrapikan poni yang acak-acakan dan berkata, "Jadi aku ini nggak enak."

"Nggak enaknya apa?"

Aileen memilih tidak menjawab karena saat itu Sarah berdiri di ambang pintu. Wajahnya masih terlihat syok dan pucat. Dengan pelan dia menghampiri Jovanka.

"Ibu mau bicara empat mata, Jo." Tanpa menunggu persetujuan anak laki-lakinya, Sarah berjalan mendahului Jovanka. Menuju ke jalan lalu berbelok ke pagar sempit di seberang rumah mereka.

"Dek, Mas tinggal dulu, ya. Jagain kak Aileen," pamit Jovanka pada Lia.

"Idih! Kayak apaan pakai dijagain. segala?!" Aileen sewot. Tapi Lia tertawa mendengarnya.

Sepeninggal Jovanka, Aileen jadi canggung. Bingung apa yang harus dikatakan pada Lia untuk memulai percakapan. Dia tidak mengenal anak ini sama sekali. Rasanya sudah mengajaknya bicara karena tidak tahu kesukaannya.

Aileen memilih memainkan jarinya. Sudut matanya melirik Lia. Mengamati anak kecil itu dalam diam. Aileen baru sadar kalau wajah Lia sangat mirip dengan Jovanka. Bedanya hanya di lesung pipi saja. Lia tidak punya itu. Dia juga baru sadar kalau wajah Lia pucat. Pipinya tirus dan bibirnya berwarna pink pudar.

"Umur kamu berapa?" Aileen mulai memecah keheningan.

"Dua belas tahun."

"Ah, sudah kelas enam SD, ya. Sebentar lagi ujian dong?"

"Nggak, Kak." Lia berkaca-kaca." Aku nggak sekolah lagi."

"Eh?!"

ΩΩΩΩΩ

"Jo, Ibu nggak pernah ngajarin kamu untuk meremehkan suatu hubungan. Apalagi ini tentang pernikahan.

Sarah menatap sang anak sambil berkacak pinggang. Suasana kebun yang sepi membuatnya bisa meluapkan emosi lebih leluasa. Matanya menatap nyalang pada sang anak yang sedang tertunduk lesu.

"Ibu juga nggak pernah mengajari kamu untuk ingkar janji, Jo. Kalau kamu menikahi Aileen, gimana perasaan Lola nanti?"

"Pernikahan ini cuma sebentar kok, Bu. Kami nggak benar-benar menikah. Cuma kontrak aja," aku Jovanka dengan keberanian setipis kulit bawang. Dia tahu ibunya sangat sensitif tentang pernikahan. Dan sekarang, membawa kata pernikahan ke hadapan sang ibu seperti menyuruh wanita itu membuka luka lama. Jovanka tidak mau ibunya kembali terluka.

"Apa, Jo?!" Sarah memicingkan mata. Mendekatkan telinganya ke mulut Jovanka. "Ulangi sekali lagi. Kamu tadi bilang apa?"

"Aku sama Aileen cuma kawin kontrak. Aku akan dapat ratusan juta jika jadi suami dia selama beberapa bulan."

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi tirus laki-laki itu.

"Ibu nggak akan pernah merestui ini!"

Jovanka tahu ini yang akan terjadi.

Ibunya orang yang keras. Dia tidak akan mengorbankan apa pun demi uang meskipun sekarang mereka sangat memerlukannya.

"Ini demi Lia, Bu."

Dan Sarah semakin meradang ketika mendengar anak keduanya dibawa-bawa." Demi Lia kamu bilang?!"

"Biaya pengobatan Lia nggak murah kan, Bu." Jovanka mengiba. Berharap sang ibu bisa memaklumi dan menerima keputusannya. Syukur kalau Sarah bisa mendukungnya.

"Gaji Jovan juga nggak besar-besar banget. Cuma bisa memenuhi makan kita aja. Jadi pas Aileen datang menawarkan pernikahan kontrak dengan bayaran yang besar, kenapa Jovan harus menolak?"

Sarah mengatup bibir rapat-rapat. Terenyuh ketika tahu alasan Jovanka sebenarnya. "Tapi kamu nggak boleh mengorbankan banyak hal cuma untuk ini, Jo."

"Untuk ini apa, Bu? Untuk Lia? Kalau Lia kita biarkan kayak gitu aja kanker leukimianya makin parah, Bu. Nggak menutup kemungkinan kita bisa kehilangan dia. Aku lebih baik kehilangan kebahagiaanku daripada kehilangan adikku.

Pecah sudah tangis Sarah. Dia memalingkan wajahnya, membelakangi Jovanka untuk menyembunyikan air matanya. Tapi, Jovanka sangat tahu kalau sang ibu sedang menangis dilihat dari punggungnya yang bergetar.

"Cuma beberapa bulan, Bu. Setelah itu Jovan janji semuanya akan kembali seperti semula. Jovan kembali ke kehidupan normal dan Lia berangsur sembuh. Itu kan yang paling kita inginkan selama ini?"

"Ibu bisa pinjam uang ke ayah kamu, Jo. Biar bagaimanapun Lia termasuk tanggung jawabnya."

"Dan Ibu mau dilecehkan oleh istrinya? Ibu mau dihina-hina?! Nggak! Jovan nggak akan sudi meminta sepeser pun dari dia!"

Rudi bukanlah seorang ayah di mata Jovanka. Sejak laki-laki itu memutuskan berpisah dengan Sarah ketika dia sedang mengandung Lia, Jovanka sangat membencinya. Dia tega menelantarkan mereka karena wanita yang dia cintai sejak lama sudah bercerai dari suaminya.

"Keputusan Jovan sudah bulat, Bu. Jovan akan menanggung semua risikonya."

"Kamu tahu apa yang menanti di depan mata kamu?"

"Nggak tahu. Tapi yang kuyakin jalannya nggak mulus."

Bersambung..,.

Terpopuler

Comments

Ara Julyana

Ara Julyana

lanjuttttt

2023-07-14

0

Nur Aini

Nur Aini

nyesek tor,,

2023-07-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!