Bab 12

Sudut kantin rumah sakit memang tempat yang cocok digunakan Manda untuk menginterogasi Aileen. Jari-jari besarnya mengetuk permukaan meja dengan keras. sambil sebelah tangannya menopang dagu, sampingnya ada Haykal yang turut menatap perempuan cantik itu dengan kening berkerut.

"Bilang ke Nenek apa yang kamu katakan ke Lily tadi nggak benar," desak Manda untuk kesekian kali. Wanita renta itu sudah melayangkan pertanyaan yang sama pada sang cucu sejak lima menit yang lalu namun tidak ada jawaban sama sekali.

"Aileen! Jangan diam aja!" bentaknya. Gusar mendapati sikap diam Aileen. Namun, bukannya mendapat jawahan Aileen, dia malah mendapatkan tatapan bingung dari pengunjung kantin.

"Nyonya Manda, sabar dulu." Haykal menegur sambil mengelus lengannya.

"Saya nggak bisa sabar menghadapi Aileen ini, Haykal." Manda menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kantin. dengan tangan yang gemetar dia memijit pangkal hidungnya sebelum meraih sebotol air mineral. Meminumnya dengan kasar dan meletakkan kembali botol ke meja dengan gerakan tak kalah kasarnya.

"Aileen, tolong terbuka ke kami, Sayang ." Haykal meraih tangan Aileen yang terkulai lemah di atas meja dan menggenggamnya lalu betanya, "Benar apa yang dikatakan nenek kamu tadi?"

Sembari menarik lepas genggaman tangan Haykal, Aileen mengangguk ragu. Dia tidak menyiapkan skenario untuk kejadian seperti ini. Kalau saja dia tahu kedatangan Manda, dia pasti sudah melakukan hal lain ketimbang membujuk Lily bersekongkol dengannya. Bisa saja Aileen berpura-pura bersikap kasar pada anak sulung Haykal itu. Menjambak rambutnya, mungkin. Atau mencekik Lily sampai sesak napas.

"Demi apa Aileen, cewek kayak kamu punya gebetan?" Manda terkekeh menistakan cucunya. "Pasti sifat dan sikapnya sebelas dua belas sama kamu. Perokok, pemabuk, penampilan urakan. Mirip anak-anak jalanan yang nggak punya uang itu."

Apakah Manda sedang menghina Jovanka? Kalau iya, Aileen tidak terima.

Jovanka jelas bukan laki-laki seperti yang Manda sebutkan. Jovanka adalah laki-laki baik, sejauh Aileen mengenalnya. Bukan perokok, dia yakin itu. Bukan pemabuk juga, dia melihatnya dengan mata kepala sendiri ketika mereka pertama kali bertemu di kelab waktu itu. Jelas buktinya kalau Jovanka membenci minuman yang sanggup membuat hilang akal sehat itu.

"Putuskan cowok itu dan menikah dengan Haykal."

"Aku nggak bisa." Aileen menggeleng cepat. "Aku... aku mencintai dia, Nek."

Aileen ingin tertawa mendengar kata cinta terucap dari bibirnya sendiri. Tahul apa dia tentang cinta. Membayangkannya saja terasa sulit. Bagi Aileen, cinta hanyalah sebuah kata tanpa makna. Tidak berlebihan kalau dia menganggapnya sebagai kata sampah.

"Cinta?" Alis Manda bertaut sempurna. "Percayalah yang kamu rasakan ke dia itu bukan cinta. Kamu cuma merasa nyaman aja karena mendapatkan teman yang sefrekuensi sama kamu. sama-sama perokok, pemabuk, urakan- dan satu hal lagi, cowok kamu itu pasti mendekati kamu karena mau uang kamu aja."

Memang benar, Jovanka mau menerima tawarannya karena uang.

"Keputusan kami nggak bisa diganggu gugat, Aileen. Kamu harus menikah dengan Haykal. Titik!"

"Aku nggak mau! Nenek tuli atau gimana?!" Aileen menggebrak meja lalu berdiri. Pengunjung kantin rumah sakit yang semakin banyak menatap ke arahnya dengan raut penuh tanda tanya. Aileen tidak peduli akan semua itu. Biar saja mereka menontonnya. Biar semua orang tahu kalau di zaman sekarang masih ada orang tua yang memaksakan kehendak pada anak-anaknya.

"Aileen, tolong jaga sikap kamu. Kita lagi di tempat umum, Sayang." Haykal berdiri dan mencoba merengkuh tubuh ramping itu. Namun Aileen mengangkat tangannya tanda agar Haykal tidak menghampirinya.

"Biar semua orang tahu." Aileen menatap Manda datar. "Biar mereka tahu kalau masa depan anak-anak sudah ditentukan oleh orang tuanya tanpa pernah mereka bertanya apa keinginan si anak yang sebenarnya."

"Nenek kamu melakukan itu tentu karena ingin kamu bahagia, Sayang." Haykal mewakili Manda bicara karena dilihatnya wanita itu tampak syok. Mungkin terkejut mendapati ledakan emosi Aileen. "Sebagai orang tua beliau tentu tahu mana yang baik untuk anak cucunya."

Aileen menatap Haykal dengen sudut. bibir terangkat. "Dengan memaksakan kehendak? Apa yang ada di pikiran Om juga sama kayak yang ada di pikiran nenek? Pernah nggak Om mendengarkan isi hati orang lain, Lily misalnya. Om sudah bicara dengan perempuan itu kalau Om mau menikah denganku?"

Laki-laki berambut lurus itu mengangguk mantap. "Sudah."

"Dan Om mendengar apa tanggapan Lily?"

"Iya."

"Tapi kenapa aku sama nenek berada di sini?"

Haykal menggaruk tengkuk dan bertanya, "Apa maksud kamu, Sayang?"

"Om cuma mendengar tanggapan Lily tapi nggak mendengarkannya. Dua kata kerja itu berbeda makna, Om. Kalau Om benar-benar mendengarkan tanggapan Lily, aku nggak akan berada di sini. Om tahu nggak kalau Lily nggak mau aku jadi ibu tirinya."

"Lily cuma belum terbiasa dengan hal itu, Aileen. Nenek sudah bilang kalau tugas kamu adalah meyakinkannya." Manda yang mulai tenang kini kembali masuk ke dalam pembicaraan sengit mereka.

"Gimana aku bisa meyakinkan dia kalau aku sendiri nggak mau jadi ibu tirinya."

Tidak ada setetes air mata pun yang menetes dari dua mata indah Aileen. Kalau perempuan lain mungkin sudah menangis sesenggukan karena merasa tertekan. Beda dengan Aileen yang tidak pernah menangis lagi sejak usianya masih belasan tahun.

"Nenek ingin aku bahagia sementara aku sendiri nggak bahagia dengan pilihan Nenek. Ini hidupku, Nek. Aku mau aku sendiri yang menentukannya karena aku yang akan menjalaninya." Dia menatap Haykal dengan tatapan memelas, tanpa air mata tapi Haykal luluh ketika melihatnya.

Laki-laki itu menghela napas panjang, Ketegapan bahunya turun. Tangannya terkulai lesu di sisi badan. Pada Manda dan Aileen, dia memperlihatkan senyum terpaksa.

"Kamu ada benarnya, Aileen. Kamu punya kebebasan untuk menentukan hidupmu."

"Haykal? Apa maksud kamu?" Manda menangkap ada yang tidak beres dari ucapan Haykal.

"Maaf Nonya, saya rasa pernikahan ini harus dibatalkan."

"Jangan! Nggak boleh!" Manda terbelalak. Dia berdiri dan terburu-buru menghampiri Aileen yang berdiri di seberang meja. "Aileen!" Jari-jari ringkihnya meremas lengan Aileen sampai perempuan muda itu meringis.

"Ini semua gara-gara kamu! Coba pakai akal sehat kamu! Nenek sudah membukakan jalan menuju masa depan tapi kamu malah menolaknya. Haykal ini adalah laki-laki yang paling sempurna bersanding di samping kamu, Ay! Dengan dia, kamu akan jadi perempuan normal. Jauh dari kebiasaan buruk yang merugikan nama baik keluarga kita! Sekarang, kamu harus minta maaf ke dia. Bilang kalau kamu lagi emosi tadi dan bilang kalau pernikahan kalian akan tetap terlaksana!"

"Aku nggak mau! Nenek nggak dengar ya apa yang tadi aku katakan?! Jangan memaksakan kehendak Nenek padaku! Tolong kasih aku kesempatan untuk menentukan masa depanku. Aku sudah melakukan apa yang kalian inginkan sejak kecil. Sekarang, aku sudah dewasa. Masa depanku ada di tanganku sendiri, Nek. Dan kalau Nenek memang ingin aku menikah, aku akan menikah. Tapi bukan dengan om Haykal! Aku nggak bisa menikah dengan laki-laki yang masa lalunya nggak baik." Maksudnya adalah ketika Haykal ketahuan selingkuh oleh istrinya. Sampai sekarang Aileen tidak bisa berdamai dengan fakta itu.

"Aileen!"

"Aku akan menikah dengan laki-laki pilihanku sendiri. Dia yang akan mengubahku menjadi perempuan "normal" kalau itu yang Nenek inginkan."

"Kamu mengecewakan Nenek, Aileen." Manda menggelengkan kepala dengan lesu. Wajahnya menyiratkan kekecewaan yang dalam. "Kamu membuat malu keluarga Erlangga di depan Haykal."

"Apa pun yang kulakukan selalu membuat Nenek kecewa."

"Tapi kali ini kamu berhasil membuat Nenek kehilangan muka. Setelah ini Haykal pasti tidak mau bekerja sama lagi dengan perusahaan Erlangga." Manda menatap Haykal dengan tatapan memelas. Berharap Haykal tidak membatalkan kerja sama mereka karena ucapan cucunya yang kelewatan.

"Tolong jangan tersinggung ya, kal. Aileen ini memang kurang ajar. Rupanya dia harus diajarkan sampai mulut berbuih dulu baru bisa paham."

"Begini saja. Saya akan berikan waktu Aileen berpikir. Lagipula saya tidak mau memaksa. Saya percaya sesuatu yang dipaksa jarang bisa berakhir bahagia. Nyonya jangan khawatir. Kerja sama kita akan tetap berlanjut. Ini tidak ada hubungannya dengan pernikahan yang batal."

Wah, baru kali ini Aileen melihat sisi keprofesionalan Haykal yang membuatnya gagah di sela raut kecewanya. Untuk saat ini salah satu kata limited edition-nya cocok diberikan pada Haykal, tapi sayang, dia terlalu gengsi untuk mengatakannya.

Aileen terperanjat ketika tangannya disentak kuat-kuat. Detik berikutnya dia merasa lengannya hampir putus karena remasan tangan Manda. Dengan langkah cepat namun terseret Manda membawanya keluar dari kantin rumah. sakit. Ketika sampai di parkiran rumah sakit yang sepi, Manda berhenti. Dia juga melepaskan cengkeraman mautnya di lengan Aileen. Hal itu membuat sang cucu mendesah lega.

"Nenek i-"

PLAK!

Telapak tangan Manda tercetak jelas di pipi Aileen yang putih. Gadis itu mengerjap sembari memegang pipinya yang terasa perih sekaligus kebas. Detik berikutnya, dia malah terkekeh hebat. Namun siapa sangka kekehannya hanyalah perban untuk membalut luka yang tak kasat mata.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Rita Mahyuni

Rita Mahyuni

agak kecewa sich akoh thor...sayang sekali arash ga bisa mendidik n membimbing aileen dgn baik...anak jd korban keegoisan org tua ...sayang ailenn..kurang kasih sayang...thor sich cepat x buat mam hilda pergi...mak reader yang sesak bis baca...he he

2023-07-14

1

🍒⃞⃟🦅🦁ˢʰᵉʳᴀʀᴠᴀᵖᶦˢᶜᵉˢ🍉🔥

🍒⃞⃟🦅🦁ˢʰᵉʳᴀʀᴠᴀᵖᶦˢᶜᵉˢ🍉🔥

sungguh keluarga yang egois, ayah yang ga tanggung jawab pada anaknya, lalu untuk apa dulu berjuang menginginkan seorang kalo akhirnya anaklah yang disakiti oleh cinta pertamanya, cinta seorang anak perempuan ayahnya, jadi jangan salahkan anak 100%, lebih baik Hilda dulu ga kembali ke keluarga itu, lalu dimana Haris, bukannya dia menganggap Hilda adiknya, tapi hanya diam melihat anak nya Hilda yang setiap hari ditindas

2023-07-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!