"Yeeee-"teriak Aileen dengan kencang saat dia memenangkan balapan liar yang diikuti sorak sorai penonton yang melihatnya malam itu.
"Lo memang andalan gue Ay," ucap Jessie teman Aileen yang memenangkan taruhan berkat mendukung Aileen.
"Iya dong Aileen gitu lo, dan mana bagian gue, mau balik nih," balas Aileen yang melihat jam di pergelangan tangannya sudah jam 1 malam.
"Nih!! Mau gue anter balik gak?" tanya Jessie dengan menaik turunkan alisnya.
"Gak perlu," jawab Aileen dengan tegas.
"Itu tukang begal liat muka gue aja udah ketakutan gak bakal mau dia hadang jalan gue," lanjut Aileen yang memang tidak ada rasa takut sama sekali.
"Ya udah hati-hati ya! dan semoga telinga lo enggk budek denger ceramah dari nenek lo ya," ucap Jessie yang sudah sangat hapal setiap kali Aileen pulang malam pasti akan mendapat ceramah panjang dulu.
"Selow udah biasa telinga gue!! Ya udah gue cabut dulu ya, "Aileen menghidupkan mesin motor ninjanya dan mulai menjalankan dengan kecepatan tinggi.
Aileen tidak suka membawa motor dengan pelan, menurut Aileen itu makin membuatnya lelah karena motor akan terasa berat.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit Aileen sudah sampai di rumah mewah.
Pelan-pelan Aileen menarik motornya ke garasi, "Huuu kayaknya nenek udah tidur ini mah," gumam Aileen melihat lampu rumahnya sudah gelap.
Semoga saja neneknya itu benar-benar tidur karena tubuh Aileen sudah sangat lelah dan ingin langsung bermanja dengan kasurnya.
Aileen bagaikan maling yang berjalan dengan mengendap-endap agar suara langkah kakinya tidak membangunkan kedua orang tuanya.
"Aileen dari mana kamu, jam segini baru pulang?" Pertanyaan itu dari Arash.
"Main!" jawabnya asal tanpa menatap
"Main kamu bilang, lihat jam berapa ini. Kamu seorang perempuan bisa tidak bersikap lebih baik jangan begajulan seperti ini ?" Mendesah kasar Arash sangat marah dan juga kecewa dengan perubahan putrinya.
" Kenapa sekarang ayah pura-pura peduli, biasanya juga nggak peduli sama aku?. Yang penting kan aku pulang,."
"Aileen..." Manda mengeleng ia tidak mau cucunya membantah ayahnya.
"Aileen aku sudah bilang jangan membantahku. Mungkin aku terlalu membebaskan mu hingga kamu jadi anak pembangkang seperti ini."
"Kenapa aku yang selalu salah yah. Ayah sendiri kemana selama ini, yang merawatku bukan ayah tapi nenek" Jawab Aileen kesal.
"Aileen jangan kurang ajar kamu!" Arash bangkit dari duduknya.
"Aku pergi karena kamu, aku bekerja keras untuk masa depan kamu."
"Uang kita sudah banyak yah, bahkan aku bingung untuk menghabiskan uang itu untuk apa. Aku bukan mau uangmu aku cuma mau waktumu dan menganggapku ada."
"Aileen, bisa tidak jangan buatku marah. Kamu selalu saja berbuat ulah,"
"Kenapa ayah berubah sejak kecelakaan itu. Aku juga tidak mau mama pergi. Apalagi sampai detik ini ayah masih menyalahkan ku karena kepergian mama" Aileen bangkit berlinang air mata.
"Hal itu tidak ada dalam pembahasan ini Aileen. Lagipula kalau kamu sadar harusnya memperbaiki diri bukan memperburuk keadaan seperti ini."
"Tapi itu benar yah, kamu masih marah padaku."
"Cukup Aileen. Mulai sekarang masuk kamar jangan pernah keluar sebelum aku perintahkan." Titah Arash kesal.
"Ya aku salah yah, setelah kecelakaan itu aku sadar. Aku bukan hanya kehilangan Mama tapi Ayah juga. Aku kehilangan kedua orang tuaku dan kehangatan rumah ini, aku benci Ayah." Mengusap air matanya Aileen menagis berlari ke kamarnya.
"Aileen. Aileen..., Ayah belum selesai bicara." Arash akan mengejar namun ditahan Manda.
"Rash, biar mama aja yang bicara"
"Tapi," Arash ragu.
"Percaya pada mama "
Meski berat Arash mengangguk setuju.
Aileen menutup pintu kamarnya dengan kencang. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan menangis tersedu.
"Kenapa sial bengat gue hari ini."
Aileen menangis tersedu ia merasa sangat kesal dimarahi habis-habisan oleh ayahnya sendiri. Apalagi mengingat kecelakaan itu membuatnya hancur.
Suara ketukan terdengar dari arah pintu, Manda datang untuk menenangkan cucunya. "Aileen boleh nenek bicara,Ay..." mengetuk pintu berulang Manda mencoba membujuk cucunya.
"Aue ingin sendiri nek. Pergi....." teriak Aileen dari dalam kamar.
"Oke, nenek pergi tapi kamu harus ingat nenek akan selalu ada untukmu dan juga tawaran tadi masih berlaku ay, itu untuk kebaikanmu." Menghela nafas panjang Manda tahu mungkin cucunya butuh waktu sendiri.
ΩΩΩΩ
Di ruang kerjanya Arash masih terdiam mencerna ucapan putrinya sungguh hatinya begitu sakit kehilangan istrinya tapi benar kata Aileen dia juga sakit.
"Hilda aku hilang arah tanpa mu." Membuka kacamatanya Arash mengusap air matanya.
Ketukan terdengar tekihat pria berkemeja datang.
"Ada apa Haris?" Tanya Arash yang duduk di meja kerjanya yang khusus ia sediakan di rumahnya.
"Berhenti memojokan Aileen dia tidak salah tuan. Memang takdir yang menentukan segalanya. jika kematian itu datang tidak satu orang pun yang bisa merubahnya." Sedari tadi diam kini Haris menumpahkan kekesalannya.
"Aku tidak tahu, tapi saat melihat Aileen. Aku mengingatkanku akan kepergian Hilda. Aku butuh waktu untuk menerima takdir ini, aku butuh waktu..."
"Sembilan tahun sudah cukup tuan jangan sampai karena menuruti kesedihanmu. Kamu juga kehilangan putrimu. Aku harap anda tidak terlambat untuk menyadari semuanya." Setelah berucap Haris melangkah pergi ia kecewa akan sikap pria yang sudah ia anggap saudara sendiri. Sungguh melihat Aileen di marahi dia tidak terima. Meski la sadar dirinya hanya seorang bawahan.
Bersambung......
HAPPY READING 💓
MOHON LIKE DAN KOMEN YAAA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ara Julyana
ada tomboy2 nya si aileen ini ya.sampai balapan liar kayak gitu
2023-06-30
0