19

Rara menatap lelaki yang duduk di sebelahnya. Kenapa dia mau melakukan semua itu.

Sesekali Hafiz merapihkan poni rambutnya.

Rara menyerahkan ponselnya.

"Gak ada yang dirahasiain."

"Tar WhatsApp dari pacar kamu yang di Jakarta, kebaca aku gimana?"

"Apaan sih mas, aku gak pernah pacaran sama cowok." nada Rara tinggi.

"Oh iya aku lupa, kamu gak punya pacar, kamu punyanya aku, tunangan. Ya kan. Gak perlu pacaran. Kita langsung tunangan"

Rara bingung dengan pernyataan hafiz.

"Kan kita, cuma status palsu."

"Bagi mas gak kok. Mas serius" Hafiz tidak melihat ke arah Rara, ia sibuk dengan laptop di depan setir mobilnya.

Wajah Rara memerah. Sebenarnya, ia juga mulai mengagumi sosok laki-laki di sebelahnya. Tapi ia takut. Ia tidak pernah memikirkan cowok selama ini. Tidak ada waktu untuk bermain-main. Pikirannya hanya belajar dan belajar. Walau terbesit di dadanya, ia iri dengan teman-temannya, yang mengenalkan pacar mereka kepada dirinya.

Rara masih saja menatap sosok lelaki itu.

Hafiz sesekali melirik Rara.

"Heh.. kok bengong. Ini ponselnya. Simpanlah".

"Oh. eh.. ya" nada bicara Rara menjadi grogi.

"Aku mau balik kerja. Tapi aku mau makan siang dulu. Kamu udah makan belum?"

" oh. em.. belum mas. Biar nanti aku makan di kantin saja. Aku turun ya." pamit Rara.

Ketika Rara hendak membuka pintu, tangan Rara di tarik oleh Hafiz.

"Aku serius dengan omonganku. Tolong difikirkan"

Muka Rara makin merah.

"heh.. oh ya.."

Rara turun buru-buru, dan hampir jatuh.

Ia menoleh ke arah mobil, dan teraenyum lebar, kemudian ia berlari ke bagian akademik lagi.

"Gadis itu" gumam Hafiz tersenyum melihat kelakuannya.

Hafiz memutuskan untuk memutar arah mobilnya dan menuju kantor.

"Ra.. kamu kenapa?" tanya Winda.

"Gak win.. Aku takut kamu tinggalkan saja" jawab Rara berbohong.

Winda melihat Rara yang sesekali mengisi form dengan senyum-senyum.

"Kamu, seperti sedang jatuh cinta saja."

"Apasih. Win.. aku boleh tanya?"

Winda mengangguk.

"Kamu pernah naksir cowok?"

Winda tertawa..

"Aku normal loh Ra. Kamu belum pernah? Atau kamu sedang naksir cowok?"

Rara menutup mulut Winda.

"Stt.. jangan kuat-kuat, aku malu. Gimana rasanya jatuh cinta, win?"

"Ya kayak kamu sekarang. Senyum-senyum sendiri. Kadang ngelamun, mikir, dia lagi apa? Kadang kesel kalo gak ada kabar dari dia. Kenalin sama aku ya. Tapi, Ra.. Maaf.. di jari kamu sudah.. Apa kamu punya pacar baru?"

"Hush.. udah ah.. aku udah selesai. Yok ke bagian administrasi. Terus kita makan. Aku laper" Rara mengalihkan pembicaraan mereka.

Ponsel Rara bergetar di saku celananya.

Ia buru-buru membuka isi WhatsApp.

"Bahagia sekali kamu. Sekarang, Dimas tidak menggangu kamu lagi kan. Aku cuma gak mau lihat, perempuan kesayanganku tersakiti"

pesan itu. Itu dari laki-laki misterius itu. Rara mengacuhkan tanpa membalasnya.

Ternyata, Hafiz juga mengirimkan pesannya di waktu bersamaan.

"Jangan lupa makan" sapa Hafiz dalam pesan itu.

Rara tersenyum. Winda melirik sahabatnya itu. Kemudian Rara mengambil gambar makanan yang ada di depannya, dan mengirimnya ke hafiz.

Winda bahagia, melihat perubahan Rara. Dia lebih mau terbuka kepada dirinya.

Sapaan dari Hafiz sering sekali datang.

Tapi, Rara hanya membaca dan tidak membalas. Ia hanya senyum bila dapat pesan singkat itu.

Dimas. Ia teringat dengan Dimas. Kemana dia? Sejak hari pertama ia kembali beraktifitas, Rara tidak menemukannya.

Terpopuler

Comments

EL Tari

EL Tari

tadi smpet curiga dimas.. tp abis baca part ini kecurigaanku ilang... kira" siapa ya yg neror rara

2021-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!