17

Jalannya kenangan

Sekilas melesatkan angan

Sungguh benar adanya

Cinta lama jangan dilawan

Tak mungkin 'ku menepis bayangan

Bila memang semua datangnya begini

Kangen kamu

Sungguh hati bicara

Aku kangen kamu meski jauh

Kangen kamu

Pikiranku ke kamu

Rasa ini tak pernah selesai

Sungguh benar adanya

Cinta lama jangan dilawan

Tak mungkin 'ku menepis bayangan

Bila memang semua datangnya begini

Kangen kamu

Sungguh hati bicara

Aku kangen kamu meski jauh

Kangen kamu

Pikiranku ke kamu

Rasa ini tak pernah selesai

Dalam sepi ingat kamu

Di tengah ramai ingat kamu

Kamu di langkahku

Waktu berulang di kisah berbeda

Namun cintaku berhenti di kamu

Kangen kamu

Sungguh hati bicara

Aku kangen kamu meski jauh

Kangen kamu

Pikiranku ke kamu

Rasa ini tak pernah (Takkan pernah)

Rasa ini tak pernah

Takkan pernah selesai

Entah Hafiz tiba-tiba suka dengan lirik lagu itu. Rara mendengarkan dengan seksama liriknya sambil menyantap makanan di depannya.

Hafiz mengeluarkan selembar uang 20 ribuan. Dan mendengarkan lagu itu sampai habis.

Setelah habis, Hafiz bertanya kepada Rara.

Apa yang terjadi di bandara tadi.

Rara mengeluarkan ponselnya, dan memperlihatkan isi percakapannya itu.

Muka Hafiz menunjukkan dia marah.

"Besok, ponsel milikmu aku pinjam sebentar. Besok hanya nyusun SKS aja kan? Jam makan siang, aku akan menemuimu" ucapnya dengan nada menahan marah.

"Aku yang traktir ya mas. Kemudian ia bangun untuk membayar." ucap Rara.

"Biar aku, kan aku laki-laki, lagian kan aku tunanganmu, walau cuma status palsu. Tapi siapa tau, jadi beneran" Hafiz tertawa memencet hidung Rara dan berlalu menuju kasir.

Rara merasakan sesuatu yang bergetar. Tapi ia tidak mau menyimpulkannya. Terlalu cepat. Hanya itu fikirannya. Mereka baru kenal belum 1 bulan.

Mereka keluar dari tempat itu.

"Selamat malam, pak" seseorang menyapa Hafiz dan menghentikan langkah mereka yang masih menyusuri taman itu.

Hafiz terkejut. Ia pura-pura tidak melihat.

Rara mendongak melihat hafiz. Tapi Hafiz seolah menutupinya.

"Ayo, aku antar pulang, sudah malam"

"Itu benar si bos kan?"

"Sama cewek, masih muda. Pantas saja, dia tidak tertarik dengan kita di kantor"

"Tapi kenapa pura-pura tidak lihat"

3 perempuan yang sedang di taman itu adalah karyawan di kantor hafiz. Mereka mengenali bos mereka.

"Bakal gosip di kantor" hati hafiz berkata. Ia masih memegang ponsel milik Rara.

"Mas, aku mau mampir ke mini market sebentar ya, persediaan di kamar kan kemarin sudah habis." pinta Rara, karena melewati mini market ketika mereka akan pulang menuju parkiran motor.

"Aku tunggu di luar ya." ucap hafiz masih memikirkan omongan apa yang akan dia dapatkan esok di kantor. Ponsel itu berdering. Beberapa kali, dan tertera dari mas Rangga. Hafiz melihat ke arah Rara, ingin mengabarinya. Tak lama kemudian, Rara keluar dengan 2 kantong belanjaan. Hafiz langsung dengan sigap mengambil belanjaan itu.

"Mas.. apa judul lagu tadi?" tanya Rara ketika mereka sampai di depan pintu asrama.

"Selesai." ucap Hafiz sambil memarkirkan motornya.

"Yang mana" tanya Rara lagi, dengan muka bingung sambil menyender di motor.

"Sini, biar aku carikan, ini" dan ia menyerahkan ponsel Rara lagi.

"Ra, tadi mas Rangga telepon, tapi kamu lama keluar"

"Oh ya,nanti saja aku telepon balik"

Belum lagi habis dia ngomong, ponselnya kembali bergetar.

"Assalamualaikum, mas. Iya, Rara baru sampe asrama. Nanti Rara telepon lagi ya." ucapnya.

"Biar aku pegang belanjaannya" ucap Hafiz.

"Siapa itu dek?" tanya Rangga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!