4

"Kamu tinggal dimana?" tanya hafiz

"Turunkan aku di depan UB saja" pinta Rara masih merasa takut dan bingung.

"Baik" Dan mereka menuju gerbang UB.

Tak selang waktu lama, mereka sudah tiba di depan gerbang UB.

"kita sampai" ucap hafiz

"Turun" parintahnya

Rara turun dari motor itu, dan menyerahkan helm itu.

"Terima kasih" Rara pun berlalu. Dengan muka bingung dan takut, ia selalu melihat kanan kirinya. Waktu libur adalah saat sepi di area kompleks kampus UB itu.

Tanpa Rara sadari, Hafiz mengikuti nya dari jauh. Setelah melihat perempuan yang baru dikenalnya itu masuk ke asrama itu, ia memutuskan untuk memutar balik menuju rumahnya.

Rara menghabiskan waktunya Sabtu itu dengan menonton tv. Sebenarnya ia bosan, tapi rasa takutnya mengalahkan egonya untuk bermain keluar.

"Lama-lama bisa gila nih" ucapnya dalam hati.

"Sudah tenang?" sebuah pesan WhatsApp dari Hafiz sore itu membuka percakapan mereka.

"Sudah, terima kasih mas, sudah aku buat repot hari ini"

"Tidak apa-apa kok. Ya sudah, kamu kunci saja pintu kamar kamu"

#Di kediaman Hafiz

Hafiz tersenyum melihat ponselnya. Mbok Asih hanya melihat anak majikannya tersenyum duduk di pinggir kolam sambil senyum menatap ponselnya.

"Den Hafiz, jangan senyum sendiri di sini. serem si mbok lihatnya." goda mbok Asih.

"Apaan sih mbok" kemudian ia memeluk si mbok yang merawatnya dari kecil.

"Mama dan papa belum pulang ya mbok?" tanyanya.

"Belum, den.. mungkin sebentar lagi"

Mbok Asih melihat ke arah anak majikannya dan kembali tersenyum. Biasanya Hafiz cuek dan tidak memperdulikan kedua orang tuanya. Aneh saja tiba-tiba ia menanyakannya.

Malam itu, Hafiz kembali ke ruang kerjanya. Seharusnya ia mulai membaca buku yang akan dibelinya, tapi, karena kejadian tadi siang, dia lupa untuk membelinya. Padahal biasanya, Hafiz mengahabiskan malam minggunya dengan membaca buku. Hafiz sudah menjadi kutu buku sejak kecil. Temannya hanya buku-buku di ruang itu. Ia tidak suka bergaul. Di kantor pun,dia terkenal dengan sikap dingin. Ia bingung harus mengerjakan apa. Ia kembali ke kamar tidurnya. Dilihat kembali ponselnya.

"Lagi ngapain kamu?" Hafiz memberanikan diri untuk memulai pembicaraan itu.

Tapi, ponselnya tidak berdering tanda tidak ada balasan. Dia merasa kesal. Akhirnya ia memutuskan untuk tidur.

#Di kamar Rara

"Ra.. aku main ke asrama perempuan ya, aku sudah di depan pintu asrama" sebuah pesan singkat dari Dimas.

Rara bingung, mau apa Dimas dari tadi mencarinya. Ia turun dari lantai 2, karena kamarnya terletak di lantai 2. Asrama itu tidak hanya dihuni oleh mahasiswi dari jurusannya saja. Tempat itu menyatukan banyak jurusan dan banyak suku daerah.

"Hai," sapa Rara ke Dimas.

"Ini, aku bawakan martabak. Kamu pasti suka." ucap Dimas sambil duduk di bangku depan asrama putri. Dimas tinggal di asrama putra yang berhadapan langsung dengan asrama putri.

"kamu tidak seharusnya seperti ini, hanya meminjam buku ini saja pake bawa martabak"

ucap Rara.

Sebenarnya, Dimas hanya alasan meminjam buku Rara. Hanya Dimas yang berani mendekati Rara, tentu karena status di kelas itu, jadi dia mendapat nomor Rara dengan mudah.

"Oh ya Ra, besok ada rencana mau keluar gak? Kalo gak, ikut aku yok, temanku mengadakan pesta ultah." Dimas memberanikan diri.

"maaf, aku gak berminat. aku gak suka tempat ramai. Sudah malam, aku masuk duluan ya."

Dimas hanya diam, melihat gadis yang ia taksir sejak pertama kali ia melihat di dalam kelasnya itu. Ia mengingat mengapa ada gadis cantik itu di kelas yang sama dengannya. Kenapa tidak jadi model saja. Badan yang proporsional dan wajah yang rupawan, kenapa hanya ambil jurusan MIPA.

Terpopuler

Comments

.SiapaAku.

.SiapaAku.

absen

2020-06-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!