15

Hafiz bolak balik di kamarnya. Entah berapa kali dia mencoba menghubungi Rara, tapi tidak pernah mendapat respon.

Ra...

Kamu dimana..

Jangan siksa aku.

Maafkan aku.

Hafiz mencoba mengirim pesan singkat itu, tapi ia batalkan. Ia tidak pernah begini. Ia baru merasakan cinta, dan dengan perempuan yang tidak sengaja dia kenal. Ia terlalu sibuk dengan urusan kantor.

#Soekarno Hatta airport

"Jaga diri ya dek.. Kalau ada apa-apa, kabari kami." Rangga mendekap adik semata wayang yang ia sayangi itu.

"Ih.. ikutan drama, bersambung ini mah namanya" ucap Rara.

"Sudah, masuk sana" ucap Rangga yang sambil mendorong pundak adiknya ke pintu masuk.

Rara berjalan, kemudian memutar balik badan dan kembali memeluk keduanya. Dan dia berjalan ke pintu masuk, dan tidak ingin memperlihatkan tangisannya. Tapi Rangga melihat tangan Rara yg menepis sesuatu di pipinya.

"Sudah mas, kita doakan saja Rara baik-baik saja." Rani mendekap Rangga.

Rangga menoleh ke Rani, yang tersenyum. Dan memegang tangannya, mereka berjalan ke parkiran mobil.

Waktu keberangkatan diundur, karena cuaca tidak baik. Rara membolak balik ponselnya. Hanya terlihat panggilan tak terjawab dari hafiz. Tapi dia tidak ingin membalas panggilan itu. Pikirannya sedih atas ucapan iseng Hafiz saat itu.

Ia tidak mau melebihi batas. Karena mereka hanya punya hubungan sebatas status palsu.

Akhirnya, pesawat yang akan Rara membawa Rara kembali ke Malang, terbang dengan selamat.

Ia tiba di bandara Abdulrahman Saleh.

Ia langkahkan kakinya.

"hi, Ra.. kita memang berjodoh. Kita kembali di tempat yang sama sekarang."

Rara membuka ponselnya itu, dan melihat pesan dari *penggemarnya.

Rara mulai melihat sekelilingnya.

Dia terus berjalan, dan berdiri di sebelah pak polisi yang bertugas di bandara, sambil menunggu pesanan taksinya.

Disaat itu, hujan turun dengan derasnya.

"Malang, daerah dingin, ditambah hujan, makin dingin saja. Kenapa sekarang hujannya." gerutu Rara dalam hati.

"kamu jangan di luar, duduk di sebelah aku saja." pesan itu lagi.

"Jangan lihat kanan kiri, Ra. Aku akan menghampirimu, kita bisa senang-senang"

"Kamu kenapa ikuti polisi itu?"

Sebenarnya ia tidak mau membaca pesan-pesan itu, tapi..

Muka Rara kembali takut, dia terus mengikuti kemana pak polisi itu berjalan. Ia menundukkan kepalanya.

ahhh

teriak Rara.

Seseorang memegang tangannya.

Pak polisi menoleh ke arah Rara.

"Ada apa mbak?" tanya pak polisi itu.

"Tolong saya, pak" ucap Rara.

"Maaf pak, mbak ini tunangan saya." Hafiz memperlihatkan cincin di jarinya, dan jari Rara.

Sebelumnya, Rara cepat-cepat memakai cincin yang disimpannya di tas bagian depan, ketika dia mendapat pesan pertama dari "penggemarnya" itu.

"oh ya mas. Saya dari tadi melihat, mbaknya selalu mengikuti saya. Jadi saya pikir ada sesuatu. Baiklah mas"

"Terima kasih, pak" ucap Hafiz masih menggenggam tangan Rara, dan Rara yang memeluknya.

"Aku takut mas." Rara masih berada di bawah pelukan Hafiz.

"ada apa? Apa ada orang itu lagi?"

Rara mengangguk. Menangis.

Hafiz membawanya duduk sebentar. Ia duduk jongkok di depan Rara. Hafiz mengahapus air matanya.

"Maaf mas, Rara merepotkan mas lagi" ucapnya terus menangis.

Orang-orang yang lewat, melihat mereka berdua.

"Pasti lagi berantem"

"Seperti dunia milik mereka saja"

ucapan itu yang terlontar dari mulut orang yang lewat.

Hafiz menggenggam tangan Rara.

"Sudah, tenang. Ada aku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!