Melldfy'S Academy
Di Negara Melldfy, ada sebuah akademi yang dikenal sebagai pusat pendidikan terbaik di seluruh dunia. Akademi ini dikenal karena keunggulan akademiknya yang luar biasa, berisi kan para siswa/siswi yang pintar, dan program sihir menakjubkan yang diajarkan oleh guru yang ahli. Akademi yang dimaksud adalah Melldfy's Academy. Setiap tahun, ratusan siswa dari seluruh negeri berbondong-bondong untuk menjadi bagian dari akademi tersebut dan mewarisi ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Salah satu siswi yang paling mencolok di Akademi Sihir Melldfy's adalah Lillian. Seorang gadis remaja berusia sembilan belas tahun, cerdas dan berbakat.
Dia menunjukkan kemampuan sihir yang luar biasa sejak usia tiga tahun, orang tuanya yang adalah alumni dari akademi sihir itu memutuskan untuk mendaftarkan putri semata wayangnya ke akademi terbaik di Negara Melldfy.
Dia mendapat julukan sebagai Ratu Ignis Regina di dalam akademi karena kekuatan elemen api nya yang menakjubkan!
Memiliki mata merah muda seperti bunga sakura yang dalam dan rambut perak panjang yang bergelombang.
….
“Huh, Lillian, ya? Memang yang terbaik—cantik, berprestasi, dan berbakat luar biasa. Tidak heran dia jadi primadona di kelas.”
Aku menoleh ke arah seorang gadis berambut pendek yang menghela napas dengan suara menyedihkan. Dia mengenakan seragam akademi sihir yang dihiasi jubah mewah, terlihat kontras dengan ekspresinya yang lesu. Di tangannya, terlihat edisi terbaru Wizard's Weekly—koran mingguan yang berfokus pada berita, informasi, dan gosip terbaru dari dunia sihir—khususnya di lingkungan akademi. Sering kali, koran ini juga mencakup informasi dari luar, membuatnya menjadi bacaan wajib bagi para siswa.
Aku melirik sekilas ke arah koran tersebut.
“Ratu Ignis Regina! Sejarah tercatat di Melldfy's Academy,” tertulis jelas di bagian judul dengan huruf besar yang mencolok. Serius, seberapa hebat sih, Lillian itu?
Aku dengar, akademi ini mengajarkan sihir dalam berbagai bidang. Aku bertanya-tanya, apakah mereka juga bisa mengajariku caranya naik ke bulan? Atau, lebih baik lagi, bagaimana caranya menjadi abadi?
Akademi ini nomor satu di empat negara bertetangga loh! Melldfy, Cey, Voldty, dan Ymon. Menjadi akademi terbaik bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan gorengan yang gosong. Tapi mereka berhasil, tentu saja. Abaikan saja negara-negara kecil lainnya, mereka cuma penonton.
Melldfy menduduki peringkat nomor satu akan akademi nya yang tergolong elite.
Aku tak bisa menahan diri untuk bertanya pada gadis yang sedang membaca artikel tersebut, meskipun aku tahu yang sedang dia baca adalah segala hal tentang Melldfy's Academy. Apa salahnya berbasa-basi dengan topik yang sudah basi?
“Umm, maaf, apa nama akademinya? Apa kalian pernah mendengar kisah nyata dari para siswa yang belajar di sana?”
Dia menatapku seolah aku baru saja bertanya apakah matahari terbit dari barat—atau seolah aku baru saja bertanya apakah unicorn suka makan pizza.
“Bagaimana kamu tidak tahu tentang itu? Akademi itu sangat populer, dan banyak siswa dari berbagai belahan dunia yang ingin belajar disana. Namanya adalah Melldfy's Academy. Disana, siswa dapat mempelajari berbagai jenis sihir, mulai dari sihir elemen hingga sihir keabadian," ujarnya dengan nada dramatis yang membuatku hampir tersedak.
“Ada banyak kisah menarik yang berasal dari siswa-siswi yang pernah belajar di sana,” lanjut gadis itu antusias, matanya berbinar-binar seperti anak kecil melihat es krim gratis.
“Salah satunya adalah tentang seorang siswi bernama Lillian. Dia adalah salah satu siswi paling berbakat di sana, memiliki bakat luar biasa dalam sihir. Kabarnya, dia bahkan bisa mengubah benda mati menjadi bernyawa!” katanya dengan nada dramatis, ya ampun … tolong katakan padaku itu hanya omong kosong, kan? Membuatku hampir percaya bahwa boneka teddy bear-ku mungkin bisa hidup kembali.
“M-mengerikan,” gumamku. Sebenarnya akademi macam apa ini, pikirku sambil membayangkan meja belajar yang tiba-tiba punya kehidupan sendiri. Itu sesuatu hal yang mustahil, kan?
“Itu hanya kabar burung sih,” lanjutnya sambil terkekeh. “Tapi memang sangat menakjubkan. Siapa tahu kalau kamu menempuh pendidikan di sana, nanti bisa bertemu dengannya!” ucapnya menenangkan, seolah-olah bertemu Lillian adalah pengalaman hidup yang harus dicapai.
“Maaf ya, aku belum memperkenalkan diri. Aku Leah, sekarang aku sedang kuliah di Melldfy's Academy ini,” katanya sambil tersenyum ramah, menunjukkan deretan giginya yang—untungnya rapi.
“Ah, aku Arriena!” Aku menjabat tangannya, merasa sedikit lebih nyaman. Ternyata Leah ini tidak seseram Lillian yang dirumorkan.
Leah mengeluarkan sebuah kertas bercorak dari dalam tasnya, tak lain itu adalah sebuah formulir pendaftaran. Dia memberikannya kepadaku sembari tersenyum lebar. “Ini formulir pendaftarannya. Siapa tahu kamu tertarik untuk bergabung. Aku yakin kamu akan suka di sana. Lagipula, siapa yang tidak ingin belajar sihir dan menjadi bagian dari sejarah?”
Aku mengambil formulir itu dengan perasaan campur aduk—antara tertarik dan sedikit cemas. “Terima kasih, Leah. Aku akan mempertimbangkannya,” kataku sambil membayangkan diriku terbang di atas sapu terbang atau mungkin bersahabat dengan naga kecil.
“Tenang saja. Untuk tes masuk, tahap pertamanya adalah tes tulis yang akan menguji pengetahuanmu tentang sihir secara umum. Tahap kedua adalah tes praktek.” Aku mengangguk paham, meski sedikit gugup. Aku berharap mereka tidak menanyakan soal mengubah labu jadi kereta—em, sepertinya tidak.
“Untuk tes praktek, kamu akan diberi beberapa uji coba dan tantangan mengenai penggunaan sihir. Ada uji coba yang sifatnya individual maupun kelompok. Sebelum mengikuti tes praktek, tersedia beberapa opsi jurusan,” lanjut Leah sambil memberikan kertas pendaftaran.
Aku mengambil kertas pendaftaran itu dan memeriksanya dengan seksama. Ada beberapa pilihan jurusan seperti Ilmu Pertahanan, Ilmu Pengetahuan, dan Ilmu Medis. Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk memilih Ilmu Medis. Siapa tahu suatu saat aku bisa membuat ramuan keabadian. Lagipula, medis terdengar menantang dan menarik. Plus, siapa yang tidak ingin menjadi penyelamat dunia dengan ramuan ajaib?
“Baiklah. Setelah ini kamu hanya perlu menandatangani nya dan serahkan kertas nya kepada ku, kebetulan aku OSIS di akademi tersebut, hehe.”
Oh OSIS, pantas saja terkesan promosi. Batinku.
“Terima kasih, Leah. Aku akan berusaha semaksimal mungkin,” kataku sambil menyerahkan kertas pendaftaran dan berpamitan.
“Baiklah, sampai jumpa tiga hari lagi, Arriena!” Leah berteriak sebelum berlalu pergi.
Tapi tunggu, “Tiga hari lagi?!” pekikku, tiba-tiba menyadari betapa cepatnya waktu itu. Rasanya seperti baru saja mengambil brosur liburan, dan sekarang sudah harus siap menghadapi ujian yang mungkin bisa membuatku terjebak di toilet karena salah mantra pembersih.
Aku menghela nafas panjang dan memaksakan senyum. Tiga hari lagi aku akan menghadapi tantangan besar di Melldfy's Academy. Semoga aku bisa bertemu teman-teman baru, belajar sihir keren, dan mungkin, kalau beruntung, menghindari tugas membersihkan toilet dengan mantra pembersih. Ini akan menjadi petualangan yang seru!
***
“Aku pulang.”
Aku memutar knop pintu dengan pelan, melepas sepatuku dengan sekali putaran jari tanpa menyentuh ujung sepatu sedikitpun. Kerlipan magis keluar dari ujung jari telunjuk yang memutar indah.
Di dalam rumahku yang sederhana tapi nyaman, Wizzy, burung hantu kesayanganku, menyambutku dengan mata tajamnya. Setiap kali pulang, ada rutinitas yang harus kulakukan—bersih-bersih rumah dan menyiapkan makan malam, sambil sesekali mencoba beberapa trik sihir dari buku-buku pelatihan magis. Ya, di dunia ini, kita semua harus bisa menggunakan sihir, entah yang mengenyam pendidikan di akademi atau seperti aku yang belajar otodidak—meskipun berisiko tinggi. Siapa bilang sihir itu gampang? Memasak saja bisa jadi sihir, kalau lihat resep yang rumit!
Setelah makan, aku mencoba mengasah keterampilan sihirku dengan satu ayunan. Aku mengumpulkan tenaga dengan berkonsentrasi penuh dan mengeluarkan pesona sihir.
“Lux In Tenebris!” ucapku, seakan-akan aku adalah bintang di atas panggung sihir.
Sebuah bola cahaya kecil muncul di depanku. Aku memusatkan perhatian pada bola cahaya tersebut, mengontrolnya dengan tongkat sihirku.
Setelah beberapa saat berlatih, bola cahaya tersebut semakin besar dan terkendali. Tapi, tiba-tiba, terdengar suara keras dari luar yang mengganggu konsentrasiku. Aku mencopot keadaan transku dan pergi ke pintu.
“Apa yang terjadi?” tanyaku pada Isaac, yang ternyata berdiri di luar rumahku.
“Ada berita mengejutkan dari akademi ku, Rin. Ada beberapa siswa yang kehilangan kekuatan sihir mereka secara tiba-tiba,” ujar Isaac dengan wajah khawatir.
Meski terkejut, aku mencoba tenang dan menarik Isaac untuk masuk ke dalam. Kami duduk di ruang tamu, membahas informasi terbaru tentang siswa yang kehilangan kemampuan sihir mereka.
“Hmm, menurutmu apa penyebabnya?” tanyaku.
Isaac menggaruk dagunya sejenak sebelum menjawab, “Berdasarkan catatan sejarah, terdapat beberapa jenis kutukan sihir yang bisa mencabut kekuatan sihir dari individu sih.”
“Lalu bagaimana cara mengembalikan kekuatan sihirnya?” tanyaku penasaran.
Isaac mengambil salah satu buku dari rakku dan membukanya, “Dibutuhkan proses panjang dan rumit, dan ada beberapa bahan alami yang bisa membantu. Namun, hasilnya tidak selalu berhasil.”
Aku berkata, “Hei, kau cukup pandai. Tapi aku berharap tidak akan pernah mengalami itu. Mengerikan.”
Isaac memeriksa kembali bukunya dan menjawab, “Beberapa bahan alami yang dibutuhkan seperti daun feverfew, susu kelapa, akar tanaman valerian, dan kalium nitrat. Menurut catatan di buku ini, perlu juga diadakan ritual khusus untuk memulihkan kemampuan sihir yang hilang.”
Aku diam-diam membaca buku tersebut, mencari tahu informasi yang lebih detail mengenai campuran bahan yang dibutuhkan.
Setelah beberapa saat, aku menarik napas dan mengangkat kepala, “Ini memang tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Kita tidak bisa membiarkan siswa-siswa tersebut kehilangan kemampuan sihir selamanya.”
Isaac menggeleng.
“Maaf Arriena, tetapi menurutku kita tidak akan sanggup. Proses membalikkan kutukan sihir tersebut terlalu berbahaya dan membutuhkan pengetahuan serta keahlian yang tinggi.”
“Jangan pesimis Isaac,” aku merasa yakin. “Kita bisa mencoba mencari tahu lebih dalam dan meyakinkan mereka yang lebih berpengalaman untuk membantu kita.”
Isaac menghela nafas dan mengatakan,
“Sebenarnya hal seperti ini cukup wajar terjadi sih di akademi ini. Kadang-kadang, siswa-siswi baru memang menghadapi beberapa kesulitan dalam penggunaan sihir mereka.” Isaac lalu tertawa dengan bodoh.
“ Aku masih ingat bagaimana aku sempat merusak buku-buku di perpustakaan saat mencoba menguasai sihir teleportasi!”
Tanpa berpikir panjang, aku spontan memukul kepala Isaac menggunakan tongkat sihirku dengan keras, hingga suara bising terdengar. “Kamu ini membuatku khawatir, bodoh!” celaan ku tak terbendung.
“Aku pikir ini adalah sesuatu yang sangat-sangat genting!” gerutuku semakin memanas.
Namun, kemarahanku tiba-tiba terhenti ketika aku bersiap mengucapkan mantra penghancur yang sangat kuat, “MORS ULTIMATUM—!”
Tetapi, Isaac segera memegang kedua tanganku sambil berteriak ketakutan, “Tunggu dulu, Arriena! Jangan-ma-mantra itu, aku tidak ingin dirusak!” Wajahnya memancarkan raut ketakutan karena kelakuan impulsif ku.
“Sekali lagi kau membuatku khawatir berkelanjutan,” omel ku sembari menahan amarah.
“S-sudahlah, jangan dibuat serius. Aku hanya akan merusak beberapa tempat latihan pada akhir pekan, tidak perlu membunuhku sekarang,” kata Isaac dengan gaya khas humornya.
Kata-katanya yang konyol berhasil membuatku melupakan mantra penghancur tadi. Aku akhirnya hanya bisa melirik Isaac dengan pandangan tidak percaya, sambil mengembalikan tongkat sihirku ke dalam sarungnya.
“Aku juga belum menguasai sihir hebat itu sih,” kataku menggeleng pelan.
Aku menghela nafas dalam-dalam, mataku menerawang ke kejauhan, lalu memandang Isaac dengan sedikit kekecewaan.
“Sepertinya ini tidak bisa terus berlanjut seperti ini. Mengendalikan sihir itu bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Aku harus memperdalam kemampuan sihir, dan aku telah memutuskan untuk mendaftar ke akademi sihir terbaik, Melldfy's Academy.”
Isaac, terkejut mendengar keputusanku, melemparkan tatapan takjub padaku. “Melldfy's Academy? Itu adalah akademi sihir terbaik di dunia! Bagaimana kau bisa mendaftar ke sana?” tanyanya dengan kagum.
Aku tersenyum bangga, merasa bersemangat. “Tentu saja aku memenuhi persyaratan mereka. Lagipula, aku memiliki talenta alam terhadap sihir, itulah mengapa aku bisa mengendalikan kekuatan yang begitu besar. Kau tidak pernah tahu, mungkin suatu saat aku bisa menjadi penyihir terhebat yang pernah ada,” ucapku dengan mantap.
Isaac melihatku dengan lesu, lalu menghela nafas. “Ah, beruntungnya. Dulu aku ditolak tiga kali di akademi tersebut karena potensi sihir aku yang lemah, padahal dalam tes tulis, nilaiku paling tinggi. Menyebalkan.”
“Apa maksudmu, Isaac? Bukankah kau tetap bisa melatih sihir mu dengan cara lain? Dan kau tahu? Aku masih belum menjalankan tesnya,” ucapku, mencoba memancing semangat kembali dalam dirinya.
“Benar-benar! Aku seharusnya tidak banyak mengeluh. Aku akan terus berusaha dan meningkatkan kemampuan sihirku. Siapa tahu, suatu saat nanti aku bisa menjadi kurcaci dengan sihir terkuat di antara mereka semua!” jawab Isaac dengan semangat, sambil membuat gerakan aneh dengan tangannya. Aku tertawa melihat semangat konyol Isaac.
“Siapa tahu, mungkin kau bisa menjadi kurcaci paling terkenal dalam sejarah, dan kemudian dikenal oleh para generasi selanjutnya!” sahutku sambil bersenda gurau.
Isaac tertawa terbahak-bahak, “Hahaha, tentu saja! Aku akan menjadi kurcaci paling terkenal dan paling dicintai di seluruh dunia. Tidak ada yang bisa menghalangi mimpiku, bahkan kepadatan rambutku!” ucapnya sambil merapikan rambut keriting kecilnya yang berantakan.
Malam itu kami menghabiskan waktu dengan candaan renyah yang menyenangkan. Aku tidak pernah merasa kesepian saat sahabatku berada di dekatku dan melakukan beberapa tingkah konyol.
“Hei hei, jangan bilang kau akan menginap di sini! Cepat pulang! Atau aku akan menggunakan sihir tingkat tinggi lagi?” Ancamku sambil tersenyum.
Isaac terkekeh lalu berpamitan dan berjalan santai menuju pintu. Saat di pintu, dia berbalik, senyuman lebar di wajahnya.
“Kau tahu, aku selalu bersenang-senang bersamamu, Rin. Sampai jumpa besok!” Dia melambaikan tangannya sebelum benar-benar keluar dari pintu, lalu dengan cepat ia mengaktifkan sihirnya untuk melayang dan menghilang dalam kabut asap, seolah-olah bermain-main seperti kurcaci kabur dari cucunya yang kelewat rewel!
Aku memutuskan untuk segera pergi ke kamar dan istirahat setelah hari yang panjang penuh dengan penemuan tak terduga. Namun, ketika aku naik ke atas tangga, mataku tertuju pada sesuatu yang jatuh dari rak menggantung di sudut lorong yang gelap. Suara gemeretak halus menyadarkan keingintahuanku.
Aku melangkah mendekat dan meraih objek itu. Di dalam kegelapan, aku melihat sebuah buku yang terlihat sangat kuno. Lapisan debu menutupi sampulnya yang terkulai, memberikan kesan bahwa buku itu sudah terlupakan dalam waktu yang sangat lama.
“Apa ini?” gumamku, suara getar dalam keheningan malam yang gelap. “Bukankah aku tidak pernah memiliki buku seperti ini sebelumnya? Dan mengapa sepertinya begitu kuno? Sepertinya tergolong dalam koleksi buku Archaic. Namun, bagaimana mungkin aku memilikinya?”
Aku memegang buku itu dengan lembut, mengamati sampulnya yang terpenuhi dengan tanda-tanda usia dan kehidupan yang telah lalu. Kusut dalam lamunan, aku membuka lembaran pertama buku itu. Halaman-halamannya berserakan dengan tulisan yang aneh dan tak dikenal.
Meskipun tak mengerti sepenuhnya, aku terpikat oleh aura misterius yang menyelubungi setiap kata yang tercetak di sana. Mati lampu malam itu, dengan bayangan-bayangan yang menari di dinding, aku mulai meraba-raba makna di balik setiap kata yang tersemat dalam lembaran kuno itu.
Kuabaikan keraguan dan ketakutan yang mendera, dan fokusku terpusat pada buku itu. Walaupun susah payah, aku mula memahami inti dari setiap kalimat yang terukir dengan hati-hati di sana.
Malam berganti malam, dan aku tak sadar berada dalam lamunan yang semakin dalam. Setiap kali aku menemukan kata baru, sepertinya aku membuka jendela ke dunia lain yang penuh dengan rahasia dan keajaiban yang belum terjamah. Dan di tengah gemuruh keheningan malam, aku terus membaca dengan penuh antusiasme.
Namun, saat ketenangan hampir menyelimuti ruangan, aku merasa ada perubahan yang aneh yang terjadi dalam diriku. Seolah-olah suatu kekuatan tak terlihat mulai menyelinap masuk ke dalam jiwa dan tubuhku, menempati setiap sudut ruang kosong yang tersisa.
“Apa ini yang sedang terjadi?” gumamku, mencoba menahan desiran kepanikan yang menggelora di dalam diriku.
Aku menatap buku yang bersinar terang di tengah gelapnya ruangan, seakan-akan berkomunikasi dengan entitas yang tak kasat mata di dalamnya. Tetapi, apa yang aku peroleh hanyalah hening yang menyiksa dan ketidakpastian yang menghantui.
Tiba-tiba, kepalaku berdenyut dan tubuhku merasakan sensasi tak terkendali yang membuatnya menjadi ringan. Tanpa sadar, tangan kananku meraih tongkat sihir yang terletak di meja dekat dan mengulurkannya ke arah buku itu.
Seketika, ruanganku menjadi terang benderang, bercahaya oleh kekuatan yang tak bisa diidentifikasi. Aura gaib memenuhi ruang, membawa aku ke dalam pusaran kegelapan yang menghipnotis. Aku terus membaca mantra-mantra yang terpahat dalam buku itu, tanpa mempedulikan bahaya yang mengintai.
Namun, ketika aku hampir mencapai puncak ekstasi ilahi, tubuhku terasa rapuh dan lemah. Dalam momen keputusasaan yang melanda, aku merasa diriku hampir tenggelam dalam abadi.
Dan dalam sekejap, aku melihat bayangan wanita yang mengenakan tudung misterius mendekatiku dengan tatapan yang penuh kebanggaan dan kegelapan.
“Anakku, kau semakin dekat dengan kebenaran yang gelap,” bisiknya dengan suara yang menusuk jiwaku. Sebelum aku bisa menanggapi, tubuhku melemah dan aku pun kehilangan kesadaran, tenggelam dalam aliran
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-08-30
0
Muhamad Saefulloh
maaf, pakai kata baku 'nomor' bukan 'nomer'.
2023-07-11
2
chizuru_
"aku pulang." tapi di rumah gaada siapa-siapa 🥺 jadi keinget Naruto ah
2023-07-11
2