Arriena membuka matanya perlahan-lahan. Cahaya matahari mulai menembus jendela kamar, mengusik tidurnya. Dia tertunduk dan menekan jari-jarinya pada pelipisnya.
Dia berusaha mengingat apa yang terjadi dan bagaimana dia bisa berada di dalam kamar tidur yang terasa asing, ia merasakan denyutan nyeri di sebagian tubuhnya.
Semenjak tadi dia merasa pusing dan jantungnya berdegup kencang. Namun, saat dia mencoba mengingat kembali, pemikirannya terasa sangat kabur.
Dia memandang sekeliling, berusaha bangkit dari tempat tidur, namun rasa pusing yang menghantuinya terus melingkupinya. Setelah berkali-kali mencoba bangkit, akhirnya ia berhasil berdiri dengan perlahan.
"Aku, ada dimana? Apa yang terjadi?" Batinnya bertanya-tanya.
Terdengar suara decitan pintu dari arah samping, Arriena menoleh spontan, terlihat wanita berumur 36 tahun yang masih terlihat kecantikan nya tersenyum, di susul dengan seseorang yang yang ia kenali, itu Leah.
"Leah!" Ucapnya.
"Akhirnya, si ceroboh ini sudah sadar," ucap Leah bersedekap dada dengan senyum tipis di bibirnya.
Arriena masih terasa kaku dan linglung, belum bisa memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi. Seorang wanita tak dikenal yang berdiri di depannya, dan Leah yang tiba-tiba muncul.
Leah membimbing Arriena kembali ke ranjang dan membantunya duduk di sana, "kemari, kau itu masih butuh banyak istirahat."
"Tidak! Apa yang aku lakukan disini? Aku harus latihan untuk tes sihir ku!" Ucap Arriena panik.
Leah hanya tersenyum lebar melihat kepanikan Arriena. "Tenanglah, tes sihirmu masih cukup lama. Dan yang lebih penting, kamu perlu pulih sepenuhnya sebelum bisa mulai berlatih lagi." Kata Leah sambil mengusap lembut punggung tangan Arriena.
"Tunggu, kau bilang tes sihirku masih cukup lama? Aku pikir tes itu dijadwalkan dari dua hari sebelumnya!" Ucap Arriena terkejut.
"Benar! Aku lupa," jawab Leah.
"Ah, Leah, aku serius! Apa yang terjadi padaku?" Arriena mencoba mengingat sesuatu, namun ingatannya kabur.
Wanita yang bersama Leah tadi adalah Debvora, ia tersenyum kepada Arriena, "Nak ku, setelah pertarungan mu dengan gadis itu, kau terjatuh pingsan dan aku membawamu kemari untuk di rawat." Arriena mendengarkan itu kembali teringat,
"Aku Debvora, ibu kandung Leah."
Ia kemudian tertawa canggung .
"Ah-haha, m-maaf, anda ibunya Leah ya? Maafkan aku tidak berusaha mengingat nya." Ucapnya merasa bersalah.
"Bukan masalah besar, dan jangan terlalu memikirkan hal yang terjadi sekarang. Setelah kau pingsan, kami membawa mu kemari untuk penyembuhan, setelah itu tidak ada yang terjadi lagi," jelas Debvora dengan sedikit kebohongannya.
Debvora dan Leah sepakat untuk merahasiakan tentang kutukan tersebut dari pengetahuan Arriena, itu demi kebaikan nya sementara.
Arriena mengangguk lemah, merasa sedikit lega setelah mengetahui bahwa tidak ada yang buruk yang terjadi padanya.
Namun, sesuatu yang aneh tetap meronta di dalam kepalanya, seakan-akan ada yang tidak beres, atau ada yang disembunyikan dari dirinya.
Leah melihat kebingungan di wajah Arriena, "Hei apa yang kau pikirkan, Rin?" Tanyanya dengan menyikut lembut lengan Arriena.
Arriena yang tersentak hanya menggeleng pelan, "tidak, aku hanya memikirkan tes sihir ku,"
"Untuk hal itu jangan khawatir, aku yang akan melatihmu, aku dan Leah akan membantu latihan mu dan mengajarkan mu bagaimana mengendalikan elemen api," ucap Debvora menghadap Arriena.
"Tapi aku pengguna elemen angin, kenapa aku harus menguasai elemen api juga?" Ucap Arriena heran.
"Elemen angin? Hei, saat melawan golem, pernyataan mu tentang kau memiliki elemen api sejak kecil itu membual ya?" Tanya Leah dengan sorot mata curiga. Arriena terkekeh sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tapi benar sih, akhir akhir ini tanpa aku sadari aku mampu menggunakan elemen api, bahkan saat aku merasa terpojokkan, seperti saat simulasi melawan golem, atau saat melawan Lillian," Lanjutnya, Debvora dan Leah saling tukar pandangan.
"Ada sesuatu yang spesial nak ku, kau akan mengetahuinya jika sudah mampu menguasai dan mengendalikan elemen api," jawab Debvora.
Arriena merasa semakin penasaran tentang rahasia yang dimiliki elemen api. "Baiklah hal spesial apa pun itu aku pasti bisa menaklukkan nya," ucap Arriena yang mulai semangat untuk berlatih dan mengendalikan elemen api.
"Hei hei, tapi bukankah tubuh mu masih perlu istirahat?" Celetuk Leah Tiba-tiba. Leah dan Debvora memandang Arriena dengan raut wajah bertanya.
"Haha, aku tidak masalah, tubuh ku ini kuat kok hehe, bahkan aku masih mampu tersenyum." Jawabannya meyakinkan.
"Baiklah, bagaimana jika kita lakukan sekarang, selagi cuaca yang cerah dan cahaya matahari nya masih hangat?" Tanya Debvora yang di setujui Arriena dengan semangat, Leah menggeleng heran.
Debvora dan Leah memulai latihan dengan membuat lingkaran api kecil di pusat lapangan dan kemudian meminta Arriena untuk mencoba mengendalikan api tersebut.
Arriena merasa kesulitan pada awalnya dan lingkaran api itu malah semakin membesar.
Namun, Debvora memberikan instruksi dan bimbingan yang tepat sehingga Arriena dapat memfokuskan energinya menjadi satu dan mengendalikan api dengan lebih baik. Setelah beberapa waktu, Arriena akhirnya dapat mengendalikan api.
Leah dari awal merasa takjub dengan kemampuan Arriena, ia sangat terkesan dengan kejeniusan yang di miliki nya.
"Sudah ku duga ia akan dengan sangat mudah untuk mengendalikan elemen api, namun tidak aku sangka perkembangan nya secepat ini." Batin Debvora selagi memperhatikan Arriena.
Dengan semangat yang kian membara, Arriena terus berlatih dan mencoba menguasai kemampuan baru yang dimilikinya. Setelah beberapa jam, kemampuan Arriena dalam mengendalikan api semakin meningkat dan ia menjadi semakin percaya diri dengan kekuatannya.
Debvora dan Leah melihat perkembangan yang signifikan dari Arriena, "Kamu sungguh berbakat, Arriena. Kamu hanya butuh sedikit bimbingan saja untuk memperbaiki teknikmu," ucap Debvora tersenyum bangga.
"Wah Rin, kamu punya potensi yang luar biasa, dengan terus berlatih, kamu bisa menjadi salah satu yang terbaik," ujar Leah tersenyum hangat.
"Arriena, namamu bukan?" Tanya Debvora tiba-tiba yang di balas dengan anggukan pelan oleh Arriena.
"Ada satu mantera sihir yang ingin aku ajarkan kepada mu, tadinya akan ku ajarkan setelah kamu memasuki akademi itu, tetapi melihat perkembangan mu yang sangat baik bahkan dengan kondisi yang belum sembuh total, aku berpikir akan mengajarkan nya sekarang." Lanjutnya.
Dengan antusias, Arriena menjawab, "mantera apa itu bibi?"
Debvora dan Leah tertawa mendengar Arriena memanggil Debvora dengan panggilan bibi.
Debvora tersenyum dan melanjutkan pembicaraan, "Mantera ini bisa membantumu meningkatkan kekuatan api yang kamu miliki. Namun, mantera ini juga berbahaya jika tidak digunakan dengan benar. Kamu harus memastikan kamu selalu berada dalam kendali dan hati-hati saat menggunakannya,"
"Mantera ini bernama 'Flamma Est', untuk menggunakannya, kamu harus menyalakan api di dalam hatimu dan memperkuatnya dengan fokus dan kehendakmu. Kemudian, ucapkan mantra ini dengan jelas: 'Ignis animae meae, flamma est', dan api di dalam tubuhmu akan merespons dan keluar secara intens dan memberikan kamu kekuatan yang luar biasa," jelas Debvora dengan serius.
"Namun, kamu harus berhati-hati ketika menggunakan kekuatan ini. Kamu tidak boleh terlalu sering menggunakannya, terutama jika kamu tidak bisa mengontrol emosimu. Ikuti latihanku setiap hari dan terus berlatih, sehingga kamu dapat memperbaiki teknikmu dan mengendalikan kekuatanmu," Debvora menambahkan dengan sorot matanya yang menunjukkan kekhawatirannya.
"Aku akan sangat terkejut jika kau mampu menguasainya dalam 1 jam," ucap Debvora memancing lebih semangat Arriena.
"Terimakasih banyak bibi, aku akan berlatih dengan keras, mari kita mulai 1 jam ya," ucap Arriena dengan berseri-seri dan semangat dalam dirinya.
Setelah beberapa saat berlatih dengan tekun, akhirnya Arriena merasa yakin untuk mencoba menggunakan mantera Flamma Est. Dalam teriknya matahari, Arriena berdiri di atas sebuah batu di dekatnya dan memfokuskan pikirannya, menyalakan api di hatinya dan mengucapkan mantra dengan jelas: "Ignis animae meae, flamma est."
Tiba-tiba, api keluar dari tubuhnya dan membentuk sigil api di udara. Angin berhembus kencang dan suhu meningkat drastis di sekitar tempat Arriena berdiri. Ia merasakan kekuatan besar mengalir dari tubuhnya, dan melihat cahaya merah menyala di sekelilingnya.
Arriena merasa kuat dan bersemangat. Namun, ia ingat pesan Debvora dan memastikan bahwa ia selalu dalam kendali.
Debvora dan Leah terkejut melihat kekuatan api yang keluar dari tubuh Arriena. Mereka sama-sama tak percaya dan mengagumi kekuatan yang dimilikinya.
Debvora memasang senyuman di bibirnya dan menganggukkan kepalanya mengapresiasi upaya Arriena dalam mengontrol kekuatannya.
Leah, di sisi lain, masih terdiam dan memandang Arriena dengan tatapan takjub. Kedua mata Leah berkaca-kaca menyadari bahwa Arriena telah mencapai tingkat kekuatan yang tidak bisa ia bayangkan.
Perasaannya campur aduk, antara bangga dan sedikit khawatir. Ia tahu bahwa kekuatan itu bisa sangat destruktif dan berbahaya jika tidak dijaga dengan baik.
Namun, ia juga merasa bahagia karena Arriena telah berhasil mengendalikan kekuatannya dengan baik.
"Sungguh luar biasa! Ini menakjubkan, Arriena!" Ucap Leah akhirnya, masih dalam kekagumannya.
Setelah itu Arriena mengakhiri mantera, ia menarik napas dalam-dalam dan melepaskan semua kekuatan yang ia rasakan. Ia menatap Debvora dan Leah bergantian, dan berbicara dengan senyum di wajahnya.
"Hihi, bagaimana?" Ucapnya sembari tersenyum jahil.
"Dengan begini, tidak ada yang perlu kau khawatir kan saat ujian tes, kecuali mendapat kecurangan," ucap Debvora.
"Heiiiii, kau, uuugh aku hampir menangis melihat kegeniusan mu!" Leah berteriak gregetan.
Arriena tersenyum hangat, ia merasakan sesuatu yang sangat nyaman. Ia berterima kasih kepada Debvora dan Leah.
Namun tiba-tiba, Arriena merasakan lila-lilin perutnya yang terasa hampa. Tangan-tangannya gemetar dan keringat dingin terasa membasahi dahinya. Setiap kali ia bergerak, perutnya terasa nyeri dan mengejang.
Leah menatap Arriena dengan heran, "ada apa Rin? Apa kau merasakan sakit?" Tanya Leah penuh khawatir.
Arriena tersenyum hingga gigi gigi nya terlihat, "aku lupa, aku belum makan sejak kemarin, dan sekarang aku merasa sangat lapar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments