BAB 20 : perpustakaan

Tiga gadis itu dengan hati-hati mengendap-ngendap di tepi lorong yang sunyi, menuju perpustakaan. Keheningan lorong tersebut membuat suasana menjadi semakin seram, sebab jarang sekali para siswa melintas di sana. 

"Hei, mengapa kita harus bergerak dengan begitu hati-hati seperti ini?" bisik Celine dengan suara bergetar.

"Ssttt, kecilkan suaramu," balas Arriena dengan wajah tegang.

Celine merasa ketakutan yang semakin memuncak. Dia merasa tidak nyaman berada di tempat sepi seperti ini. Ia juga tidak peduli dengan tragedi yang terjadi di tempat tersebut, yang ingin ia lakukan adalah hanya pulang ke rumah dengan selamat. Dia melihat sekelilingnya dengan tatapan ngeri, merasa yakin bahwa lorong ini dipenuhi oleh entitas supernatural yang menyeramkan.

"Jika kalian mengendap-endap seperti itu malah semakin terlihat mencurigakan," ucap Leah dengan santai. 

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan mengendap-endap di lorong yang panjang, memperhatikan setiap langkah yang mereka ambil agar tidak terdengar oleh siapapun yang mungkin melintas di sana, terutama para profesor yang sangat disegani di sekolah mereka.

Namun, tiba-tiba, suara yang tegas dan dominan menerobos hening di lorong tersebut, membuat mereka tersentak dan terkejut. 

"Wah,wah,wah, Leah." suara itu berasal dari Lillian, seorang senior yang memiliki reputasi sebagai sosok yang tegas dan berwibawa.

"Apa yang kau lakukan di sini bersama dua gadis junior itu?" Lillian melanjutkan dengan pandangannya yang tajam, menghujam Leah yang terkejut.

"Li-Lillian?" Leah terkejut dan wajahnya langsung terpancing oleh kepanikan. Ia tidak menyangka bahwa Lillian juga berada di lorong tersebut.

Lillian tersenyum sinis, sebelum akhirnya bergeser ke dinding lorong dan bersandar dengan sikap yang bersahaja, seolah sedang menonton suatu pertunjukan menarik.

"Jadi, apa kalian ingin pergi ke perpustakaan?" Lillian menanyakan pertanyaan kritikal tersebut dengan suara yang penuh tekanan.

Leah terdiam sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan tiba-tiba dari Lillian, meskipun seumuran, Lillian adalah seorang senior yang dikenal sebagai sosok yang tegas dan berwibawa di sekolah mereka, dan juga sangat menyebalkan pastinya. Dia merasa tertangkap basah, tidak menyangka bahwa Lillian juga berada di lorong itu.

"Hmm, tidak, kami tidak ingin pergi ke perpustakaan," ucap Leah dengan cemas, berusaha mempertahankan sikap tenang di hadapan Lillian.

Namun, gelombang kepanikan yang terlukis jelas di wajah Leah membuat Lillian semakin curiga. Dia melihat ketegangan yang terpancar dari tatapan ketiga gadis itu, dan secara naluriah merasakan ada sesuatu yang tidak beres di balik alasan mereka.

"Dari ekspresimu, sepertinya ada yang tidak beres. Apa yang sesungguhnya kalian lakukan di sini, Leah?" Lillian melanjutkan pertanyaannya dengan sikap yang tegas, menekankan apa yang ingin ia ketahui.

Dalam hati, Leah berkecamuk. Ia tahu bahwa tidak ada gunanya menyembunyikan kebenaran lebih lama lagi. Mereka sudah terdampar di lorong ini, dan harus memikirkan bagaimana menjelaskan situasi yang sedang mereka alami.

"Apa hubungannya dengan mu? Kami mau ke perpustakaan atau tidak itu bukan urusanmu," ucap Arriena setelah melihat wajah panik Leah.

Lillian memicing kan tatapannya kearah Arriena, "oh, kau gadis elemen api, aku lupa belum membunuhmu, kemarin itu sewaktu di kelas praktik ternyata aku gagal membunuhmu dengan racun," 

Tangan Arriena mengepal kuat, jadi benar dugaannya, Lillian memang sengaja ingin menghabisi nyawa nya saat itu.

"Laki-laki itu, menggendong mu ke ruang medis milik profesor Althea, kurang ajar sekali. Sudah ku bilang tidak usah membawa mu ke ruang medis, tetapi ia tetap membawa mu kesana, sialan." lanjut Lillian kesal.

"Kau jadi selamat kan," lanjutnya.

"Sudah kukatakan, kami tidak berencana pergi ke perpustakaan," Leah menjawab dengan cepat, mencoba menyingkirkan pertanyaan Lillian.

"Tidak perlu berpura-pura, Leah. Apa rencanamu sebenarnya? Kamu tahu betul bahwa hanya profesor yang diizinkan memasuki perpustakaan," Lillian terus mendesak.

"Kalau hanya ada dua manusia kecil itu, mungkin aku akan mengerti. Mereka baru saja masuk sekolah dan masih belum tahu sepenuhnya apa yang ada di dalam akademi ini," kata Lillian.

Celine mencubit pelan paha Arriena, sembari berbisik selagi Lillian dan Leah berdebat, "Rin, bagaimana ini? Apa kita batalkan saja niat kita? Lagi pula tragedi yang terjadi 16 tahun lalu tidak ada kaitannya dengan kita, mengapa kamu begitu bersemangat?" tanya Celine bingung.

Arriena menjawab dengan berbisik, "ada sesuatu yang harus aku selidiki, jika kau dan Leah tidak bisa menemani ku biarkan saja aku sendiri yang pergi ke perpustakaan itu," 

Celine meremas paha Arriena dengan lembut, sambil berbisik saat Lillian dan Leah terus berdebat, "Rin, kita harus berbuat apa sekarang? Apakah sebaiknya kita membatalkan niat kita? Lagi pula, tragedi yang terjadi 16 tahun yang lalu tidak ada hubungannya dengan kita. Mengapa kamu begitu bersemangat?" tanya Celine dengan wajah bingung yang tergambar jelas.

Arriena menjawab perlahan, dalam bisikan yang hampir tak terdengar, "Ada sesuatu yang harus aku selidiki, Celine. Jika kau dan Leah tidak bisa mendampingiku, biarkan aku pergi ke perpustakaan itu sendirian," kata Arriena dengan tekad di balik suaranya.

Celine menarik nafas dalam-dalam, mencoba memahami alasan Arriena yang begitu besar. Tragedi masa lalu yang menghantui akademi ini memang tak ada hubungannya dengan mereka, tapi Arriena merasakan keberadaan sesuatu yang belum terungkap. selain itu ia ingin mengungkap siapa itu Ghebalyn. Dia tidak bisa membiarkan rasa ingin tahunya terpendam begitu saja.

"Baiklah, kita akan kembali ke kelas, niat hati kita memang menuju ke perpustakaan itu, aku memaksa Leah untuk mendampingi ku, dan ini kesalahan ku, jadi biarkan kami kembali ke kelas, dan jangan halangi kami," ucap Arriena dengan tegas, Lillian dan Leah menoleh sempurna.

"Tapi tunggu, jika kau melarang kami masuk ke perpustakaan, lalu tujuan mu berada disini apa? Kau mau pergi ke perpustakaan itu juga? Atau kau membuntuti kami?" pertanyaan dari Celine itu telak membuat Lillian terdiam, tak lama, Lillian menjawab.

"Huh, aku ingin menemui ayah ku disana, ayah ku adalah penjaga perpustakaan asal kau tahu, hanya kebetulan bertemu kalian mengendap-endap disini, terlihat mencurigakan." ucap Lillian.

"B-baiklah, jika begitu kita akan segera pergi ke kelas," ucap Leah mengajak Arriena dan Celine untuk pergi. Lillian menatap punggung mereka yang mulai menjauh dengan senyum jahat nya lalu pergi berjalan ke arah sebaliknya.

*

Malam hari.

Malam itu, langit terlihat seperti berselimut gelap gulita. Angin malam meniup dengan lembut, membawa aroma bunga-bunga yang semerbak di sekitar. Cahaya bulan yang tipis dan pucat menyinari kegelapan, menciptakan bayangan-bayangannya yang misterius dan mencengangkan.

Arriena mengenakan jubah bertudung merah, saat ini ia berada tepat di belakang akademi. Ia mulai berjalan, sendirian.

Di lorong-lorong sepi, terdengar langkah-langkah gemetar yang menggetarkan hati. Suara desiran daun jatuh dan cicit-cicit hewan menjadikan suasana semakin mencekam. Jendela-jendela rumah tua di sekitar akademi berderit, seakan-akan menyampaikan rahasia gelap mereka yang tersembunyi.

Tampak jendela-jendelanya yang pecah dan pintu-pintunya terbuka, mengundang deru angin malam yang menakutkan. Bayangan-bayangan mencurigakan berguling-guling di antara reruntuhan, seakan menanti untuk menerkam kedatangan siapa pun yang berani melintas.

"Sialan, tidak ku sangka saat malam hari akademi akan terasa sangat menyeramkan dan terasa dingin sekali," Arriena menggigil ketakutan, namun ia juga bersyukur karena mengenakan jubah yang cukup tebal.

Labirin gelap malam menyambut nya untuk segera berani menyusuri jalannya yang penuh misteri. Suara-suara tak terduga, serasa terdengar dari balik sudut-sudut gelap, hanya menambah ketakutan yang melingkupi.

Kini Arriena sudah berada tepat di depan perpustakaan yang begitu mewah dan besar, ia memperhatikan ukiran unik yang terukir di dinding dinding nya, menampilkan pantulan cahaya dari kristal dan menonjol di sana. 

Sejenak, Arriena menatap takjub bangunan itu. "Woah, menakjubkan,"

Ia berjalan bermaksud ingin membuat pintu perpustakaan yang tinggi sebanding dengan 4 kali lipat tubuh orang dewasa.

Ia berusaha membuka namun nihil, pintu tetap tertutup rapat.

"Benar, pasti di kunci, lagi pula perpustakaan ini sudah cukup lama tidak di huni," ucap Arriena.

Ia membuka buku Archaic yang ia bawa, "mustahil tetapi bisa saja ada mantera hebat dalam buku ini yang mampu membuka pintu."

Cukup lama ia membolak-balik an halaman, ia menguap sejenak karena rasa kantuk yang melanda.

Matanya seketika berbinar saat melihat ada sebuah mantera beserta penjelasannya yang dapat membuat pintu yang tersegel, tetapi Arriena tidak yakin apakah pintu dihadapan nya itu tersegel atau hanya di kunci gembok saja.

"Tidak ada salahnya apabila aku mencoba,"

Ia mulai merapalkan mantera tersebut dengan perlahan, percobaan pertama gagal begitupun percobaan kedua, namun saat percobaan nya yang ke tiga berhasil dengan sempurna.

"Tenentum Porta Aperio!"

Suara decitan pintu yang begitu keras  terdengar hingga mengganggu pendengaran nya, pintu terbuka sempurna menampilkan jejeran buku yang tertata rapi, seolah-olah perpustakaan itu selalu dirawat dengan baik.

Arriena segera pergi ke jejeran buku Archaic di rak ke 4, saat ia sedang mencari cari buku yang dapat membantunya menemukan informasi, ia melihat ada buku tebal setebal balok penyangga, berjudul "kutukan marga" dengan penasaran, Arriena membaca selembar demi selembar buku tersebut, dapat ia simpulkan bahwa poin penting dalam buku tersebut adalah daftar marga marga yang garis keturunan nya mendapat kutukan.

"Pantas saja tidak ada yang memiliki nama belakang, ternyata 98% marga memiliki kisah kelam serta kutukan," ucapnya pada diri sendiri.

"GHEBALYN?!" Matanya terbelalak kaget melihat daftar ke 241, itu Ghebalyn, ia ingat sekali wanita yang dia anggap hantu itu pernah memanggilnya dengan panggilan 'Arriena Ghebalyn' namun sebelum ia membaca inti dari penjelasan nya, tiba-tiba seseorang mengagetkannya dengan suara yang lantang.

"APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI, DASAR BOCAH!"

Terpopuler

Comments

Dwi Sulistyaningsih

Dwi Sulistyaningsih

kepergok Lillian /penjaga perpustakaan?

2023-07-13

1

chizuru_

chizuru_

LANJUT THORRRRRR

2023-07-11

2

chizuru_

chizuru_

wanita ulerrrr

2023-07-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!