NovelToon NovelToon

Melldfy'S Academy

BAB 1 : akademi dan buku Archaic misterius

Di Negara Melldfy, ada sebuah akademi yang dikenal sebagai pusat pendidikan terbaik di seluruh dunia. Akademi ini dikenal karena keunggulan akademiknya yang luar biasa, berisi kan para siswa/siswi yang pintar, dan program sihir menakjubkan yang diajarkan oleh guru yang ahli. Akademi yang dimaksud adalah Melldfy's Academy. Setiap tahun, ratusan siswa dari seluruh negeri berbondong-bondong untuk menjadi bagian dari akademi tersebut dan mewarisi ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Salah satu siswi yang paling mencolok di Akademi Sihir Melldfy's adalah Lillian. Seorang gadis remaja berusia sembilan belas tahun, cerdas dan berbakat.

Dia menunjukkan kemampuan sihir yang luar biasa sejak usia tiga tahun, orang tuanya yang adalah alumni dari akademi sihir itu memutuskan untuk mendaftarkan putri semata wayangnya ke akademi terbaik di Negara Melldfy.

Dia mendapat julukan sebagai Ratu Ignis Regina di dalam akademi karena kekuatan elemen api nya yang menakjubkan!

Memiliki mata merah muda seperti bunga sakura yang dalam dan rambut perak panjang yang bergelombang.

….

“Huh, Lillian, ya? Memang yang terbaik—cantik, berprestasi, dan berbakat luar biasa. Tidak heran dia jadi primadona di kelas.”

Aku menoleh ke arah seorang gadis berambut pendek yang menghela napas dengan suara menyedihkan. Dia mengenakan seragam akademi sihir yang dihiasi jubah mewah, terlihat kontras dengan ekspresinya yang lesu. Di tangannya, terlihat edisi terbaru Wizard's Weekly—koran mingguan yang berfokus pada berita, informasi, dan gosip terbaru dari dunia sihir—khususnya di lingkungan akademi. Sering kali, koran ini juga mencakup informasi dari luar, membuatnya menjadi bacaan wajib bagi para siswa.

Aku melirik sekilas ke arah koran tersebut.

“Ratu Ignis Regina! Sejarah tercatat di Melldfy's Academy,” tertulis jelas di bagian judul dengan huruf besar yang mencolok. Serius, seberapa hebat sih, Lillian itu?

Aku dengar, akademi ini mengajarkan sihir dalam berbagai bidang. Aku bertanya-tanya, apakah mereka juga bisa mengajariku caranya naik ke bulan? Atau, lebih baik lagi, bagaimana caranya menjadi abadi?

Akademi ini nomor satu di empat negara bertetangga loh! Melldfy, Cey, Voldty, dan Ymon. Menjadi akademi terbaik bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan gorengan yang gosong. Tapi mereka berhasil, tentu saja. Abaikan saja negara-negara kecil lainnya, mereka cuma penonton.

Melldfy menduduki peringkat nomor satu akan akademi nya yang tergolong elite.

Aku tak bisa menahan diri untuk bertanya pada gadis yang sedang membaca artikel tersebut, meskipun aku tahu yang sedang dia baca adalah segala hal tentang Melldfy's Academy. Apa salahnya berbasa-basi dengan topik yang sudah basi?

“Umm, maaf, apa nama akademinya? Apa kalian pernah mendengar kisah nyata dari para siswa yang belajar di sana?”

Dia menatapku seolah aku baru saja bertanya apakah matahari terbit dari barat—atau seolah aku baru saja bertanya apakah unicorn suka makan pizza.

“Bagaimana kamu tidak tahu tentang itu? Akademi itu sangat populer, dan banyak siswa dari berbagai belahan dunia yang ingin belajar disana. Namanya adalah Melldfy's Academy. Disana, siswa dapat mempelajari berbagai jenis sihir, mulai dari sihir elemen hingga sihir keabadian," ujarnya dengan nada dramatis yang membuatku hampir tersedak.

“Ada banyak kisah menarik yang berasal dari siswa-siswi yang pernah belajar di sana,” lanjut gadis itu antusias, matanya berbinar-binar seperti anak kecil melihat es krim gratis.

“Salah satunya adalah tentang seorang siswi bernama Lillian. Dia adalah salah satu siswi paling berbakat di sana, memiliki bakat luar biasa dalam sihir. Kabarnya, dia bahkan bisa mengubah benda mati menjadi bernyawa!” katanya dengan nada dramatis, ya ampun … tolong katakan padaku itu hanya omong kosong, kan? Membuatku hampir percaya bahwa boneka teddy bear-ku mungkin bisa hidup kembali.

“M-mengerikan,” gumamku. Sebenarnya akademi macam apa ini, pikirku sambil membayangkan meja belajar yang tiba-tiba punya kehidupan sendiri. Itu sesuatu hal yang mustahil, kan?

“Itu hanya kabar burung sih,” lanjutnya sambil terkekeh. “Tapi memang sangat menakjubkan. Siapa tahu kalau kamu menempuh pendidikan di sana, nanti bisa bertemu dengannya!” ucapnya menenangkan, seolah-olah bertemu Lillian adalah pengalaman hidup yang harus dicapai.

“Maaf ya, aku belum memperkenalkan diri. Aku Leah, sekarang aku sedang kuliah di Melldfy's Academy ini,” katanya sambil tersenyum ramah, menunjukkan deretan giginya yang—untungnya rapi.

“Ah, aku Arriena!” Aku menjabat tangannya, merasa sedikit lebih nyaman. Ternyata Leah ini tidak seseram Lillian yang dirumorkan.

Leah mengeluarkan sebuah kertas bercorak dari dalam tasnya, tak lain itu adalah sebuah formulir pendaftaran. Dia memberikannya kepadaku sembari tersenyum lebar. “Ini formulir pendaftarannya. Siapa tahu kamu tertarik untuk bergabung. Aku yakin kamu akan suka di sana. Lagipula, siapa yang tidak ingin belajar sihir dan menjadi bagian dari sejarah?”

Aku mengambil formulir itu dengan perasaan campur aduk—antara tertarik dan sedikit cemas. “Terima kasih, Leah. Aku akan mempertimbangkannya,” kataku sambil membayangkan diriku terbang di atas sapu terbang atau mungkin bersahabat dengan naga kecil.

“Tenang saja. Untuk tes masuk, tahap pertamanya adalah tes tulis yang akan menguji pengetahuanmu tentang sihir secara umum. Tahap kedua adalah tes praktek.” Aku mengangguk paham, meski sedikit gugup. Aku berharap mereka tidak menanyakan soal mengubah labu jadi kereta—em, sepertinya tidak.

“Untuk tes praktek, kamu akan diberi beberapa uji coba dan tantangan mengenai penggunaan sihir. Ada uji coba yang sifatnya individual maupun kelompok. Sebelum mengikuti tes praktek, tersedia beberapa opsi jurusan,” lanjut Leah sambil memberikan kertas pendaftaran.

Aku mengambil kertas pendaftaran itu dan memeriksanya dengan seksama. Ada beberapa pilihan jurusan seperti Ilmu Pertahanan, Ilmu Pengetahuan, dan Ilmu Medis. Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk memilih Ilmu Medis. Siapa tahu suatu saat aku bisa membuat ramuan keabadian. Lagipula, medis terdengar menantang dan menarik. Plus, siapa yang tidak ingin menjadi penyelamat dunia dengan ramuan ajaib?

“Baiklah. Setelah ini kamu hanya perlu menandatangani nya dan serahkan kertas nya kepada ku, kebetulan aku OSIS di akademi tersebut, hehe.”

Oh OSIS, pantas saja terkesan promosi. Batinku.

“Terima kasih, Leah. Aku akan berusaha semaksimal mungkin,” kataku sambil menyerahkan kertas pendaftaran dan berpamitan.

“Baiklah, sampai jumpa tiga hari lagi, Arriena!” Leah berteriak sebelum berlalu pergi.

Tapi tunggu, “Tiga hari lagi?!” pekikku, tiba-tiba menyadari betapa cepatnya waktu itu. Rasanya seperti baru saja mengambil brosur liburan, dan sekarang sudah harus siap menghadapi ujian yang mungkin bisa membuatku terjebak di toilet karena salah mantra pembersih.

Aku menghela nafas panjang dan memaksakan senyum. Tiga hari lagi aku akan menghadapi tantangan besar di Melldfy's Academy. Semoga aku bisa bertemu teman-teman baru, belajar sihir keren, dan mungkin, kalau beruntung, menghindari tugas membersihkan toilet dengan mantra pembersih. Ini akan menjadi petualangan yang seru!

***

“Aku pulang.”

Aku memutar knop pintu dengan pelan, melepas sepatuku dengan sekali putaran jari tanpa menyentuh ujung sepatu sedikitpun. Kerlipan magis keluar dari ujung jari telunjuk yang memutar indah.

Di dalam rumahku yang sederhana tapi nyaman, Wizzy, burung hantu kesayanganku, menyambutku dengan mata tajamnya. Setiap kali pulang, ada rutinitas yang harus kulakukan—bersih-bersih rumah dan menyiapkan makan malam, sambil sesekali mencoba beberapa trik sihir dari buku-buku pelatihan magis. Ya, di dunia ini, kita semua harus bisa menggunakan sihir, entah yang mengenyam pendidikan di akademi atau seperti aku yang belajar otodidak—meskipun berisiko tinggi. Siapa bilang sihir itu gampang? Memasak saja bisa jadi sihir, kalau lihat resep yang rumit!

Setelah makan, aku mencoba mengasah keterampilan sihirku dengan satu ayunan. Aku mengumpulkan tenaga dengan berkonsentrasi penuh dan mengeluarkan pesona sihir.

“Lux In Tenebris!” ucapku, seakan-akan aku adalah bintang di atas panggung sihir.

Sebuah bola cahaya kecil muncul di depanku. Aku memusatkan perhatian pada bola cahaya tersebut, mengontrolnya dengan tongkat sihirku.

Setelah beberapa saat berlatih, bola cahaya tersebut semakin besar dan terkendali. Tapi, tiba-tiba, terdengar suara keras dari luar yang mengganggu konsentrasiku. Aku mencopot keadaan transku dan pergi ke pintu.

“Apa yang terjadi?” tanyaku pada Isaac, yang ternyata berdiri di luar rumahku.

“Ada berita mengejutkan dari akademi ku, Rin. Ada beberapa siswa yang kehilangan kekuatan sihir mereka secara tiba-tiba,” ujar Isaac dengan wajah khawatir.

Meski terkejut, aku mencoba tenang dan menarik Isaac untuk masuk ke dalam. Kami duduk di ruang tamu, membahas informasi terbaru tentang siswa yang kehilangan kemampuan sihir mereka.

“Hmm, menurutmu apa penyebabnya?” tanyaku.

Isaac menggaruk dagunya sejenak sebelum menjawab, “Berdasarkan catatan sejarah, terdapat beberapa jenis kutukan sihir yang bisa mencabut kekuatan sihir dari individu sih.”

“Lalu bagaimana cara mengembalikan kekuatan sihirnya?” tanyaku penasaran.

Isaac mengambil salah satu buku dari rakku dan membukanya, “Dibutuhkan proses panjang dan rumit, dan ada beberapa bahan alami yang bisa membantu. Namun, hasilnya tidak selalu berhasil.”

Aku berkata, “Hei, kau cukup pandai. Tapi aku berharap tidak akan pernah mengalami itu. Mengerikan.”

Isaac memeriksa kembali bukunya dan menjawab, “Beberapa bahan alami yang dibutuhkan seperti daun feverfew, susu kelapa, akar tanaman valerian, dan kalium nitrat. Menurut catatan di buku ini, perlu juga diadakan ritual khusus untuk memulihkan kemampuan sihir yang hilang.”

Aku diam-diam membaca buku tersebut, mencari tahu informasi yang lebih detail mengenai campuran bahan yang dibutuhkan.

Setelah beberapa saat, aku menarik napas dan mengangkat kepala, “Ini memang tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Kita tidak bisa membiarkan siswa-siswa tersebut kehilangan kemampuan sihir selamanya.”

Isaac menggeleng.

“Maaf Arriena, tetapi menurutku kita tidak akan sanggup. Proses membalikkan kutukan sihir tersebut terlalu berbahaya dan membutuhkan pengetahuan serta keahlian yang tinggi.”

“Jangan pesimis Isaac,” aku merasa yakin. “Kita bisa mencoba mencari tahu lebih dalam dan meyakinkan mereka yang lebih berpengalaman untuk membantu kita.”

Isaac menghela nafas dan mengatakan,

“Sebenarnya hal seperti ini cukup wajar terjadi sih di akademi ini. Kadang-kadang, siswa-siswi baru memang menghadapi beberapa kesulitan dalam penggunaan sihir mereka.” Isaac lalu tertawa dengan bodoh.

“ Aku masih ingat bagaimana aku sempat merusak buku-buku di perpustakaan saat mencoba menguasai sihir teleportasi!”

Tanpa berpikir panjang, aku spontan memukul kepala Isaac menggunakan tongkat sihirku dengan keras, hingga suara bising terdengar. “Kamu ini membuatku khawatir, bodoh!” celaan ku tak terbendung.

“Aku pikir ini adalah sesuatu yang sangat-sangat genting!” gerutuku semakin memanas.

Namun, kemarahanku tiba-tiba terhenti ketika aku bersiap mengucapkan mantra penghancur yang sangat kuat, “MORS ULTIMATUM—!”

Tetapi, Isaac segera memegang kedua tanganku sambil berteriak ketakutan, “Tunggu dulu, Arriena! Jangan-ma-mantra itu, aku tidak ingin dirusak!” Wajahnya memancarkan raut ketakutan karena kelakuan impulsif ku.

“Sekali lagi kau membuatku khawatir berkelanjutan,” omel ku sembari menahan amarah.

“S-sudahlah, jangan dibuat serius. Aku hanya akan merusak beberapa tempat latihan pada akhir pekan, tidak perlu membunuhku sekarang,” kata Isaac dengan gaya khas humornya.

Kata-katanya yang konyol berhasil membuatku melupakan mantra penghancur tadi. Aku akhirnya hanya bisa melirik Isaac dengan pandangan tidak percaya, sambil mengembalikan tongkat sihirku ke dalam sarungnya.

“Aku juga belum menguasai sihir hebat itu sih,” kataku menggeleng pelan.

Aku menghela nafas dalam-dalam, mataku menerawang ke kejauhan, lalu memandang Isaac dengan sedikit kekecewaan.

“Sepertinya ini tidak bisa terus berlanjut seperti ini. Mengendalikan sihir itu bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Aku harus memperdalam kemampuan sihir, dan aku telah memutuskan untuk mendaftar ke akademi sihir terbaik, Melldfy's Academy.”

Isaac, terkejut mendengar keputusanku, melemparkan tatapan takjub padaku. “Melldfy's Academy? Itu adalah akademi sihir terbaik di dunia! Bagaimana kau bisa mendaftar ke sana?” tanyanya dengan kagum.

Aku tersenyum bangga, merasa bersemangat. “Tentu saja aku memenuhi persyaratan mereka. Lagipula, aku memiliki talenta alam terhadap sihir, itulah mengapa aku bisa mengendalikan kekuatan yang begitu besar. Kau tidak pernah tahu, mungkin suatu saat aku bisa menjadi penyihir terhebat yang pernah ada,” ucapku dengan mantap.

Isaac melihatku dengan lesu, lalu menghela nafas. “Ah, beruntungnya. Dulu aku ditolak tiga kali di akademi tersebut karena potensi sihir aku yang lemah, padahal dalam tes tulis, nilaiku paling tinggi. Menyebalkan.”

“Apa maksudmu, Isaac? Bukankah kau tetap bisa melatih sihir mu dengan cara lain? Dan kau tahu? Aku masih belum menjalankan tesnya,” ucapku, mencoba memancing semangat kembali dalam dirinya.

“Benar-benar! Aku seharusnya tidak banyak mengeluh. Aku akan terus berusaha dan meningkatkan kemampuan sihirku. Siapa tahu, suatu saat nanti aku bisa menjadi kurcaci dengan sihir terkuat di antara mereka semua!” jawab Isaac dengan semangat, sambil membuat gerakan aneh dengan tangannya. Aku tertawa melihat semangat konyol Isaac.

“Siapa tahu, mungkin kau bisa menjadi kurcaci paling terkenal dalam sejarah, dan kemudian dikenal oleh para generasi selanjutnya!” sahutku sambil bersenda gurau.

Isaac tertawa terbahak-bahak, “Hahaha, tentu saja! Aku akan menjadi kurcaci paling terkenal dan paling dicintai di seluruh dunia. Tidak ada yang bisa menghalangi mimpiku, bahkan kepadatan rambutku!” ucapnya sambil merapikan rambut keriting kecilnya yang berantakan.

Malam itu kami menghabiskan waktu dengan candaan renyah yang menyenangkan. Aku tidak pernah merasa kesepian saat sahabatku berada di dekatku dan melakukan beberapa tingkah konyol.

“Hei hei, jangan bilang kau akan menginap di sini! Cepat pulang! Atau aku akan menggunakan sihir tingkat tinggi lagi?” Ancamku sambil tersenyum.

Isaac terkekeh lalu berpamitan dan berjalan santai menuju pintu. Saat di pintu, dia berbalik, senyuman lebar di wajahnya.

“Kau tahu, aku selalu bersenang-senang bersamamu, Rin. Sampai jumpa besok!” Dia melambaikan tangannya sebelum benar-benar keluar dari pintu, lalu dengan cepat ia mengaktifkan sihirnya untuk melayang dan menghilang dalam kabut asap, seolah-olah bermain-main seperti kurcaci kabur dari cucunya yang kelewat rewel!

Aku memutuskan untuk segera pergi ke kamar dan istirahat setelah hari yang panjang penuh dengan penemuan tak terduga. Namun, ketika aku naik ke atas tangga, mataku tertuju pada sesuatu yang jatuh dari rak menggantung di sudut lorong yang gelap. Suara gemeretak halus menyadarkan keingintahuanku.

Aku melangkah mendekat dan meraih objek itu. Di dalam kegelapan, aku melihat sebuah buku yang terlihat sangat kuno. Lapisan debu menutupi sampulnya yang terkulai, memberikan kesan bahwa buku itu sudah terlupakan dalam waktu yang sangat lama.

“Apa ini?” gumamku, suara getar dalam keheningan malam yang gelap. “Bukankah aku tidak pernah memiliki buku seperti ini sebelumnya? Dan mengapa sepertinya begitu kuno? Sepertinya tergolong dalam koleksi buku Archaic. Namun, bagaimana mungkin aku memilikinya?”

Aku memegang buku itu dengan lembut, mengamati sampulnya yang terpenuhi dengan tanda-tanda usia dan kehidupan yang telah lalu. Kusut dalam lamunan, aku membuka lembaran pertama buku itu. Halaman-halamannya berserakan dengan tulisan yang aneh dan tak dikenal.

Meskipun tak mengerti sepenuhnya, aku terpikat oleh aura misterius yang menyelubungi setiap kata yang tercetak di sana. Mati lampu malam itu, dengan bayangan-bayangan yang menari di dinding, aku mulai meraba-raba makna di balik setiap kata yang tersemat dalam lembaran kuno itu.

Kuabaikan keraguan dan ketakutan yang mendera, dan fokusku terpusat pada buku itu. Walaupun susah payah, aku mula memahami inti dari setiap kalimat yang terukir dengan hati-hati di sana.

Malam berganti malam, dan aku tak sadar berada dalam lamunan yang semakin dalam. Setiap kali aku menemukan kata baru, sepertinya aku membuka jendela ke dunia lain yang penuh dengan rahasia dan keajaiban yang belum terjamah. Dan di tengah gemuruh keheningan malam, aku terus membaca dengan penuh antusiasme.

Namun, saat ketenangan hampir menyelimuti ruangan, aku merasa ada perubahan yang aneh yang terjadi dalam diriku. Seolah-olah suatu kekuatan tak terlihat mulai menyelinap masuk ke dalam jiwa dan tubuhku, menempati setiap sudut ruang kosong yang tersisa.

“Apa ini yang sedang terjadi?” gumamku, mencoba menahan desiran kepanikan yang menggelora di dalam diriku.

Aku menatap buku yang bersinar terang di tengah gelapnya ruangan, seakan-akan berkomunikasi dengan entitas yang tak kasat mata di dalamnya. Tetapi, apa yang aku peroleh hanyalah hening yang menyiksa dan ketidakpastian yang menghantui.

Tiba-tiba, kepalaku berdenyut dan tubuhku merasakan sensasi tak terkendali yang membuatnya menjadi ringan. Tanpa sadar, tangan kananku meraih tongkat sihir yang terletak di meja dekat dan mengulurkannya ke arah buku itu.

Seketika, ruanganku menjadi terang benderang, bercahaya oleh kekuatan yang tak bisa diidentifikasi. Aura gaib memenuhi ruang, membawa aku ke dalam pusaran kegelapan yang menghipnotis. Aku terus membaca mantra-mantra yang terpahat dalam buku itu, tanpa mempedulikan bahaya yang mengintai.

Namun, ketika aku hampir mencapai puncak ekstasi ilahi, tubuhku terasa rapuh dan lemah. Dalam momen keputusasaan yang melanda, aku merasa diriku hampir tenggelam dalam abadi.

Dan dalam sekejap, aku melihat bayangan wanita yang mengenakan tudung misterius mendekatiku dengan tatapan yang penuh kebanggaan dan kegelapan.

“Anakku, kau semakin dekat dengan kebenaran yang gelap,” bisiknya dengan suara yang menusuk jiwaku. Sebelum aku bisa menanggapi, tubuhku melemah dan aku pun kehilangan kesadaran, tenggelam dalam aliran

BAB 2 : Latihan

Arriena terbangun, terkejut melihat Isaac sedang berdiri besedekap dada di hadapannya dengan bersandar di ujung kasur miliknya, jantung nya berdebar kencang hingga terasa di telinga.

"Isaac, sedang apa kau di sini?" Tanya Arriena sambil memandangi teman lamanya yang sudah ia kenal sejak kecil.

"Arriena. Kita akan latihan hari ini, tapi kamu terlambat datang dan masih tertidur lelap di sini. Aku jadi sedikit khawatir, apakah semuanya baik-baik saja denganmu?" Tanya Isaac dengan nada khawatir.

Arriena tersadar dan merasa sangat menyesal karena terlambat ke tempat latihan lagi.

"Maaf, aku tidak sengaja tertidur. Bagaimana dengan latihannya? Kau sudah mulai?"

Isaac menggelengkan kepala, "Belum, aku mencoba membangunkanmu sebelum latihan dimulai. Kita masih punya waktu, sebelum jadwal ku tiba untuk pergi ke akademi, tapi selalu jaga waktu agar kita dapat memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Ayo cepat mandi dan bersiap-siap, kita akan melatih teknik terbaru hari ini," ujar Isaac sambil melayang-layang kan tongkat nya ke udara dengan semangat.

Arriena melihat sekeliling sebentar, dimana benda itu? pikirnya. Tapi melihat Isaac di depannya yang di selimuti semangat, ia tidak mau terlalu memikirkan kejadian semalam.

Ia merasa bersalah dan berjanji tidak akan terlambat lagi ke tempat latihan. Setelah mandi dan bersiap, keduanya memulai latihan di sebuah lapangan terbuka yang dihiasi dengan pohon-pohon rindang. Materi yang akan mereka pelajari hari ini adalah, berlatih teknik bertarung dan meracik ramuan seperti yang biasanya dilakukan. Namun, kali ini Arriena melakukan kesalahan-kesalahan kecil seperti salah mencampur bahan dan lupa mencatat takaran bahan yang digunakan.

Tiba-tiba, tanpa sengaja dorongan kuat dari sihir magis Arriena menumbangkan salah satu pohon yang ada di sekitar mereka, Isaac memperhatikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Arriena dan menghentikannya.

"Rin, apa yang sedang terjadi? Kamu terlihat sangat terganggu dan melamun," tanya Isaac.

"Maaf, aku kurang fokus." Ucap Arriena beralasan.

"Mantera apa yang kamu gunakan tadi?" Tanya Isaac penasaran, sembari memutar-mutarkan topi kerucut nya.

"Umm hanya Herb Luan, tidak lain."

"Bohong!" Teriak Isaac membuat Arriena kaget sementara.

"Jangan mengagetkanku bodoh!" Arriena memukul kepala Isaac menggunakan tongkat sihir nya. Ringisan pelan terdengar.

"Kau bercanda ya, 'Herb Luan' memang memiliki kekuatan penyembuhan yang sangat kuat, bahkan dapat menyembuhkan kerusakan fisik dan mental yang tak tersembuhkan. Tapi, Herb ini tidak spesifik untuk menumbangkan pohon seperti yang kamu lakukan barusan, kita seharusnya menggunakan herb luan untuk memulihkan pohon yang rusak atau terkena pengaruh sihir jahat. Pernyataan mu tadi itu membual ya?" Arriena yang di ceramahi oleh manusia kurcaci itu hanya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, dan terkekeh pelan.

"Aku tau dasar manusia kurcaci! Jangan menyudutkan ku seperti itu, biasanya malah kau lebih payah daripada aku!." Emosi Arriena melunjak tinggi.

"Mantera sihir yang aku gunakan seharusnya adalah, 'Anima terentium, elementus adspiritus', tapi tadi aku salah mengucapkannya." Isaac mengangkat alisnya heran,

"Kenapa aku merasa mantera sihir itu tidak biasa?" Arriena yang merasa malu menjawab, "Aku membuat mantera sihir itu sendiri, bodoh jangan melihat ku seperti itu." Ucapnya salah tingkah,

"Mungkin itulah sebabnya kamu merasa tidak biasa." Lanjut nya. Isaac mengangguk mengerti,

"Baiklah, mari kita berlatih lagi. Tapi kali ini jangan ceroboh ya Rin, ingatlah setiap takaran bahan dan mantera sihir yang benar." Arriena mengangguk dan mereka lanjutkan latihan mengendarai sapu terbang dan menggunakan sihir dengan lebih hati-hati.

Setelah latihan selama beberapa jam, Arriena dan Isaac berhasil memperbaiki teknik sihir, dan Arriena tidak lagi ceroboh dalam mengucapkan mantera, ia mulai berhati-hati dan kembali fokus dengan latihan nya. Meskipun sihir ciptaan Arriena telah di perbaiki, mantera tersebut belum sempurna.

"Kamu semakin mahir dalam mengendalikan sihir, Arriena," kata Isaac dengan senyum bangga.

Arriena merasa senang dengan pujian Isaac dengan lagak nya merasa sombong.

"Setelah sekian lama kau baru menyadarinya? Aku memang hebat, ya kan?" Tanya Arriena dengan angkuh. Isaac hanya tersenyum sinis dan menjawab,

"Jangan menjadi merasa terlalu percaya diri, nanti bisa celaka. Apalagi dengan mantera sihir buatanmu yang tak biasa itu, kau menamainya apa tadi? Hahaha itu sangat aneh".

Arriena merasa tersindir dengan ucapan Isaac, tapi dia masih terus mempertahankan kesombongan-nya.

"Ah, jangan khawatir Isaac. Ini hanya latihan. Aku tahu batas-batasku," kata Arriena dengan pede.

Isaac tersenyum mengejek, "Oh ya? Kayaknya sih batas kemampuanmu baru nampak dari jauh, kau lihat teropong ini?" Ucapnya menggenggam teropong unik bercorak daun Alamanda,

"Menggunakan benda seperti ini lah baru nampak jelas kemampuan mu di mataku." Arriena merasa tersinggung dengan celotehan membosankan yang di lontarkan Isaac, dan memutuskan untuk tidak membicarakan kemampuan sihirnya lagi.

"Baiklah, aku akan berlatih lebih giat lagi untuk terus mengembangkan kemampuan sihirku," kata Arriena dengan nada tegas.

"Tapi, Isaac..." Arriena kemudian merasa ingin berbagi tentang buku misterius yang dia temukan semalam dengan Isaac,

"Tapi, tadi malam, aku menemukan buku yang mungkin bisa membantu mengembangkan sihirku. Ada banyak mantera hebat di dalamnya," ujarnya.

"Mendengar itu, Isaac mulai terlihat tertarik, "Buku apa itu? Siapa yang menulis nya?" Arriena mulai menceritakan kisah tentang bagaimana dia menemukannya dan bagaimana dia mendapat kejadian aneh.

Ia berlanjut menceritakan tentang mantera sihir di dalam buku itu,

"Setelah mencoba salah satu mantera di dalamnya, malam itu aku mengalami kejadian aneh. Aku hampir menyebutkan mantera Apparate. Ada sesuatu yang muncul di hadapanku saat aku mulai pingsan karena lelah, tapi tampaknya hanya aku yang bisa melihatnya."

Kini Isaac semakin bersemangat mendengarkan cerita Arriena,

"Benar-benar sebuah buku yang menakjubkan. Sepertinya aku ingin mencoba membacanya juga," Kata Isaac.

Namun raut wajah Arriena terlihat lesu, itu pemandangan yang mengganggu pikiran dan pandangan Isaac.

"Haha apa yang kau khawatir, Rin? Tenang, mungkin itu hanya hantu buku yang ingin mengajak ngobrol. Akupun sebenarnya punya anjing yang nggak pernah terlihat oleh siapapun loh selain aku. Haha..." Ucap Isaac mencair kan suasana.

"Atau si 'sesuatu' yang muncul itu hanya hantu bosan yang lari-lari kesepian." Lanjutnya membuat lengkungan tipis tercetak di ujung bibir milik Arriena.

Arriena tergelak mendengar lelucon Isaac dan ia merasa lega dan ia rasa sudah mulai bersemangat kembali. Namun, rasa penasaran Arriena masih saja bertambah.

"Tapi, mengapa buku itu bisa membuatku begitu lelah sampai-sampai aku pingsan?" tanyanya.

"Mungkin ada beberapa kemungkinan. Pertama, buku itu bisa saja berisi mantra dan sihir yang sangat kuat sehingga membawa dampak pada energi siapa pun yang mencobanya. Kedua, buku itu mungkin memuat 'barrier' atau penghalang yang begitu kuat sehingga membuat kamu kelelahan hanya dengan mencoba memahaminya. Atau ketiga, mungkin saja buku itu hanya tertulis dalam bahasa yang agak sulit dimengerti dan memerlukan pemahaman yang kuat untuk bisa membaca dan memahaminya," jelas Isaac dengan penuh perhatian.

Belum Arriena mengucapkan sepatah kata pun, Isaac tiba-tiba teringat sesuatu. Ia menyadari waktu yang terus berjalan, ia sadar sekarang memasuki waktu yang sangat mendekati jam masuk di akademi.

"Oh tidak, aku lupa!" kata Isaac dengan kaget.

"Gawat! Aku harus berangkat ke akademi sekarang juga," tambahnya.

"Baiklah, kita bicarakan lagi nanti tentang buku itu. Jadi hati-hati lah dan semoga berhasil!" kata Isaac dengan senyum panik.

"Typical Isaac itu, selalu tergesa-gesa seperti kuda yang melihat jerami," gumam Arriena dalam hati sambil mengepalkan tangannya geram.

"Kok bisa ya dia melupakan jam seperti itu? Apa dia memang sering tertidur di kelas-kelas sebelumnya?" keluh Arriena.

BAB 3 : ujian tes sihir

Arriena bangun dengan semangat dan antusias. Hari itu, adalah hari di mana dia akan melakukan ujian tes tulis tentang mantra sihir umum, yang merupakan syarat untuk diterima di akademi Melldfy's Academy.

Semalamam ia belajar dengan giat, dan tentu saja tidak menggunakan sihir hitam untuk membantu nya mengingat mantra.

Arriena memilih mengenakan baju putih dan rok panjang berwarna biru tua bercorak untuk tampil pada saat ujian nanti, ia juga mengepang sebagian rambut panjangnya agar tidak menyusahkan saat beraktivitas.

Sesampainya di Melldfy's Academy, Arriena merasa kagum dengan ukuran dan megahnya bangunan akademi. Desain arsitektur nya yang khas dengan di lengkapi corak indah yang biasanya ada di kuil-kuil.

Arriena melihat banyak orang berkumpul di luar gedung ujian, dengan penampilan yang keren dan ada juga yang terlihat menyeramkan, mereka semua terlihat hebat.

Dia melihat banyak hal, ia melihat seseorang sedang melakukan kejahilan terhadap temannya menggunakan sihir dasar, yang menyebabkan teman tersebut terkejut dan jatuh. Itu cukup lucu baginya.

Ia juga merasa kagum dengan banyaknya gadis cantik dan pria tampan yang berkumpul di sana. Mereka semua terlihat akrab satu sama lain dan sebagian besar dari mereka tampaknya saling mengenal.

Beberapa orang terlihat memainkan sihir untuk lelucon bersama teman-temannya dan tertawa-tawa bersama-sama.

Arriena merasa sendirian dan tidak tahu harus kemana.

Dia berjalan tanpa melihat ke depan dengan benar, dan tiba-tiba menabrak seseorang yang berperawakan tinggi besar, berkulit gelap dan menyeramkan. Orang itu membalikkan badannya dengan kasar dan menatap Arriena dengan tatapan yang tajam.

Mendapat tatapan tersebut, ia terkejut dan merasa panik, namun tak di sangka, orang itu hanya tersenyum dan meminta maaf atas insiden tersebut.

"Haha maafkan aku ya! Badan besar ku ini selalu mempersulit orang lewat." Ucapnya sembari menggaruk tengkuknya.

"Namaku Zephyr, murid senior di akademi ini, apakah kamu membutuhkan bantuan untuk menemukan kelasmu? Jika iya, aku bisa membantu, banyak calon siswa disini yang kebingungan mencari letak kelas untuk ujian tes nya."

Meskipun awalnya Arriena merasa ragu, karena penampilan Zephyr yang menyeramkan, namun ia merasa tawaran bantuannya tersebut akan sangat membantunya.

"Mohon bantuannya senior Zephyr." Balas Arriena.

Setelah beberapa menit berjalan bersama di sekitar akademi, Zephyr akhirnya membawa Arriena menuju kelasnya dengan selamat.

Arriena memasuki kelas dan duduk di kursi kosong yang tersedia di belakang.

Ia kemudian memperhatikan sekelilingnya dan melihat ada satu gadis dengan senyum cerah yang menatap nya.

Gadis itu pun dengan riang meneriakkan namanya dan meminta Arriena duduk bersebelahan dengan dirinya.

"Arriena! Hei, sini duduk di sebelahku ya," ujar gadis itu lalu menunjuk ke kursi di sampingnya.

Arriena sedikit terkejut, karena yang memanggilnya adalah Leah, teman yang pernah ia temui sebelumnya di satu acara di luar kota, dan memberi tahu nya tentang Melldfy's Academy ini.

Diam-diam Arriena senang bisa bertemu dengan Leah lagi, dan ia pun dengan senang hati mengiyakan permintaan Leah untuk duduk bersebelahan.

Ia menghampiri Leah untuk bertanya langsung mengapa Leah ada di ruangan tes tulis. Seingat Arriena, Leah adalah seorang senior, dan anggota aktif organisasi OSIS di akademi tersebut, sementara Arriena, baru saja mendaftar untuk masuk ke sekolah itu.

"Hei bukankah kau seharusnya menjadi kakak kelas ku? Sedang apa kau di sini?" Tanya Arriena heran lalu duduk di kursi sebelah Leah.

"Oh, aku di sini karena ada tes pelajaran tambahan akhir semester. Biasanya hanya diikuti oleh siswa senior yang akan lulus, tapi berhubung karena aku anggota OSIS , jadi aku diminta untuk mengikuti tes ini juga. Keren, aku tidak menyangka! Aku senang sekali bisa bertemu lagi denganmu," jawab Leah sambil tersenyum ke Arriena.

Tiba-tiba, jendela kaca ruangan tersebut mendadak tertutup semua bersamaan dengan munculnya seorang pria bertubuh besar, dengan kabut yang menyelimuti nya. Ia berumur sekitar 40 tahunan dengan janggut yang panjang dan berjubah hitam. Botak, dan terlihat sangat serius. Leah yang duduk di sebelah Arriena langsung berbisik bahwa pria tersebut adalah guru paling galak yang ada di akademi.

"Wow, dia benar-benar terlihat seperti guru yang seram dan galak!" Ujar Arriena berbisik sambil tertawa kecil.

"Dia itu sangat ketat dalam memberikan pelajaran dan tugas. Tapi tenang saja, aku yakin kamu pasti akan berhasil melewatinya dengan baik," Leah meyakinkan Arriena dengan senyuman.

Guru tersebut kemudian mengambil posisi di depan kelas dan dengan suara keras ia berkata,

"Selamat datang di tes masuk ke Akademi Sihir, Melldfy's Academy! Tes akan segera dimulai, tanpa banyak basa-basi, tidak akan banyak instruksi, jadi pastikan kalian telah mempersiapkan diri dengan baik."

Semua siswa di ruangan itu merapikan diri dan menatap guru tersebut dengan serius.

Guru tersebut kemudian melanjutkan, "Tes kali ini akan sangat menentukan, jadi pastikan kalian memberikan yang terbaik. Dan satu lagi, tidak ada toleransi untuk penggunaan sihir gelap dalam tes ini. Penggunaan sihir gelap akan dianggap sebagai tindakan curang dan bisa berakibat fatal. Jangan sampai kalian membuat kami kecewa."

Arriena merasa agak lega mendengar aturan tersebut, karena ia tahu bahwa ia tidak terlalu ahli dalam menggunakan sihir gelap.

Namun, ia tetap merasa sedikit cemas karena tes tersebut akan menentukan masa depannya di Akademi Sihir.

Setelah memberikan instruksi tentang tes, guru tersebut kemudian memperkenalkan diri.

"Saya adalah Magister Damiel, seorang guru di Akademi Sihir. Selama masa tes ini, saya akan mengawasi kalian dengan ketat dan pastikan kalian melakukan tes dengan jujur. Jangan coba-coba melakukan tindakan curang!"

"karena saya akan tahu."

Guru Damiel memiliki wajah yang sangat tegas dan tatapannya sepertinya bisa menembus hati dan pikiran siswa yang coba menipu.

"Sekarang, untuk tes kali ini akan ada beberapa tahapan. Pertama, kalian harus menyelesaikan tantangan dalam waktu lima belas menit. Setelah itu, kalian akan melakukan tes kecepatan sihir dimana kalian harus menyelesaikan tantangan dalam waktu empat menit. Dan terakhir, ada tes aplikasi sihir yang akan mengujimu dalam mengaplikasikan sihir dalam kehidupan sehari-hari. Tes aplikasi sihir akan memakan waktu tiga puluh menit." Kata Guru Damiel.

"Apa saja tantangan yang harus kami hadapi?" Tanya salah seorang di meja tengah dengan rasa ingin tahu.

"Tantangan pertama adalah mengalahkan monster golem dalam simulasi duel. Tantangan kedua adalah mengumpulkan semua benda yang terdispersi dalam ruangan. Dan terakhir, tantangan aplikasi sihir akan menguji kemampuan kalian dalam mengaplikasikan sihir dalam kehidupan sehari-hari."

Arriena terkejut mendengar penjelasan Guru Damiel. Ia lalu memalingkan wajahnya ke arah Leah yang duduk di sampingnya.

"Leah, kenapa kamu bilang ujian hari pertama hanya tentang materi mantra sihir umum saja? kan ada tantangan-tantangan ini. " Ujarnya berbisik.

Leah tersenyum cengar-cengir mendengar pertanyaan Arriena. Ia lalu menjawab dengan nada bercanda,

"Maaf, mungkin guru Damiel sudah bosan dengan tantangan-tantangan yang itu-itu saja dari tahun ke tahun, jadi dia memutuskan untuk mengubahnya secara drastis untuk menantang kita semua." Sambil mengedipkan matanya.

Arriena mendesah frustasi, jika mengetahui begini awalnya, ia akan terus konsisten mempelajari mantera sihir dan melakukan banyak praktek dengan Isaac, bukannya menghabiskan waktu semalaman hanya menghafal materi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!