Arriena menemukan Isaac. Ia tidur di atas kursi.
Arriena melihat Isaak tertidur pulas di atas kursi dengan buku terbuka di pangkuannya. Wajahnya tenang dan damai, seolah-olah sedang terlelap dalam mimpi yang indah.
"Oh, jadi manusia kurcaci ini sudah terlelap ya?" Arriena tertawa geli saat terlintas ide jahil di otaknya.
"Bagaimana dengan kejutan kecil,"
Arriena tersenyum geli, menikmati momen jahilnya yang akan datang. Dengan lembut, ia mengeluarkan tongkat sihirnya dari saku luar bajunya.
Ia menggenggam tongkat sihirnya dan memutarinya beberapa kali di udara. Dia mengirimkan sejumput sihir yang akan membuat setiap respon Isaac terdengar lucu dan menggelitik.
"Doktrilatia!" Serunya sambil meluncurkan sihirnya ke arah Isaac.
Tanpa ada penundaan, Isaac langsung terbangun dan mengucek-ngucek matanya yang masih terasa mengantuk. Tetapi saat ia membuka mulut untuk memberikan respon Isaac terkejut ketika suaranya keluar dengan suara yang aneh.
"Quack! Voldemort kembali, ampuni aku, quack!"
Sebuah efek lucu dan menggelitik telah mengubah suaranya sehingga terdengar seperti suara bebek yang sedang terbatuk.
"Quack! Ehm, maaf, maksudku, apa-apaan ini?" kata Isaac yang terdengar seperti bebek ketawa. Wajahnya dibayangi senyum tak bisa jauh dari wajah Arriena yang berdiri di hadapannya, tampak sangat senang dengan kejadian itu.
Arriena menahan tawa, mencoba menjaga ketenangan sebisa mungkin. "Oh, Isaac, jangan khawatir, ini hanya sedikit lelucon. Kamu terlihat begitu damai saat tidur, jadi aku pikir akan lebih menyenangkan jika kamu terbangun dengan suara yang lucu!"
"Dan, Voldemort," Arriena menahan tawa.
"Itu kan hanya cerita fiksi, bagaimana kau bisa memimpikan nya, haha," tawanya lepas.
"Ya, maaf, mungkin aku terlalu terpengaruh oleh cerita fantasi. Tapi kalau-kalau ada bebek yang mencoba menjadi penyihir jahat, aku siap untuk memberikan mereka peringatan serius!" kata Isaac sambil memutar-mutar tongkat sihir yang dipegangnya, seolah-olah dia benar-benar berusaha mempertahankan dunia sihir dari ancaman bebek jahat.
"Tunggu, sihir mu belum sempurna ya? Haha, efek bebeknya menghilang haha, tidak ku sangka sihir rendahan seperti itu belum kau kuasai," kini tawa Issac yang menggelegar. Namun lagi-lagi tongkat sihir Arriena mendarat sempurna di pelipis Issac, seperti biasa Issac meringis kesakitan.
"Bodoh! Aku sengaja membuat nya bertahan singkat! Apa kau mau ku buat suara bebek itu bersemayam di tenggorokan mu selamanya?" Issac menggeleng kuat mendengar pernyataan Arriena.
"Ah, maaf, maaf, kau ini galak sekali," ujar Issac sembari mengusap pelan pelipis nya.
Arriena menjulurkan tangannya ke dalam tasnya yang tampak sederhana, dan menarik keluar beberapa buku tebal yang dipenuhi oleh ilustrasi yang mengagumkan. "Kau tahu Issac, aku sekarang mulai mendalami ilmu medis di akademi, bukan kah itu keren?" ucap Arriena antusias.
"Ilmu medis? Hati-hati, nanti kau menumbangkan beberapa pohon lagi seperti waktu itu? Haha …." Isaac sengaja meledek Arriena agar nampak kesal.
"Diam kau! Oh iya Issac, ada sesuatu," Arriena tiba-tiba teringat suatu hal.
"Hantu buku yang kau bicarakan itu, datang lagi," lanjutnya.
"Woah, benarkah? Bagaimana wujudnya?" Sesuai dugaan, Issac sangat senang mendengar Arriena jika sudah mulai bercerita.
"Hm, ia wanita yang cantik, rambutnya keunguan dan ya intinya dia cantik kau tahu," jelas singkat Arriena.
"Dia bilang, dia ingin berterimakasih kepada mu, hanya itu, aneh bukan? Memangnya dia mengenalmu? Dan mengejutkannya lagi, dia mengetahui namaku! Eh tapi dia memanggil mu dengan sebutan 'teman mu' artinya ia tidak tahu nama mu ya," Arriena memegang dagunya.
"Wanita …." Issac berpikir keras, tanpa berpikir dengan lama, ia teringat dengan penempatannya di gua, apa jangan-jangan? Tidak, pikirnya. Wanita yang ia temui di gua rambutnya hitam lusuh, meskipun masih terlihat kecantikan nya.
"Sudahlah, sepertinya memang ya hantu buku itu jahil dan suka mengada-ada, memangnya apa yang dapat kau percaya dari nya?" Lanjut Issac.
Arriena berpikir sejenak, ia menelan ludahnya, ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Aku tahu ini terdengar aneh, tapi entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang nyata dalam pertemuanku dengan wanita itu. Ada kedamaian dalam matanya, seolah-olah dia memiliki pengetahuan yang lebih dalam. Mungkin, hanya mungkin, ada benarnya dalam apa yang dia katakan."
Issac mengangkat alisnya, "Kau tidak bercanda kan? Wanita itu benar-benar datang dari dunia lain?"
Arriena menggeleng, "Aku tidak tahu dengan pasti Issac, tapi ada sesuatu yang berbeda pada pertemuanku dengannya. Rasanya seperti ada ikatan emosional yang kuat di antara kami. Dan apa yang dia katakan, bahwa dia ingin berterima kasih padamu, memang membuatku penasaran. Apakah ada sesuatu yang pernah kau lakukan saat memulai petualangan kecil mu itu?"
Issac tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu apa yang dia maksud. Aku hanya seorang peneliti yang tenggelam dalam pekerjaanku. Jadi ku pikir tidak ada yang istimewa dari apa yang aku lakukan,"
Arriena menyipitkan matanya, merenung sejenak. "Apakah kamu yakin tidak ada yang mencurigakan? Mungkin ada sesuatu yang kamu tidak ingat atau tidak kamu ceritakan padaku,"
Issac menggaruk kepalanya, "a-ah haha, tidak kok. Semua petualangan dan penelitian ku kan selalu aku ceritakan pada mu," ucap Issac dengan sedikit kebohongannya.
Arriena tidak yakin dengan jawaban Issac. Dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Issac darinya. "Issac, aku kenal kamu cukup baik," ucap Arriena dengan tegas. "Apa yang kamu sembunyikan dariku?"
Issac terdiam sejenak, matanya memandang ke lantai. Akhirnya, dia menghela nafas dan berkata, "Baiklah, aku akan memberitahumu. Ada satu hal yang aku sembunyikan,"
"Apa itu, cepat ceritakan!" Arriena mulai mendekat untuk dapat lebih jelas mendengar ucapan Issac.
A-ah, tentu, aku akan mencoba," Issac menarik nafas dan berpikir sejenak. "Saat aku sedang mencari mu, aku melakukan perjalanan singkat mengelilingi tempat latihan kita, aku menemukan sungai kecil yang indah itu, kau tahu. Kemudian saat berjalan lebih jauh, aku menemukan sesuatu, di sana aku menemukan sebuah gua yang begitu terisolasi. Semua yang ia miliki adalah sekilas cahayanya. Dan, hehe, sepertinya akulah satu-satunya manusia yang berkunjung ke sana,"
"Sebuah gua? Lalu? Apa istimewanya?" Tanya Arriena bingung, ia mulai bersandar di belakang kursi.
Issac menelan ludahnya sejenak, menyesap kopi dingin dalam cangkirnya sebagai penundaan sebentar, dan akhirnya memutuskan untuk menceritakan kisah yang menarik ini.
"Ternyata, di dalam gua itu ada sesuatu yang sama sekali tidak terpikirkan oleh ku, aku menemukan seorang wanita. Wanita itu terlihat lusuh dan lemah, seperti telah terperangkap di dalam gua itu selama bertahun-tahun. Dia diikat dengan rantai dan terlihat sangat kehilangan harapan." Kata Issac di lanjutkan nya menyesap kopi dingin yang sedikit hambar.
"Kau menyelamatkan nya?" Tanya Arriena.
"Umm, haha. Tidak, aku ketakutan saat itu, lalu pergi keluar untuk kabur, ahhh penakut sekali," Issac mendesah panjang.
"Idiot," balas Arriena dengan wajah datar.
"Ah, tapi, dia mengatakan sesuatu," ucap Issac teringat suatu hal yang nyaris ia lewatkan untuk diceritakan.
"Dia memberi tahu ku namanya," lanjutnya.
"Benarkah? Siapa namanya? Siapa tahu kita bisa mengetahui hal ini lebih lanjut, dengan satu informasi penting," Arriena mulai bersemangat, bahkan ia sekarang mengepalkan jemarinya lembut.
"Ghebalyn." Ucap Issac yang mampu membuat Arriena terdiam kaku, ia berpikir ini semua memang suatu hal yang selalu berkaitan dengan hal lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments