"Kau yang traktir, oke?" Ucap Leah mengedipkan sebelah matanya dengan senyuman yang mengembang.
Leah bersama Arriena berada di sebuah kantin akademi untuk mengisi dinding-dinding lambungnya yang kosong.
"Ayolah tidak apa, ini kan hari pertama mu setelah selesai ujian tes," bujuk Leah. Arriena tetap diam dengan wajah datar sembari mengunyah beberapa makanan berat yang ada.
"Terserah," jawab Arriena singkat, ia rasa kedepannya akan selalu di peras kantong nya oleh senior pemalak ini.
Leah tertawa senang.
Brak!
Kantin mendadak hening, kala seorang gadis tersungkur ke lantai marmer, terdengar suara tawa terbahak-bahak di baliknya. Tawa menghina yang sangat dikenalinya... itu dari Lillian, senior yang selalu merendahkan dan membully siswa-siswi berbakat yang menurut nya mengganggu. Lillian menatap si gadis dengan pandangan sinis, memperlihatkan gigi gelap yang tampak gigih menyebarkan teror di setiap sudut.
"Eh, lihat siapa yang kita temukan di sini? Mungkinkah seluruh ilusi kekuatanmu sudah habis?" Lillian bertanya dengan wajah sombongnya. Si gadis berjuang untuk merangkai kalimat ketika Lillian tiba-tiba mengarahkan tongkat sihirnya kepadanya.
"Sepertinya kau masih bisa memahami apa yang aku katakan padamu. Baguslah, itu akan membuatku merasa lebih menyenangkan dalam menyiksamu," kata Lillian sambil tertawa dengan mengejek. Ia bersama dua temannya yang terlihat dari penampilannya mereka itu sejenis, sombong, tukang bully, populer, cantik, dan kaya akan materi.
Arriena yang melihat itu menautkan alisnya, ia kembali teringat akan ucapan Leah saat mereka pertama kali bertemu. Leah bercerita seolah-olah Lillian adalah gadis populer berbakat yang memiliki hati baik dan tidak sombong, Leah sama sekali tidak menceritakan sisi buruk tentang Lillian. Ia berpikir lebih, pandangan nya berubah, tentang Lillian yang kata orang adalah gadis berbakat dengan segudang kebaikan.
Apakah itu sekedar pujian yang hanya untuk menarik para calon siswa baru? Entahlah, salah satu rumor yang terasa benar hanya satu, Lillian sangat cantik meski dengan hati yang busuk.
Arriena menghadap Leah dengan wajah yang bingung, "Leah, saat itu kau bilang Lillian adalah gadis berbakat yang baik dan tidak sombong. Ini benar-benar Lillian yang kau maksud?"
Leah menjawab sambil tertawa, "Oh, maaf. Mungkin aku salah mengenali orangnya. Seharusnya aku katakan bahwa gadis itu sangat hebat dalam hal merendahkan orang lain dan sangat sombong. Mengapa tidak kita berterima kasih padanya karena telah menunjukkan karakter sejati dari dirinya sejak awal. Selalu lebih baik tahu kebenaran di awal daripada terkejut dengan kenyataan yang pahit nantinya, bukan?" ucapnya bergurau.
"Tapi kau sendiri yang mengatakan hal baik tentang Lillian," jawab Arriena dengan mendatarkan wajahnya.
"Oh ayolah, semua orang di akademi ini juga begitu, tidak usah heran,"
Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka, dan masuklah seorang gadis baru yang terlihat agak kurang percaya diri dengan kacamata bulat dan tas ransel di pundaknya. Dilihat-lihat, ternyata gadis itu adalah siswi kelas satu, siswi baru sama seperti Arriena. Para siswa yang berada di dalam ruangan itu langsung menyambutnya dengan suara tertawa dan cibiran.
"Tunggu dulu, apa maksudmu dengan semua orang di sini begitu?" tanya Arriena dengan pandangan menyelidik.
"Baiklah, aku akui, sebenarnya aku hanya mengikuti SOP yang ada di akademi ini. Setiap tahun, para siswa senior diberi tugas untuk menarik minat siswa baru agar masuk ke akademi kita. Dan selama ini, Lillian memang menjadi salah satu target utama kami."
"Itu pun disebabkan oleh beberapa faktor juga, seperti- maksudku lihatlah …. Visual Lillian itu begitu sempurna, kau tidak menyadarinya? Belum lagi dia anak dari seorang profesor penting yang ada di negara Cey. Jadi tidak heran kalau dia menjadi salah satu target utama," lanjut Leah dengan meneguk seteguk air.
Gadis berkacamata itu berseru dengan gugup, "M-maaf mengganggu, tetapi guru telah memanggil kita untuk memulai pembelajaran. Kita harus mengejar waktunya jika tidak ingin terlambat". Arriena tersenyum dan menyambut, "ah begitu, terimakasih telah memberitahu ku, aku akan segera menyusul. Silakan pergi duluan,"
"Ah aku lupa, jam pelajaran kita kan tidak di jam yang sama, kau pergi saja, aku tidak apa sendirian, setelah ini aku akan pergi ke ruang OSIS," timpa Leah, yang di balas dengan anggukan oleh Arriena.
Arriena segera merapikan bukunya yang sudah berserakan di meja makan dan menarik tasnya. Dia berjalan menuju pintu dan berpapasan dengan siswi baru tersebut yang masih terlihat agak gugup. Arriena menghampirinya dan tersenyum ramah, "Hai, aku Arriena. Siapa namamu?" Siswi baru itu tersenyum kikuk, "Aku Celine. S-senang bertemu denganmu."
"Hei kenapa kamu sangat terlihat gugup? Mari berteman, aku belum banyak berkenalan dengan orang-orang disini," ucap Arriena tersenyum, gadis itu hanya mengangguk pelan.
***
Ruangan kelas Arriena terlihat seperti aula besar dengan bangku-bangku kayu yang disusun berderet-deret dan penuh dengan lapisan lilin dan tanaman hijau yang menjalar dinding-dinding ruangan. Terdapat juga meja pengajar di depan kelas serta papan tulis besar berwarna hitam yang terletak persis di depan meja pengajar.
Terlihat beragam murid yang tengah sibuk mencatat sesuatu. Beberapa di antaranya sedang asyik membaca buku-buku tebal yang berisi berbagai macam mantra dan teknik sihir, sementara yang lain sedang berlatih mengeluarkan sihir kecil dari tongkat sihir mereka, menampilkan aksi-aksi mengagumkan yang terkadang disaksikan dengan kagum oleh teman-temannya.
Di sudut kelas, ada beberapa murid yang sedang mengobrol seru, sambil saling berbagi pengalaman mereka dalam melaksanakan tugas-tugas sihir yang di ajarkan selama di rumah. Terlihat juga beberapa murid lainnya yang sedang sibuk mencatat catatan dari buku-buku ajar di depan meja mereka.
"Sepertinya orang-orang disini sudah cukup akrab satu sama lain," ucap Arriena yang sedang mencari tempat duduk untuknya di susul oleh Celine.
"Ah, bagaimana kalau kita duduk di pojokan saja? Kita bisa menyontek atau bahkan memakan cemilan saat pelajaran sedang berlangsung?" Lanjutnya tertawa kecil.
Celine nampak ragu, ia hendak menggeleng kan atau mengangguk an kepala dengan bingung.
"Sudah lah, duduk," perintah Arriena.
Sepuluh menit berlangsung.
"Hei, apa-apaan. Kau menghampiriku seolah-olah aku akan terlambat tapi saat sudah sampai kelas guru pun belum hadir," kesal Arriena kepada Celine.
"M-maaf, tadi ada salah satu senior yang mengatakan kepadaku bahwa siswa baru tidak boleh terlambat-"
"Ssttt, itu dia, profesor nya datang," bisik Arriena.
Ketukan langkah kaki terdengar berirama, itu Profesor Althea,
"Selamat datang di kelas ku dan selamat bergabung. Perkenalkan, aku profesor Althea, pakar dalam bidang tanaman herbal,"
Para murid memperhatikan dengan seksama, profesor Althea mulai menjelaskan kepada murid-murid, "Sihir dan tanaman herbal memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tanaman herbal dapat digunakan sebagai bahan atau ramuan untuk ritual sihir apapun,"
"Dari ramuan yang sederhana hingga ramuan yang rumit, tanaman herbal adalah kunci untuk membuat ritual sihir berhasil. Begitu pula sebaliknya, sihir dapat digunakan untuk mempengaruhi pertumbuhan dan kekuatan tanaman herbal,"
"Sebagai contoh, dengan bantuan sihir, kita dapat membuat tanaman berkembang lebih cepat, tumbuh lebih besar, atau bahkan memperkuat efek penyembuhan dari tanaman herbal tertentu,"
Arriena yang menaruh minat pada sihir medis, mencoba menggali lebih dalam dari penjelasan Profesor Althea, "Bolehkah kami bertanya profesor, apakah ada keterkaitan antara sihir dan tanaman herbal yang lebih spesifik?"
Profesor Althea tersenyum, "Tentu saja. Beberapa jenis tanaman herbal memiliki kekuatan sihir yang sangat spesifik, tergantung pada jenis sihir yang ingin kita lakukan,"
"Sebagai contoh, tanaman Valerian dapat digunakan sebagai bahan sihir untuk membantu seseorang tidur dengan pulas, sementara Tanaman Mugwort dapat digunakan sebagai bahan sihir untuk memicu penglihatan dan pengalaman spiritual selama meditasi,"
Profesor Althea melihat ke arah para siswa, "kalian tidak mencatat?!" Tanyanya dengan tegas dan pandangan yang tajam, sontak para siswa merasa gugup dan mencari kertas gulungan masing-masing untuk mencatat materi, Arriena juga tersentak, ia agak merasa canggung karena ia yang bertanya namun ia juga yang tidak mencatat.
"Baiklah, mari kita lanjutkan, ada juga tanaman seperti Belladonna yang dapat digunakan sebagai bahan sihir untuk menciptakan ilusi semu atau membuka pintu ke dunia lain," lanjutnya sembari menulis ulang di papan tulis dengan gerakan sihirnya.
Profesor Althea melanjutkan materinya dengan keras, "Baiklah, jika ada satu pun dari kalian yang tidak mencatat, kalian akan kehilangan keberuntungan sihir selama satu hari penuh dan kalian harus melakukan tugas tambahan hingga kalian mengerti betul materi ini. Jangan sampai ketinggalan!"
Setelah mengatakannya, Profesor Althea kembali berbicara tentang bagaimana tanaman herbal dapat digunakan dalam sihir dan memberikan contoh lainnya.
"Mengerikan, ku pikir tadinya guru yang satu ini cukup ramah." Bisik Arriena kepada Celine.
"Baik anak-anak, ingatlah bahwa menggunakan tanaman dalam sihir bisa sangat berbahaya jika kalian tidak berhati-hati," kata Profesor Althea serius.
"Waw sepenting itu," sahut salah satu siswa.
"Tentu saja. Namun, kalian semua harus tahu bahwa membawa tanaman sihir ke sekolah tanpa izin juga bisa berdampak buruk pada diri kalian maupun orang lain di sekitar," ungkap Profesor Althea dengan pandangan tajam.
"Pada hari ini, khusus untuk materi, kita hanya akan membahas tanaman-tanaman sihir secara teori. Jangan mencoba menggunakan bahan-bahan yang belum kalian pahami dengan baik." Tegas Profesor Althea.
Saat itu, Celine bertanya dengan ragu, "Profesor, bagaimana cara kita bisa mengetahui apakah efek tanaman sihir yang digunakan itu aman atau berbahaya?"
Profesor Althea melemparkan senyum hangat saat ia menjawab pertanyaan Celine. "Baik pertanyaannya. Seperti halnya dalam ilmu alkimia, sihir juga membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian. Salah satu cara untuk mengetahui efek tanaman sihir adalah dengan memeriksa buku-buku kuno dan liku-likunya. Dan tentunya, dengan melatih diri secara teratur dan bertanya pada ahlinya."
"Pembelajaran cukup sampai disini, pertemuan berikutnya kita akan melakukan suatu praktek setelah kalian mendapat kelas masing-masing," Lanjutnya menyudahi kelas.
"Kumpulkan catatan kalian!"
Apa? Batin beberapa siswa dengan terkejut.
"Ah sial, Celine, apa kau menyatat? Aku tidak! Bagaimana ini?" Tanyanya panik, siapa sangka catatan itu harus di kumpulkan, Celine menyodorkan gulungan nya untuk Arriena.
"Cepat copy menggunakan mantera sihir," bisik Celine.
"Bodoh! Mana ada trik semacam itu, tidak etis," jawab cepat Arriena.
Profesor Althea menghela nafas, "dasar anak-anak baru, selalu begitu. Baiklah, kemasi barang-barang kalian dan pergi ke kelas selanjutnya." Ucapnya dengan meninggalkan ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments