Dengan wajah yang terlihat serius, Arriena menggabungkan beberapa tanaman herbal dengan cairan yang mengandung elemen air.
Ia sedang melakukan sebuah praktek dalam kelas medis.
Sialnya, senior pembimbing hari ini adalah Lillian, dengan wajah angkuh dan tidak nyaman untuk di pandang itu Lillian menatap Arriena.
Wajahnya yang sempurna dan tanpa cela mengambang dengan arogansi tak terbantahkan, mencitrakan bahwa dendam yang Lillian simpan terhadap Arriena mungkin masih berkobar di dalam dirinya.
"Hei, bisakah aku satu kelompok dengan mu?" tanya seorang lelaki yang pernah ia lihat di ujian tes sihir dalam melawan golem. Siswa terakhir yang mengguncangkan arena karena sihir elemen nya yang dengan takjub mengalahkan Golem.
Arriena melirik sekeliling, mencari wajah-wajah yang akrab di antara kerumunan siswa yang sibuk membentuk kelompok. Namun, tak ada seorang pun yang bisa dia kenali. Kelas medis adalah sesuatu yang tidak wajib diikuti oleh semua siswa. Hanya mereka yang tertarik dan bersemangat yang mengambil bagian, seperti Arriena. Kelas medis ibarat kelas ekstrakurikuler. Celine dan dia terpisah, karena Celine mengambil kelas lain.
"Silahkan duduk, kebetulan aku juga belum mendapatkan kelompok ku," jawab Arriena dengan senyum singkat mempersilahkan laki-laki itu duduk.
"Namaku Noe," ucap laki-laki itu memperkenalkan diri.
"Aku Arriena," balas singkat Arriena.
"Salam kenal, Arriena," ucap Noe. Suaranya bersahut-sahutan dengan suara angin yang lembut, seperti sentuhan melodi yang menyentuh jiwa.
Namun, suasana di antara mereka seketika menjadi canggung. Arriena terperangkap dalam keraguan, tak yakin dengan etiket yang seharusnya diikuti saat berkenalan. Haruskah dia menjulurkan tangannya, memulai simbol kebersamaan itu? Atau mungkin saat ini sudah cukup, dan tak perlu langkah yang terlalu formal?
Hening yang berkepanjangan hanya menambah kekisruhan dalam pikiran Arriena, dia tahu bahwa mereka berdua sama-sama merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Apa kau memang sudah menyukai medis dari sejak lama?" tanya Noe memecah keheningan.
Arriena sedikit tersentak, dengan spontan menganggukkan kepalanya, "ya, tapi aku berniat mendalami tentang medis saat saat ini saja, dari dulu aku selalu berlatih bersama teman kecilku, tetapi sekarang ia berada di akademi yang berbeda," balasnya.
"Ah, seperti itu," respon Neo singkat.
Suara Lillian kemudian mendominasi ruangan, semua pandangan siswa-siswi beralih ke arah Lillian berbicara.
"Jika kalian sudah membuat kelompok, maka sekarang perhatikan saat aku berbicara!" Ucapnya dengan lantang.
"Pertama, untuk materi hari ini adalah, membuat ramuan untuk menetralisir racun yang sengaja maupun tidak sengaja masuk ke dalam tubuh kita," ucapnya melanjutkan kata-katanya.
"Yang ke-dua, untuk mengetahui ramuan itu dapat bekerja dengan baik atau tidak, kita harus mengorbankan salah satu dari kalian untuk di minumkan racun."
Seisi kelas mendadak heboh.
"Jelas aku tidak mau. Jika ramuan itu gagal bagaimana? Apakah aku masih bisa hidup?"
"Siapa yang akan menjadi korban?"
"Praktek nya terlalu ekstrim, aku sedikit ngeri,"
"Bahkan kita masih pemula, dan dia bukanlah seorang profesor, tetapi sudah sangat berani melakukan praktek tes seperti ini,"
Dan berbagai celetuk kan ogah-ogahan lain nya dari para siswa-siswi yang bermunculan. Arriena melihat sekeliling, semua tidak mau mengorbankan diri, bahkan Arriena pun berpikir seperti itu, hidupnya masih panjang.
Jelas ia akan dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk percobaan jika di depannya ini adalah seorang profesor ahli medis.
Akan menjadi kabar buruk jika Lillian yang mengatur percobaan itu.
"Tenang, aku sudah memilih kelinci percobaan nya," ucap Lillian tersenyum miring.
Kehebohan di dalam kelas hampir reda setelah terdengar ucapan Lillian.
"Siapa orang itu?" tanya salah satu siswa berbisik kepada teman sekelompok nya.
"Entahlah, semoga saja bukan aku." Mohonnya dengan serius.
"Sebelum itu, aku ingin setiap kelompok membuat satu ramuan dasar yang terbuat dari daun mint dengan mantera sihir yang sudah kalian pelajari di kelas sebelumnya oleh profesor Althea." Perintah Lillian.
Arriena fokus dengan peralatan medis di mejanya.
"Hey, Neo. Apa kau siap?" tanya Arriena.
"Jelas, mari kita lakukan," balasnya dengan semangat.
Arriena dan Neo bekerja sama dengan penuh semangat dalam meracik ramuan dasar mereka. Mereka merasa tertantang dan antusias untuk melihat hasil dari percobaan ini. Sambil berdiskusi dan saling membantu, mereka menggiling daun mint dengan hati-hati, mencampurkannya dengan bahan-bahan lain yang diperlukan, dan menggunakan mantera sihir yang diajarkan oleh profesor Althea.
Sementara itu, siswa-siswi lainnya dalam kelompok-kelompok mereka juga terlihat serius dan fokus dengan tugas mereka. Ruangan dipenuhi dengan aroma harum dari daun mint dan energi kegembiraan anak-anak muda yang bersemangat untuk belajar dan bereksperimen.
Setelah beberapa waktu, ramuan dasar kelompok Arriena dan Neo berhasil diselesaikan. Mereka mengamati dengan hati-hati, memperhatikan perubahan warna dan aroma yang terjadi sebagai tanda bahwa ramuan mereka telah selesai.
Lillian berjalan dari satu kelompok ke kelompok lainnya, mengevaluasi setiap ramuan dasar yang telah berhasil dibuat. Wajahnya penuh kekaguman, mengakui usaha dan ketelitian yang siswa-siswi tunjukkan dalam mengikuti instruksinya.
"Sekarang saatnya tahap berikutnya," ucap Lillian dengan bersemangat. "Kita akan menguji keampuhan ramuan-ramuan ini."
Mata semua siswa-siswi memandang Lillian dengan campuran antara kegugupan dan antusiasme. Mereka tidak sabar untuk melihat hasil dari percobaan ini.
Lillian menjelaskan dengan jelas prosedur dan langkah-langkah yang harus diikuti. Dia menegaskan bahwa tidak ada yang harus khawatir, karena ramuan yang akan digunakan tidak berbahaya dan mereka akan melakukan pengawasan yang ketat untuk memastikan keselamatan setiap orang.
Siswa-siswi membentuk lingkaran di tengah ruangan, menciptakan ruang yang steril dan terkontrol untuk percobaan ini. Dengan hati-hati, Lillian menuangkan ramuan yang telah diberi racun ke dalam gelas kecil yang disediakan, sementara semua mata terfokus pada gelas tersebut.
"Seperti yang sudah aku katakan, tugas kalian adalah untuk memilih satu sukarelawan yang bersedia meminum ramuan ini," kata Lillian dengan suara lembut namun tegas. "Ingat, ini adalah kesempatan untuk mempelajari dan mengamati efek dari ramuan yang telah kalian buat. Tidak ada yang akan terluka atau menjadi sasaran bahaya."
Panjang peneguhan penuh keyakinan berhasil mengurangi sedikit tegangnya suasana di ruangan. Siswa-siswi mengadakan diskusi singkat di kelompok-kelompok mereka untuk memilih sukarelawan yang paling cocok dan berani mencoba ramuan ini.
Setelah beberapa saat, seorang siswi bernama Maya dengan mantap mengangkat tangan dan ingin menjadi sukarelawan. Wajahnya terlihat penuh keberanian dan antusiasme untuk menjadi bagian dari percobaan ini.
"Tunggu!" teriak salah satu siswa.
"Bukankah kau tadi mengatakan bahwa sudah ada kelinci percobaan mu?" lanjutnya.
Lillian tersenyum, "ya, benar. Tetapi apakah kelinci itu mau menjadi sebuah percobaan?" tanyanya.
"Jika sudah di tentukan oleh mu, mau tidak mau ia harus melakukannya," balas siswa tersebut.
"Benar, bukan?" tanya nya kepada murid-murid di kelas, hampir semua mengangguk setuju.
"Baiklah,"
"Kau, Arriena!" panggil Lillian menunjuk ke arah nya.
"Sialan, sudah aku duga." Batin Arriena kesal.
Semua mata memandangnya, Arriena dengan perlahan bangkit lalu berjalan kearah Lillian.
Lillian memberikan gelas kecil berisi ramuan yang telah diberi racun kepada Arriena. Semua mata memandang, mengamati setiap gerakan dan reaksi dari sukarelawan tersebut. Sukarelawan? Jelas ini adalah sebuah pemaksaan pikir Arriena.
Arriena memegang gelas dengan erat, menghela napas, dan akhirnya meminum ramuan tersebut dengan tegar. Sepertinya waktu berhenti sejenak, dan ruangan menjadi hening dalam antisipasi yang intens.
Tunggu apa yang akan terjadi dengan Arriena setelah meminum ramuan tersebut? Apakah ramuan itu berhasil dan aman? Semua pertanyaan ini tergantung pada hasil percobaan yang sedang mereka lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Dwi Sulistyaningsih
gantung nih bikin penasaran aja
2023-07-08
1