Kedekatan Arfin dan amarah Wisnu

Ting

Eleena memeriksa notifikasi yang muncul di ponsel yang sedang dia genggam. Jari Eleena bergerak membuka Instagram dan beralih ke DM yang datang dari Arfin

Eleena memutar bola matanya malas, setelah kejadian tadi siang Eleena malas berhubungan dengan siapapun yang ada hubungannya dengan Wisnu, si pria rese yang menuduh Eleena.

^^^Arfin:^^^

^^^El, lo marah sama gue?^^^

^^^Kalau marah sama gue, gue minta maaf ya^^^

Anda:

Gk. Gue gk marah

^^^Arfin:^^^

^^^El, sorry^^^

Anda:

Gue gak marah sama lo Fin, tapi gue kesel sama temen lo yang gak tau diri itu

^^^Arfin:^^^

^^^I know, memang Wisnu keterlaluan tadi^^^

^^^Tapi jangan marah sama gue El^^^

Anda:

Siapa yang marah sama lo. Gue gak marah, gue cuma kesel aja

^^^Arfin:^^^

^^^El, gue minta nomor telepon lo boleh?^^^

^^^I think, we need talk. Gue mau semuanya clear^^^

Anda:

0821xxxxx

Tuh, gue juga bosen ngobrol sama lo lewat DM

Setelah Eleena memberi Arfin nomor teleponnya, Eleena langsung mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. Mungkin itu Arfin pikir Eleena maka dari itu gadis itu menjawab panggilan itu.

"Halo," sapa Eleena.

"El, gue Arfin," balas Arfin di seberang sana.

"Kenapa Fin? Harus banget nelfon gue?" Eleena membuka balkon kamar, duduk di sana.

"El, gue pengin minta maaf soal yang tadi. Sorry banget ya, lo pasti kesel banget karena Wisnu. Gue sebagai temannya Wisnu minta maaf atas nama dia sama lo," ujar Arfin. Eleena termenung mendengar kata-kata Arfin, selain laki-laki yang baik Arfin juga teman yang baik. Dia bahkan tidak malu untuk meminta maaf atas nama temannya padahal temannya sendiri tidak merasa bersalah sama sekali.

"Seharusnya bukan lo yang minta maaf sama gue, Fin," kata Eleena.

Arfin yang berada di kamarnya membetulkan posisi duduknya. "Gue tahu El, tapi kalau lo nunggu Wisnu buat minta maaf sama lo, itu nggak akan pernah terjadi. Jadi, untuk nenangin amarah lo gue aja yang minta maaf, karena gue juga takut lo nggak mau temenan sama gue lagi nanti."

Eleena terkekeh kecil, "Fin, gue bakal tetap temenan sama lo kok, karena gue tau lo nggak salah dalam hal ini. Gue nggak sekanak-kanakan itu sampai-sampai harus marah sama orang yang nggak bersalah cuma karena tingkah temennya yang ngeselin," balas Eleena.

"Oh bagus deh, kalau lo masih mau temenan sama gue." Eleena di seberang sana menggelengkan kepalanya heran karena perilaku Arfin yang agak sedikit membuatnya tertawa dan kagum juga. "El, apa besok lo mau makan sama gue?" Setelah mempersiapkan keberanian sedari tadi akhirnya Arfin berani mengucapkan kata itu pada Eleena.

"Makan? Ke mana?"

"Ke kafe atau restoran gitu. Lo bisa pilih tempat manapun yang lo suka, gue traktir," jawab Arfin. Lelaki itu sangat berharap bahwa Eleena menyetujui ajakannya kali ini. Ia sangat ingin mengenal Eleena lebih dalam.

"Boleh." Arfin menjauhkan ponselnya, melompat kegirangan dengan pelan agar Eleena tidak mendengar. Arfin mengatur napasnya agar terdengar biasa-biasa saja.

"Besok kita pergi bareng ya El."

"Ya."

"El!" Suara dari luar mengalihkan perhatian Eleena. "Udah dulu ya Fin, ada yang manggil gue. Bye."

Eleena mematikan panggilan mereka. Dan Arfin memeluk gulingnya di kamar. Ia mulai berkhayal apa yang akan dia lakukan dan dia katakan saat makan bersama Eleena nanti.

"Semoga nggak ada yang ganggu deh," gumam Arfin.

...*****...

Arfin keluar dari kelasnya sangat bersemangat hari ini. Lelaki itu tersenyum sepanjang dia berjalan. Dia menyapa orang-orang kampus dan berhenti sejenak untuk menggoda para gadis tentunya.

"Gue nggak tau kenapa lo selalu seimut ini," puji Arfin, menyenderkan tubuhnya di dinding dan menatap gadis di depannya dengan tatapan nakal. Gadis yang dipuji Arfin tersipu. "Lo buat hati gue meleleh, Babe." Gadis itu mendorong Arfin, pergi dari Arfin dalam keadaan masih sangat tersipu.

Arfin tertawa melihat ekspresi gadis itu, dia kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas Eleena. Setibanya di kelas Eleena, Arfin melihat-lihat di mana Eleena berada. Ternyata gadis itu sedang berbicara dengan seseorang. Arfin menahan dirinya untuk tidak masuk ke dalam dan menunggu Eleena sendiri yang keluar.

Eleena keluar kelas bersama dengan gadis yang tadi mengajaknya ngobrol. "El," panggil Arfin. Eleena menoleh ke Arfin, dia menyuruh temannya itu untuk pergi lebih dulu.

"Cepat banget ya, Fin." Arfin tersenyum malu. "El!" Seorang gadis menepuk pundak Eleena dari belakang. Eleena menoleh ke gadis yang ternyata itu adalah Melinda.

"Pulang bareng yuk," ajak Melinda, menarik tangan Eleena. Tapi Eleena mencegahnya. "Mel, gue ada janji pergi sama orang." Melinda melihat laki-laki di belakang Eleena. Matanya terbelalak dalam pandangan pertama Melinda sudah terpesona oleh aura yang dipancarkan Arfin.

"Ganteng," gumamnya. Melinda menggeser Eleena dan mendekat ke Arfin. "Your name." Melinda mengulurkan tangannya. Arfin membalas uluran tangan Melinda. "Arfin, gue Arfin Fano Alyas."

"Melinda Putri Agustama. Gue sepupu Eleena." Arfin agak sedikit terkejut mendengar nama lengkap Melinda. Ternyata Melinda berasal dari keluarga terpandang.

"Gue—"

"Udah yuk Fin, kita langsung pergi aja." Eleena memisahkan jabatan tangan Melinda dan Arfin. Gadis itu melambaikan tangan ke Melinda dan mengajak Arfin pergi dari sana.

"I like Him," gumam Melinda. "Gue mau dia jadi milik gue."

Sementara Melinda masih terus mengingat Arfin, di sini Arfin dan Eleena sudah masuk ke dalam mobil Arfin. Mereka pergi ke tempat yang sudah Eleena beritahu pada dirinya sewaktu perjalanan menuju tempat parkir.

Tanpa mereka sadari karena terlalu asik berbincang mobil Wisnu mengikuti mereka dari belakang. Wisnu melihat Arfin memasukkan cewek rese, maksudnya Eleena ke dalam mobilnya. Wisnu ingin melihat bagaimana cara Arfin menaklukkan Eleena dan membuat gadis yang mempermalukannya itu menderita.

Setibanya di sana, Eleena dan Arfin duduk di kafe langganan Eleena. Seorang pelayan menghampiri mereka dan memberikan papan menu. Saat Eleena dan Arfin sibuk memilih apa yang ingin mereka makan, Wisnu masuk ke dalam kafe dan hal yang pertama Wisnu lihat adalah Arfin bersama cewek rese yang Wisnu benci. Wisnu memakai topi yang ia keluarkan dari mobilnya, dia memakai topi itu dan mencari tempat duduk.

Kebetulan ada pelanggan yang pergi, jadi Wisnu bisa duduk di sana. Wisnu duduk tepat di belakang Arfin dan Eleena, dari jarak yang pas ini Wisnu bisa lebih mudah memantau Arfin dan cewek rese itu.

Setelah mencatat pilihan Arfin dan Eleena, pelayan itu pergi. Dan pelayan lain berganti mendatangi tempat Wisnu. Wisnu berdecak saat pelayan itu menghampiri dia.

"Americano satu," ucap Wisnu, menyuruh pelayan itu cepat-cepat pergi dari hadapannya. "Ganggu banget sih pelayan tadi," gerutu Wisnu.

Wisnu terus menatap ke arah Arfin dan Eleena yang sibuk sekali mengobrol.

"El, gue nggak tau ternyata selera lo bagus juga. Kafe nya cantik." Arfin melihat-lihat interior dari kafe ini. Interiornya indah sangat memanjakan mata.

"Tempat ini sering gue datangi. Gue suka interior yang soft kayak gini. Dan biasanya di sini gue baca buku," jelas Eleena. Arfin semakin bersemangat untuk mengetahui tentang Eleena lebih dalam. Arfin sudah menyiapkan banyak pertanyaan sejak tadi malam, mungkin sekarang saatnya dia menanyakan hal itu.

"Lo suka baca buku, El? Buku jenis apa?" Bertepatan dengan pertanyaan Arfin seorang pelayan datang membawakan kopi yang tadi dipesan Eleena dan Arfin.

"Tunggu sebentar lagi untuk makanannya. Terimakasih." Pelayan itu pergi dari sana.

Arfin menyentuh tangan Eleena, meminta gadis di depannya ini menjawab pertanyaan tadi. "Ah iya, gue suka baca buku. Kadang novel terkadang buku self improvement, kadang buku-buku yang berkaitan dengan matkul gue."

"Rajin banget baca buku. Gue lebih rajin main game," balas Arfin. "Coba deh sesekali baca buku, lo bakal ketagihan," kata Eleena, menyedot minumannya.

"Selain baca buku, lo punya hobi apalagi El?" Arfin kembali bertanya. "Emmm, gue pikir gue suka ngelukis. Kayak tenang aja gitu bawaannya."

Arfin mengangguk pelan, dari segi hobi saja Arfin sudah kalah telak dari Eleena. Hobi Eleena sangat positif sekali, berbeda dengan Arfin yang hobinya berbicara sendiri, main game, berguling-guling di kamarnya, menggoda para gadis. Tidak ada satupun hobi Arfin yang bermanfaat.

"Kalau lo?" tanya Eleena. Arfin menatap Eleena bingung. "Apa hobi lo?"

Arfin menggeleng. "Gue nggak punya hobi, nggak punya kelebihan juga. Tapi kalau lo tanya apa kelemahan gue, gue bisa jawab sih," jawab Arfin. Eleena menggeleng sembari menelan minumannya. "Nggak Fin, setiap manusia punya hobi dan kelebihan sendiri-sendiri pasti lo punya juga."

"Enggak El, gue nggak punya apa-apa yang bisa dibanggakan," jelas Arfin. "Oke, gue pengin denger apa prestasi lo?" tanya Eleena serius.

Arfin menghela napas panjang. "Kelebihan aja gue nggak punya El, apalagi prestasi."

"Enggak. Pasti ada." Eleena tetap bersikeras bahwa Arfin punya kelebihan.

"Oke, oke, gue ingat-ingat dulu apa prestasi gue." Arfin terdiam sejenak, memikirkan apa prestasi yang bisa dia pamerkan pada gadis ini. "Dulu, waktu gue SD, gue pernah dapat kejuaraan badminton tingkat provinsi, walaupun cuma dapat perunggu. Terus waktu SMP, gue diam-diam ikut kompetisi modeling, dan ternyata gue lolos. Gue lolos sampai babak Final walaupun gue nggak menang saat itu."

"Serius? Lo bisa modeling?" Arfin mengangguk bangga. "Tapi gue nggak ngasih tau siapapun saat gue daftar modeling termasuk bokap gue sendiri. Dan pas bokap gue tau gue ikut modeling dia marah sama gue. Dan gue pikir-pikir itu lomba terkonyol yang pernah gue ikutin sepanjang gue hidup." Arfin terkekeh mengingat bagaimana marahnya ayahnya saat tau dia mengikuti lomba seperti itu.

"Terus, waktu gue SMA, gue selalu masuk lima besar di kelas gue. Makanya gue masuk Ilmu Komunikasi lewat jalur SNMPTN atau sekarang namanya SNBP lah. Dan bodohnya waktu itu, gue cuma ngisi pilihan satu doang karena gue ngebet banget pengin masuk Komunikasi dan nggak mau manajemen. Dan lihat, gue berakhir dimarahi sampai sekarang." Arfin yang awalnya bercerita dengan semangat, kini mulai melesu. Permintaan ayahnya untuk ia meninggalkan Komunikasi membuat Arfin masih sakit hati.

Eleena yang menyadari perbedaan di raut wajah Arfin, mengelus telapak tangan Arfin. "It's okay. Masalah yang kemarin nggak usah terlalu dipikirin. Mending fokus aja sama makanan lo tuh." Arfin melihat ke meja mereka dan benar sudah ada makanan yang tadi Arfin pesan. Arfin memijit pelipisnya karena terlalu terbawa perasaan Arfin bahkan sampai tidak sadar kapan makanan itu datang.

Kebersamaan Eleena dan Arfin membuat amarah Wisnu kembali lagi. Lelaki itu memukul meja yang menjadi tempat tangannya bertumpu. "Arfin kurang ajar. Bukannya buat cewek rese tu menderita malah dia cengengesan sama cewek gila itu."

"Semoga jatuh minuman lo!" Wisnu menyumpahi Arfin karena rasa jengkelnya terhadap Arfin. Dan benar saja, tak lama minuman Arfin jatuh terkena senggolan dari seorang pelayan dan menumpahi kemeja Arfin. Wisnu sempat terheran ternyata sumpahnya bisa jadi kenyataan juga.

"El, gue ke toilet dulu." Arfin pergi ke toilet untuk membersihkan tumpahan kopi dari kemejanya. Dan kesempatan ini Wisnu manfaatkan untuk mengikuti Arfin.

"Ceroboh banget sih pelayan tadi," omel Arfin, membersihkan tumpahan kopi. Saat Arfin sedang fokus membersihkan tumpahan kopi ada tangan yang menarik baju Arfin sehingga laki-laki itu berbalik ke belakang.

Dan orang yang menarik baju Arfin adalah Wisnu. Wisnu menarik kerah Arfin kuat, hampir membuat lelaki malang ini tercekik.

"Fin, gue nyuruh lo buat bikin cewek rese itu menderita. Bukan malah lo deketin dia bego!" Arfin melepaskan cengkraman tangan Wisnu dari kerahnya. Arfin membetulkan kemejanya yang berantakan.

"Wis, lo tenang aja, permintaan lo itu bakal terlaksana. Justru ini bagian awal dari aksi gue. Seperti yang lo bilang gue bakal bikin El jatuh cinta sama gue. Sampai dia mau sukarela nyerahin tubuhnya buat gue," jelas Arfin. "Lewat pendekatan yang gue lakuin sama El, gua yakin dia bakal jatuh dalam perangkap gue. Karena setelah gue pikir-pikir yang lo bilang bener. Kesempatan cuma terjadi sekali."

Wisnu tersenyum, dia tak menyangka bahwa Arfin punya aksi yang perlahan tapi pasti. Arfin ternyata lebih cerdas dari yang Wisnu bayangkan. Wisnu tak salah pilih orang untuk membantunya menjebak Eleena.

"Gue mau nyicipin tubuh El. Jadi gue bakal jalani rencana lo. Anggap aja pembalasan lo udah selesai, Wis. Lo pulang ke rumah lo dengan tenang, jangan pikirin hal ini. Semuanya beres kalau udah sama gue." Arfin menepuk pundak Wisnu dan kembali membersihkan noda kopi yang belum sepenuhnya hilang.

"Gue pergi." Wisnu keluar dari toilet berjalan menuju mobilnya. Dia membuka topinya, melajukan mobilnya pergi dari sana dengan perasaan bahagia. "Arfin terbaik," batin Wisnu.

Episodes
1 Prolog
2 Putra Tunggal Aksanta
3 Gadis cantik di bar
4 Laki-laki sombong
5 Keributan kecil
6 Keluarga
7 Rencana Arfin
8 Lelaki itu lagi
9 Arfin Fano Alyas
10 Perintah Wisnu
11 Malam Eleena
12 Kartu Wisnu
13 Kedekatan Arfin dan amarah Wisnu
14 Melinda menyukai Arfin?
15 Taman
16 Lumpur dan Eleena
17 Surat pemanggilan
18 Tentang masalah kemarin
19 Pertemuannya dengan seseorang
20 Kepercayaan Eleena
21 Kegundahan Arfin
22 Bertemu kembali
23 Bar
24 Malam bersama Arfin
25 Perjodohan?
26 Makan malam
27 Waktu bersamanya
28 Ide Rama
29 Arfin mundur
30 kecemburuan Putra Aksanta
31 Keisengan Wisnu
32 Kerjasama Rama
33 Drama makan malam
34 Tertangkap
35 Bantuan Eleena
36 Tidak asing
37 Malam hari di Kediaman Aksanta
38 Bunga untuk dia
39 Nomor Eleena
40 Perjodohan lagi
41 Menghindar
42 Panas
43 Kisah di kala hujan
44 Pacar Wisnu
45 Perjalanan kencan Putra Aksanta
46 Perjalanan kencan Putra Aksanta part 2
47 Sarapan di kediaman Aksanta
48 Kerikil dan Pertengkaran kecil
49 Waktu yang tak disengaja
50 Gadis itu baik
51 Sesuatu di Rooftop
52 Bujukan Arfin
53 Perjalanan ke rumah Eleena
54 Foto di nakas
55 Bunga untuk siapa?
56 Selalu Rama bukan Juna
57 Jangan bongkar identitasmu
58 Makan malam di kediaman Aksanta
59 Perlakuan romantis Putra Aksanta
60 Jepitan Eleena
61 Usulan
62 Obrolan bersama Arfin
63 Valentine
64 Kencan tanpa disengaja
65 Kencan tanpa disengaja part 2
66 Kencan tanpa disengaja part 3
67 Mengenal lebih dekat
68 Tentang Wisnu
69 Air mata di halte
70 Bersama di bar
71 Kemarahan Arjuna
72 Hujan hari ini
73 Pembicaraan bersama
74 Sakit
75 Kekhawatiran Eleena
76 Suatu Malam
77 Ungkapan perasaan Melinda
78 Undangan
79 Makan malam di kediaman Dirgantara
80 Ketidaksengajaan di makan malam
81 Cinta
82 Permintaan di bar
83 Dibohongi
84 Cinta menurut Sinta
85 Menghindar
86 Waktu bersama
87 Keributan hari ini
88 Kebingungan
89 Pertanyaan baru
90 Ketahuan
91 Ajakan ke mall
92 Mall hari ini
93 Kafe dan Arfin
94 Rumah Arfin
95 kebenaran Eleena
96 Terkejut
97 Eskrim dan Arfin
98 Pesona Putra Aksanta dan teman-temannya
99 Perseteruan
100 Menyesal
101 Today...
102 Let's break up
103 Rindu
104 Siapa itu?
105 Kecemasan
106 Eleena menghilang
107 Diculik
108 Semakin panik
109 Pencarian
110 Penyelamatan Eleena
111 Patah hati
112 Kebetulan
113 Acara Penting
114 Aksanta atau Agustama?
115 Satu persatu mulai terungkap
116 Rencana berujung Cinta
117 Pengakuan cinta
118 Perayaan patah hati
119 Fakta baru
120 Kesedihan Wisnu
121 Undangan Eleena
122 Ulang tahun Eleena
123 Air mata di ulang tahun
124 Malam keributan
125 Tragedi
126 Kritis
127 Penyesalan dan ancaman
128 Terungkapnya kebenaran
129 Penyakit
130 Lucu
131 Foto
132 Fakta Eleena
133 Kemarahan Sinta
134 Rumah Aksanta dan kegilaan di sana
135 Hari pertama di rumah Aksanta
136 Cinta Rama pada Sinta
137 Kebencian Sinta untuk Rama
138 Orang itu petunjuk
139 Perlakuan kasar Aksanta
140 Rumah Agustama
141 Semua itu rencana licik
142 Bar dan Rama
143 Setelah kebenaran itu
144 Perihal melepaskan
145 Berpisah
146 Ingin kembali berteman
147 Bebas
148 Tidak akan kembali bersama
149 Today with you
150 Perihal mengikhlaskan
151 Pesta Putra Aksanta
152 Semua yang terbaik
153 Will you marry me?
154 Gaun
155 Cincin dan Cinta
156 Janji suci pernikahan
157 Epilog
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Prolog
2
Putra Tunggal Aksanta
3
Gadis cantik di bar
4
Laki-laki sombong
5
Keributan kecil
6
Keluarga
7
Rencana Arfin
8
Lelaki itu lagi
9
Arfin Fano Alyas
10
Perintah Wisnu
11
Malam Eleena
12
Kartu Wisnu
13
Kedekatan Arfin dan amarah Wisnu
14
Melinda menyukai Arfin?
15
Taman
16
Lumpur dan Eleena
17
Surat pemanggilan
18
Tentang masalah kemarin
19
Pertemuannya dengan seseorang
20
Kepercayaan Eleena
21
Kegundahan Arfin
22
Bertemu kembali
23
Bar
24
Malam bersama Arfin
25
Perjodohan?
26
Makan malam
27
Waktu bersamanya
28
Ide Rama
29
Arfin mundur
30
kecemburuan Putra Aksanta
31
Keisengan Wisnu
32
Kerjasama Rama
33
Drama makan malam
34
Tertangkap
35
Bantuan Eleena
36
Tidak asing
37
Malam hari di Kediaman Aksanta
38
Bunga untuk dia
39
Nomor Eleena
40
Perjodohan lagi
41
Menghindar
42
Panas
43
Kisah di kala hujan
44
Pacar Wisnu
45
Perjalanan kencan Putra Aksanta
46
Perjalanan kencan Putra Aksanta part 2
47
Sarapan di kediaman Aksanta
48
Kerikil dan Pertengkaran kecil
49
Waktu yang tak disengaja
50
Gadis itu baik
51
Sesuatu di Rooftop
52
Bujukan Arfin
53
Perjalanan ke rumah Eleena
54
Foto di nakas
55
Bunga untuk siapa?
56
Selalu Rama bukan Juna
57
Jangan bongkar identitasmu
58
Makan malam di kediaman Aksanta
59
Perlakuan romantis Putra Aksanta
60
Jepitan Eleena
61
Usulan
62
Obrolan bersama Arfin
63
Valentine
64
Kencan tanpa disengaja
65
Kencan tanpa disengaja part 2
66
Kencan tanpa disengaja part 3
67
Mengenal lebih dekat
68
Tentang Wisnu
69
Air mata di halte
70
Bersama di bar
71
Kemarahan Arjuna
72
Hujan hari ini
73
Pembicaraan bersama
74
Sakit
75
Kekhawatiran Eleena
76
Suatu Malam
77
Ungkapan perasaan Melinda
78
Undangan
79
Makan malam di kediaman Dirgantara
80
Ketidaksengajaan di makan malam
81
Cinta
82
Permintaan di bar
83
Dibohongi
84
Cinta menurut Sinta
85
Menghindar
86
Waktu bersama
87
Keributan hari ini
88
Kebingungan
89
Pertanyaan baru
90
Ketahuan
91
Ajakan ke mall
92
Mall hari ini
93
Kafe dan Arfin
94
Rumah Arfin
95
kebenaran Eleena
96
Terkejut
97
Eskrim dan Arfin
98
Pesona Putra Aksanta dan teman-temannya
99
Perseteruan
100
Menyesal
101
Today...
102
Let's break up
103
Rindu
104
Siapa itu?
105
Kecemasan
106
Eleena menghilang
107
Diculik
108
Semakin panik
109
Pencarian
110
Penyelamatan Eleena
111
Patah hati
112
Kebetulan
113
Acara Penting
114
Aksanta atau Agustama?
115
Satu persatu mulai terungkap
116
Rencana berujung Cinta
117
Pengakuan cinta
118
Perayaan patah hati
119
Fakta baru
120
Kesedihan Wisnu
121
Undangan Eleena
122
Ulang tahun Eleena
123
Air mata di ulang tahun
124
Malam keributan
125
Tragedi
126
Kritis
127
Penyesalan dan ancaman
128
Terungkapnya kebenaran
129
Penyakit
130
Lucu
131
Foto
132
Fakta Eleena
133
Kemarahan Sinta
134
Rumah Aksanta dan kegilaan di sana
135
Hari pertama di rumah Aksanta
136
Cinta Rama pada Sinta
137
Kebencian Sinta untuk Rama
138
Orang itu petunjuk
139
Perlakuan kasar Aksanta
140
Rumah Agustama
141
Semua itu rencana licik
142
Bar dan Rama
143
Setelah kebenaran itu
144
Perihal melepaskan
145
Berpisah
146
Ingin kembali berteman
147
Bebas
148
Tidak akan kembali bersama
149
Today with you
150
Perihal mengikhlaskan
151
Pesta Putra Aksanta
152
Semua yang terbaik
153
Will you marry me?
154
Gaun
155
Cincin dan Cinta
156
Janji suci pernikahan
157
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!