Sebelum bel masuk berbunyi.
Syah yang datang menghampiri Zee dengan senyum hangat dan sapaan ramah, mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan berkenalan.
"Hai, aku Syah Reza. Senang bertemu denganmu."
Deg deg deg
Zee, merasakan jantungnya berdebar. Dia membalas dendam tersenyum dan menjabat tangan Syah yang sedang memperkenalkan dirinya.
"A-ku, Zee."
Syah kemudian melanjutkan percakapan dengan berbasa-basi, menanyakan minat dan hobi kepada Zee, menunjukkan pesonanya untuk mengenalnya lebih jauh. Dia mendengarkan tanggapannya dengan penuh perhatian, mengangguk dan sesekali mengajukan pertanyaan lanjutan.
Zee jadi merasa nyaman dan membuka diri terhadap Syah yang terkesan lembut dengan rasa ingin tahunya yang tulus dan sikapnya yang baik.
Ini memang keahlian Syah Reza, yang terkenal play boy. Tapi pada kenyataannya semua orang tidak peduli. Dia tetap populer dan banyak cewek-cewek cantik yang mengidolakannya.
Saat percakapan berlanjut, Syah memuji Zee atas kecerdasannya, membuat Zee tersipu-sipu malu. Hal ini membuat Zee merasa istimewa untuk seorang Syah Reza.
Sepanjang percakapan mereka, Syah mempertahankan nada lembut, hormat dan sopan. Menunjukkan pemahamannya tentang batasan. Dia memastikan Zee merasa nyaman dan menghargai pendapat dan pemikirannya. Kata-kata baik yang diucapkan Syah, minat yang tulus, dan kepribadian menawan meninggalkan kesan di hatinya Zee, membuat jantungnya terus berdebar kencang.
"Apakah kamu mau menemaniku makan malam?" tanya Syah sebelum pergi.
Tatapannya yang teduh seperti orang yang memohon. Dan Zee, tidak kuasa menolak pesona Syah yang memang susah dilupakan.
Zee, terpikat oleh pesona Syah sehingga tidak bisa menolak dan akhirnya mengangguk setuju.
Syah Reza terpaksa pamit, sebab bel masuk sekolah sudah berbunyi.
Setelah bel berbunyi, kerumunan siswa-siswi di kelas Zee juga bubar. Tapi, Zee berpikir ada yang aneh. Meski Syah berlaku lembut, baik dan mengajaknya makan malam, tapi sistem tidak menganggap Syah sebagai teman Zee. Ini membuatnya curiga. Namun begitu, Zee tidak mempermasalahkan. Dia sudah terlanjur tertarik dengan pesona wajah tampan yang dimiliki oleh Syah. Dia langsung melupakan peringatan yang diberikan oleh sistem.
***
Malam telah tiba, dan Syah telah sampai di depan pintu panti tempat Zee tinggal. Panti memiliki desain bangunan yang elegan, meskipun sudah berusia tua, dengan taman yang indah di sekitarnya.
Syah, dengan tampilan yang rapi dan bersemangat, menunggu dengan sabar sambil memegang sebuah buket bunga mawar merah sebagai hadiah kecil untuk Zee.
Ketika Zee keluar dari pintu panti, dia terlihat cantik dengan gaun malamnya yang sederhana. Dia merasa sedikit gugup karena ini adalah pertemuan mereka yang pertama kali di luar panti, dengan maksud bukan untuk belajar.
Zee, tersenyum malu-malu, menatap Syah dengan mata berbinar.
"Sempurna," puji Syah lihat penampilan, Zee.
Dengan wajah memerah malu, Zee mengangguk setuju. Mereka berdua kemudian pergi ke hotel bintang 5 yang telah dipilih oleh Syah untuk makan malam.
[Ting]
[Bukan teman, Nona Zee.]
Tiba-tiba notifikasi sistem kembali memberikan peringatan, di saat Zee sudah dalam perjalanan bersama dengan Syah Reza.
Saat ini mereka dalam perjalanan menuju ke tempat makan malam.
Namun, setiap kali peringatan keberatan itu muncul, wajah tampan Syah dan sikap yang baik kembali menyerang hati Zee. Ketampanan Syah mampu mempengaruhi pikiran dan emosinya, membuatnya melepaskan tuduhannya dan memilih untuk fokus sikap dan ajakan Syah saja. Dia memilih untuk menekan keraguan tersebut dan memberikan kesempatan pada perasaan yang berkembang di dalam hatinya yang merasa diperhatikan.
Zee mencoba menenangkan dirinya dengan berpikir bahwa mungkin sistem tidak sepenuhnya akurat atau ada alasan lain mengapa Syah tidak terdaftar sebagai teman di dalamnya.
'Kenala ya? Atau, mungkin karena Syah yang kemarin tidak sempat mengucapkan terima kasih padaku. Justru Ryan yang mengucapkan terima kasih meskipun dengan nada ketus dan sinis,' batin zee mencoba menganalisa.
Dengan pikiran yang bercampur aduk, Zee berusaha tenang, melanjutkan perjalanannya dengan Syah. Dia terus mencoba menikmati momen yang mereka lakukan bersama dan berharap bahwa apa yang dia rasakan benar-benar nyata dan tulus.
[Ting]
[Bukan teman, Nona Zee.]
Dalam hati yang bingung, Zee mengacaukan situasi dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan seputar peringatan dari sistem yang terus ada panjang perjalanan.
Dia bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang tidak diketahuinya tentang Syah?
Apakah ada alasan khusus mengapa sistem tidak mengakui Syah sebagai temannya?
Apakah ini hanya kebetulan atau ada sesuatu yang lebih dalam?
Zee berusaha menganalisis situasi secara objektif, namun rasa penasarannya terus mengganggu pikirannya. Dia bertanya-tanya, apakah Syah memiliki niat baik ataukah ada motif tersembunyi di balik perbuatan baiknya?
Apakah ini hanya pertemuan biasa atau mungkin ada sesuatu yang lebih dari itu?
Zee terus bertanya-tanya, apakah dia harus mendengarkan instingnya yang merasa ada yang tidak beres dengan notif ini, atau apakah dia harus memberikan kesempatan pada potensi hubungan yang sedang berkembang dengan seseorang seperti Syah?
Apakah dia akan membiarkan penilaian sistem, dan mengabadikannya, sehingga tidak mempengaruhi penilaiannya tentang seseorang? Dan ini tentang Syah Reza.
Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di dalam pikiran Zee, menimbulkan kebingungan yang melelahkan hatinya. Dia ingin mencari jawaban yang jelas, namun sulit memutuskan karena adanya rasa ketertarikan dan pesona yang terasa begitu kuat dari Syah, yang kini duduk dekat dengannya.
Hal yang tidak pernah berani dia bayangkan sebelumnya.
Dalam kebingungannya, Zee berusaha mencari petunjuk-petunjuk kecil dalam interaksi mereka, mencari kejelasan dan kejujuran dalam kata-kata dan tindakan Syah. Dia berharap dapat menemukan jawaban yang memuaskan dan meredakan keraguan yang mengganggunya.
Tanpa terasa, perjalanan mereka sudah berakhir. Sebuah restoran yang dipenuhi cahaya lembut dari lampu-lampu gantung yang menghadirkan atmosfer yang intim, menunggu di depan mata Zee.
"Ayo," ajak Syah Reza, dengan membuka pintu mobil untuk Zee.
Merasa senang dan kagum atas perlakuan Syah, Zee menepis keraguan yang ada di dalam hati dan pikirannya atas notifikasi sistem.
Sekarang mereka duduk di meja yang terletak di sudut ruangan, memberikan privasi bagi mereka berdua.
Setelah memesan minuman, Syah mengambil napas dalam-dalam, menatap Zee dengan lembut, dan berkata, "Zee, selama kita sesi tadi, aku merasa kita memiliki banyak kesamaan dan chemistry yang luar biasa. Aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi."
Zee, tersenyum senang, kemudian menjawab, "Tentu, Syah. Aku juga merasa nyaman dan senang berbicara denganmu."
Syah tersenyum lega mendengar jawaban dari Zee. Dia melanjutkan, "aku ingin membuat malam ini spesial. Aku telah memesan meja di restoran ini karena atmosfernya yang romantis. Aku ingin menghabiskan waktu yang nyaman tanpa gangguan denganmu, berbagi cerita dan tawa."
Zee merasakan kehangatan dan kejujuran dalam kata-kata Syah. Dia menjawab dengan senyuman, "Aku sangat berterima kasih, Syah. A-ku, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaanku yang sangat berbeda kali ini."
Mereka kemudian menikmati makan malam mereka dengan percakapan yang mengalir dengan alami. Syah terus memperhatikan Zee dengan penuh perhatian, menggambarkan minat padanya. Mereka tertawa bersama dan semakin memperdalam perasaan yang sama di antara mereka.
Percakapan mereka penuh dengan tawa, ketertarikan, dan rasa saling menghargai. Mereka menghabiskan waktu yang menyenangkan dan saling bertukar cerita tentang hidup, impian, dan harapan mereka.
Selama makan malam, Syah tidak ragu untuk menyatakan kekagumannya pada Zee. Dia berkata, "Zee, aku ingin kamu tahu bahwa aku merasa beruntung bisa menghabiskan waktu bersama malam ini. Kamu benar-benar istimewa, dan aku berharap kita bisa melanjutkan ini nanti, bersama-sama."
Zee tersenyum haru dan merasa nyaman dengan kejujuran Syah. Dia menjawab, "Terima kasih, Syah."
Tapi, di balik senyum Syah yang mempesona, tercetak sebuah arti yang penuh misteri tanpa disadari oleh Zee.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Reo Hiatus
Peran utamanya saat jelek tidak membuat Reo merasa iba. Saat cantik juga tidak bisa membuat Reo merasa kagum.
Thor kelebihan peran utama jangan cuma berat badan dan baik saja thor. Kalau dia pintar, perlihatkanlah kepintarannya. 😷😷😷
2023-07-06
0
Yoni Hartati
zee ini bego amat sih. udah diperingatkan sama sistem malah tdk percaya
lanjut semangat
2023-06-25
1