Dari kejauhan, Ella melihat semua yang terjadi pada Zee dan Ryan. Dia geram karena merasa iri, cemburu, dan marah atas apa yang dilihatnya. Semua emosi itu menyeruak di hati Ella.
"Sial!"
"Apa istimewanya, Zee?"
"Hisss!"
Kemarahan Ella pada Zee ini ternyata dikarenakan rasa cemburu yang luar biasa. Ella sudah jatuh cinta dengan Ryan.
Walau Ryan orang yang kasar dan cuek, tapi Ella pernah diselamatkan oleh Ryan dari para preman yang hampir memperkosanya saat masih kelas satu SMA. Hal ini membuat Ella langsung jatuh cinta pada pada sosok pangeran yang telah menolongnya.
Dalam setiap kesempatan, Ella selalu mencari waktu untuk bisa mendekati Ryan.
Hanya saja, sikap Ryan yang kadang kala terlalu cuek membuat Ella cukup sulit mendekati. Alasan ini juga yg membuat kepopuleran Ryan tidak sebesar Syah dan Karma, yang memiliki banyak fans dan sering dikerubungi cewek-cewek di manapun berada.
"Aku tidak bisa membiarkan Zee merebut perhatian Ryan. Aku tidak akan rela!" gerutu Ella sambil menghentakkan kakinya kesal.
"Aku harus melakukan sesuatu."
Akhirnya, Ella memikirkan sebuah rencana untuk mem-bully Zee di belakang sekolah nanti, sama seperti waktu Zee ulang tahun dua hari yang lalu.
"Aku tidak mau mengajak Lina dan Berta. Aku ingin menangani Zee sendiri. Ini adalah urusanku dan Zee. Dia sudah keterlaluan dengan caranya yang kotor agar bisa mendekati Ryan!"
Ternyata Ella salah paham. Dia berpikir bahwa Zee dengan sengaja jatuh di tengah lapangan tadi, agar Ryan yang tidak tegaan dan selalu baik dengan siapa saja, yang kebetulan berada di tempat yang sama akan menolongnya.
"Pangeranku memang sangat baik. Dia tidak segan menolong siapa saja yang membutuhkan. Tapi aku tidak rela jika yang di tolong itu adalah gadis burik seperti Zee. Tidak level!"
Ella terus bergumam seorang diri dengan rasa kesalnya. Dia menghentak-hentakkan kakinya saat berjalan menuju ke kantin, menyusul kedua temannya yang sudah pergi terlebih dahulu.
"Eh teh, mbak!"
"Aku siomay sama es campur!"
"Aku mie goreng dan jus jeruk."
"Eh, aku dulu!"
"Udah, aku dulu!"
Suasana kantin ramai, saling berebut untuk didahulukan. Meskipun belum jam istirahat, keramaian ini terjadi karena kelas A dan B yang baru saja selesai dengan pelajaran olahraga.
Di kantin, Ella masih saja cemberut. Hal ini tidak luput dari perhatian kedua sahabatnya, Lina dan Berta.
"Lo napa sih, El?" tanya Lina sambil menaikkan dagunya, menunjuk ke arah Ella.
"Gak!" jawab Ella ketus.
"PMS kali," ujar Berta dengan mata menyipit.
"Hahaha..."
Kedua sahabatnya itu justru menertawakan muka cemberut Ella. Biasanya, Ella memang bersikap ketus dan kasar. Tapi jika sedang datang bulan, dia akan bertambah menyebalkan. Hal ini yang biasa dialami cewek-cewek setiap bulan sekali, sebab hormon sedang tidak sama seperti hari-hari biasanya.
Lebih sensitif dari hari-hari biasa.
Wajah Ella langsung berubah menjadi ramah dan tersenyum senang, di saat melihat keberadaan Ryan yang datang bersama dengan Karma. Tapi tidak ada Syah Reza yang biasanya juga ikut mereka berdua. Tapi kali ini entah kenapa, Ella tidak peduli.
"Yeee... ada pangeran berkuda aja melongo. Kita di anggap lalat ini, Lin!" sindir Berta saat matanya mengikuti arah pandang Ella.
"Huum... kita di anggap angin. Hahaha..."
Tapi Ella tidak peduli. Dia tetap saja fokus memperhatikan Ryan yang selalu tampak sempurna di matanya.
"Awas laler, El!" Lina memperingatkan.
"Hai, Ryan."
Ternyata Ella tidak mendengar dan memperhatikan apa yang Lina katakan. Dia fokus pada Ryan, dan segera menyapa saat Ryan lewat di samping tempat duduknya.
Sayangnya, Ryan tampak datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ella yang sudah menegurnya.
Justru Karma yang membalas senyuman Ella dengan ramah. Dia tentu saja tahu jika Ella adalah anak kepala sekolah SMA High School ini.
Karena Ryan tidak menanggapi, Ella akhirnya melengos sebal.
"Huhh! Apa sih kurangnya, aku? Apa aku harus celaka dulu, biar dia mau memperhatikan?" tanya Ella kesal, yang tentu saja tidak ada yang bisa.
Lina dan Berta sendiri saling pandang, kemudian menggendikan kedua bahunya tidak tahu.
"Nanti pulang sekolah nebeng ya, El?" tanya lona, yang rumahnya memang searah dengan Ella.
"Gak. Aku ada urusan!" jawab Ella ketus. Dia belum bisa menaikkan moodnya.
Lina melihat ke arah Berta, bermaksud meminta penjelasan. Tapi Berta hanya menaikkan alisnya tanda jika dia juga tidak tahu apa-apa.
***
Kring kring kring
Akhirnya jam pulang sekolah tiba. Semua orang bergegas membereskan peralatan sekolahnya, berpikir untuk segera pulang ke rumah.
Zee juga sama, tapi Ella tidak membiarkannya pergi dengan cepat.
"Zee, tunggu gue!"
Mendengar perkataan Ella, Zee menghentikan aktivitasnya. Dia menata bukunya di dalam tas dengan lamban. Dia tidak tahu apa yang diinginkan oleh Ella lagi, setelah kejadian 2 hari yang lalu, dengan kejutan ulang tahunnya yang sangat menyakitkan.
"Berta, Lina, tungguin! Gue butuh bantuan sekarang. Nanti Lo pulang ma gue, Lin."
Ella merasa perlu bantuan kedua sahabatnya, jadi dia memutuskan untuk meminta mereka membantunya lagi. Padahal tadi, dia berpikir untuk mengerjakan sendiri saat ingin memberikan pelajaran pada Zee.
Mendengar Ella memberikan perintah pada kedua sahabatnya, Zee sudah merasa khawatir. Dia cemas seandainya kejadian 2 hari yang lalu akan terulang lagi.
Srett
"Ayo ikut!"
Ella dan gengnya menyeret Zee ke halaman belakang sekolah.
Meskipun Lina dan Berta pada awalnya tidak tahu, tapi begitu melihat Ella menarik tangan Zee, keduanya langsung paham apa yang ingin dilakukan Ella.
Zee mengikuti langkah ketiganya dengan terseok-seok.
"Hahhh... hahhh, ini kalian mau a-pa?" tanya Zee cemas.
Bayangan akan air comberan bercampur telur-telur busuk kembali datang dalam ingatannya.
"Gue perlu kasih lo pelajaran!"
Brukk
Ella mendorong tubuh Zee hingga jatuh. Zee meringis menahan rada sakit pada pantatnya.
Plak
Wajah Zee menoleh ke samping, karena Ella menamparnya dengan. Bahkan, kini kulit wajahnya terasa panas akibat tamparan tersebut.
"A-pa kesalahanku?" tanya Zee terbata. Dia tidak merasa melakukan kesalahan.
"Jangan pura-pura bego!"
Ella membentak, membuat Zee memejamkan matanya karena takut.
Saat Ella menyiksanya, Karma yang sedang berjalan menuju gudang sekolah untuk mengecek barang sebagai tugasnya menjadi wakil ketua OSIS, tak sengaja melihat ini. Ia pun mencoba menghentikan Ella.
"Hai! Ada apa ini?"
Ella menoleh cepat, begitu juga dengan Berta dan Lina.
Mereka bertiga tahu, bahwa Karma adalah sahabat Ryan. Maka dari itu, Ella memilih untuk pergi agar Karma tidak bercerita yang tidak-tidak pada Ryan tentangnya.
"Cabut, yuk!"
"Awas Lo, Zee! Ini belum selesai!"
***
Sepulang ke panti, Zee langsung mengalokasikan 17 poin dan dengan segera, VIT menjadi 34.
Klik
[Ting]
"Aku mau memindahkan poin sistem ke VIT."
[Silahkan, Nona.]
[Ting]
Nama : Zee
Ras : Manusia
Umur : 17 tahun
STR : 20
AGI : 3
INT : 15
VIT : 34
CHARM : 1
LUCK : 1
Uang : Rp 2.900.000
EXP : 3%
[Ting]
Cling
Tiba-tiba, cahaya menyilaukan memenuhi kamar Zee.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Reo Hiatus
Bab ini bagus. Kalimat-kalimatnya lebih tertata. Lebih bisa dinikmati. 💐💐💐😷😷😷
2023-07-05
0
Elisabeth Ratna Susanti
aku suka cemburu 😍
2023-06-29
0
Rianoir⏳⃟⃝㉉
menang??😁
2023-06-26
1