Setelah selesai memadu kebahagiaan dari pertemuan itu, Novi lantas mengajak Ira serta Jessi untuk makan siang bersama. Berbagai menu makanan telah tersaji di meja sesuai pesanan Novi, karena satu jam yang lalu beliau meminta kepada asisten rumah tangganya untuk memasak makanan kesukaan Jessi. Tentu saja Novi tau makanan kesukaan cucunya karena sengaja bertanya kepada Ira. Selain itu, Novi juga menyajikan menu makanan yang belum pernah di santap oleh Jessi.
"Wah, makanannya banyak sekali Oma," celetuk Jessi dengan wajah yang ceria.
"Iya Sayang, kamu makan aja sepuasnya. Kalau misalnya kamu pengen menu lain, tinggal bilang saja ke Oma," sahut Novi sembari mengelus puncak kepala cucunya.
Ketika mereka mulai menikmati makanan tersebut, mendadak ponsel Ira bergetar.
Drrtttt...drrrrtttt...
Ira meraih ponsel butut dengan tampilan layar LCD yang retak, dari sakunya. Di sana menampakkan pesan dari sang suami. Karena pada siang itu, Bima mendapat telpon dari Ibunya jika Jessi belum pulang dari sekolah.
"Kemana Jessi? Apa kamu sudah menjemputnya?" tanya Bima lewat pesan.
"Sudah Mas. Ini lagi sama aku di rumah majikanku. Orangnya baik, beliau memperlakukan Jessi layaknya cucunya sendiri. Bahkan Jessi di beri makanan istimewa di rumah ini," balas Ira. Dia juga mengirimkan foto ketika Jessi sedang makan dan di dampingi oleh Omanya.. Ira memang sengaja melakukannya agar Bima bercerita kepada Ibunya.
Seketika Bima merasa heran, tetapi dia tidak mau menampakkan rasa herannya dengan kembali bertanya kepada istrinya. Dia hanya membalas dengan kata yang singkat.
"Ya sudah!"
Ira tersenyum simpul ketika selesai membalas pesan dari Bima. Dia memang ingin membuat suami serta mertuanya merasa penasaran. Ketika Ira sedang asyik dengan lamunan masa depannya, mendadak Novi membuyarkan lamunan Ira dengan mengajaknya bicara.
"Ira, harusnya kamu beli ponsel baru. Benda itu sudah tidak layak kamu pakai," ujar Novi seraya memperhatikan ponsel milik putrinya. Namun, sebelum Ira menjawab, Jessi lebih dulu menyahuti.
"Iya Bu. Nanti kalau Ibu punya ponsel baru, Jessi bisa pinjam," sela Jessi. Dan kini ganti Novi yang menyela ucapan cucunya.
"Loh, cucu Oma yang cantik ini kepingin ponsel baru juga?" tanya Novi, kemudian Jessi mengangguk pelan dengan sedikit malu dan ragu.
"Ya sudah, abis ini kita beli dua ponsel baru. Satu untuk kamu, satu lagi untuk Ibu kamu," ujar Novi selanjutnya kepada cucunya. Tentu saja Jessi sangat senang mendengarnya. Mendadak menjadi cucu seorang konglomerat memanglah membuat hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Apapun keinginannya akan terpenuhi dalam waktu sekejap.
"Hore, Jessi mau di belikan ponsel baru..." Cakap Jessi dengan begitu ceria.
"Iya sayang, bukan cuma ponsel baru, nanti Oma akan kasih juga sepeda motor baru untuk kamu dan Ibu kamu. Biar kesini nya tidak perlu naik Ojek," ujar Novi selanjutnya dan Ira pun lekas menyahuti.
"Sepeda motor Bun? Apa itu tidak berlebihan? Bagaimana jika suami dan mertuaku bertanya?" tanya Ira sedikit ragu.
"Tidak. Itu tidak berlebihan. Bahkan seharusnya kalian tidak hanya naik sepeda motor, melainkan naik mobil. Akan tetapi, Bunda tahu jika kamu pasti akan menolaknya. Sehingga Bunda memilih sepeda motor saja ," ungkap Novi menjelaskan. Keputusan beliau untuk membeli sepeda motor dan juga ponsel baru tidaklah bisa di tawa, meski Ira sedikit ragu. Tetapi, mendadak ucapan putrinya membuatnya menghilangkan segala keraguan di hatinya.
"Ibu kenapa? Ibu nggak senang ya kalau di belikan ponsel dan sepeda motor baru?" tanya Jessi dengan wajah yang murung ketika melihat wajah Ibunya terlihat gelisah.
"Tidak apa apa Nak, Ibu senang kok. Jessi senang atau tidak?" jawab Ira, dan dia justru membalikkan pertanyaan kepada putrinya.
"Tentu saja senang Bu. Nanti kalau Nenek tanya, mending bilang aja sepeda motornya di pinjemin sama Omah, eh salah. Maksudnya sama majikan Ibu," jawab Jessi. Dia mencoba memberi gagasan kepada sang Ibu yang terlihat ragu.
"Benar juga apa kata putri kamu. Ternyata cucu Oma ini pintar sekali," puji Novi kepada cucunya sambil mencium keningnya.
"Baiklah, aku setuju," jawab Ira. Dia kemudian membuang semua keraguan dalam hatinya. Bersama dengan dua perempuan tercintanya, yakni Bunda serta putrinya, membuat Ira semakin yakin dan berani.
Setelah selesai menikmati makan siang bersama, Novi menyuruh Ira dan Jessi untuk beristirahat karena beliau sendiri juga harus tidur siang. Sebuah kamar mewah sudah di siapkan untuk mereka berdua, dan Jessi pun begitu menyukainya.
"Oma Novi itu baik sekali ya Bu. Beda sama Nenek Ratna yang suka marah marahin Ibu," tukas Jessi kepada Ibunya ketika mereka berdua sudah berada di dalam kamar.
"Iya sayang Tapi jangan lupa, Jessi jangan sampai keceplosan bicara tentang identitas Ibu yang sebenarnya dan tentang siapa Omah Novi yang sebenarnya? Nanti kalau sudah tiba waktunya, Ibu sendiri yang akan mengatakan kepada Ayah dan Nenek, karena ini urusan orang dewasa. Kamu mengerti kan?" ujar Ira memberi petuah kepada putrinya, lalu Jessi pun mengangguk tanda mengerti.
Jarum jam terus berputar, hingga jarumnya berhenti di angka empat. Sudah waktunya bagi Ira dan Jessi untuk segera pulang. Sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan oleh Novi, dua ponsel baru serta satu unit sepeda motor baru sudah menanti mereka dan siap untuk mereka bawa pulang. Bukan hal yang sulit bagi Novi untuk mendapatkannya dalam waktu singkat, karena dia hanya tinggal memberi titah kepada bawahannya, lalu barang pun sampai.
"Hati hati sayang, besok kita ketemu lagi ya?" cakap Novi sambil mencium kedua pipi cucunya sebelum Jessi dan Ira pulang. Usai berpamitan, Ira lekas menancapkan gas dan mulai melajukan sepeda motor barunya.
Dua puluh menit kemudian mereka telah tiba di rumah, dan di saat itu juga mobil Bima datang bersama dengan Agnes yang sengaja ikut dengan alasan ingin mengunjungi Ratna, calon mertuanya.
"Eh ada Nak Agnes," sapa Ratna dengan senyum sumringah, apalagi ketika dia melihat calon mantunya itu membawa dua kantong plastik berwarna putih yang berisikan makanan kesukaannya. Sapaan hangat yang harusnya di tujukan kepada Jessi dan Ira yang sama sama baru datang, justru Ratna berikan kepada Agnes. Tentu Jessi merasa cemburu dengan perlakuan itu, sebagai anak kecil dia tentu masih haus akan kasih sayang.
"Ayo Nak kita masuk," ajak Ira. Dia tahu jika putrinya sedang tidak baik baik saja.
"Jessi, sini beri salam pada Ibu Agnes. Ini kamu juga di bawakan oleh oleh," ujar Ratna kepada cucunya.
"Nggak mau! Ibu Jessi cuma satu, yaitu Ibu Ira. Bukan dia! Jessi juga udah punya banyak makanan pemberian dari Oma Novi!" jawab Jessi sambil berlalu menggandeng tangan Ibunya masuk ke dalam rumah.
"Oma Novi? Siapa dia?" tanya Bima dan Ratna dalam hati, tetapi mereka tidak mau membahasnya terlebih dahulu karena mereka sedang menerima tamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Wirda Lubis
si Ira keceplosan ngomong Oma novi
2023-10-20
1
andi hastutty
mulai Jessy
2023-10-08
1
Patrish
mulai pergerakan.... hatihati Bima...
2023-08-19
1