Kursi Kepemimpinan

Bima kembali melajukan mobilnya ketika dia pastikan istrinya sudah masuk ke dalam rumah mewah tersebut. Sementara Ira, dia sama sekali tidak menghiraukan suaminya. Dengan langkah pasti dia melangkah agar suaminya yakin jika dirinya memang kerja di situ. Kedatangan Ira di sambut hangat oleh Bundanya.

"Pagi sayang, Bunda udah nungguin kamu dari semalam. Tapi ngomong ngomong tumben kamu datang kesini lebih pagi?" tanya Novi kepada putrinya.

"Iya Bun, mulai hari ini aku akan datang di jam seperti ini dan pulangnya pukul empat sore," jawab Ira dengan senyum ceria, kemudian di tanggapi dengan reaksi yang sama oleh Bundanya.

"Benarkah sayang? Bagaimana bisa? Apapun alasannya, Bunda senang sekali mendengarnya," sahut Novi.

"Benar Bun. Aku bilang ke suamiku kalau aku sekarang kerja di rumah ini, pulangnya jam empat sore," tutur Ira.

"Kerja di sini? Pandai sekali kamu mencari alasan, memangnya kamu bilang kerja apa di sini? Terus mertua kamu bagaimana?" tanya Novi secara detail.

"Aku bilang kerja jadi pembantu aja Bun, biar nggak ketahuan. Yang penting aku bisa berlama lama di sini sama Bunda," jawab Ira sembari memeluk Bundanya.

"Terima kasih Tuhan, Engkau benar benar mengembalikan putriku," cakap Novi mengucapkan syukur sambil memejamkan mata.

"Tapi Bun," mendadak Ira melepas pelukannya dengan raut wajah yang lesu.

"Ada apa Nak?" tanya Novi.

"Ira kepikiran pada putriku, Jessi. Ira kasihan jika dia hanya tinggal di rumah berdua saja dengan neneknya sepulang sekolah. Ira mengerti sebenarnya Jessi tidak nyaman," ungkap Ira. Dia bisa membaca isi pikiran putrinya sejak dirinya berpamitan untuk pergi kerja.

Mendengar keluh kesah putrinya, Novi justru tersenyum. Dia memberi jawaban yang membuat Ira tercengang.

"Ajak saja dia kesini, setelah pulang dari sekolah," ujar Novi.

"Apa? Bunda meminta untuk mengajak Jessi ke sini? Tapi kan..." kalimat Ira terpotong oleh Bundanya.

"Tidak akan terjadi apa apa. Tenanglah Nak, putrimu pasti akan sangat senang tinggal di sini. Dan dia pasti bisa menjaga rahasia kamu, Bunda yakin itu." jawab Novi dengan begitu yakin.

"Bunda beneran yakin dengan cara itu?" tanya Ira sedikit meragukan pemikiran Bundanya.

"Yakin, Bunda sangat yakin. Jika dia sudah sampai di sini, kita jelaskan pelan pelan tentang semuanya. Bunda juga sangat ingin bertemu dengan dia," ujar Novi dengan wajah yang sendu. Dan setelah mempertimbangkan dengan matang, Ira pun akhirnya menyetujui hal tersebut.

"Baiklah Bun, Ira setuju dengan cara itu. Nanti dia pulang sekolah pukul dua belas," tukas Ira.

Setelah usai membicarakan Jessi, Novi mulai membahas tentang data yang telah dikirim oleh bawahannya tadi malam. Dia ingin segera memperlihatkan kepada putrinya.

"Oh iya Nak, hari ini ada kabar gembira. Pak Aris sudah berhasil mengorek informasi tentang perusahaan suami kamu serta data tentang atasannya," ujar Novi selanjutnya.

"Benarkah kan Bun, Ira tidak sabar ingin melihatnya," sahut Ira dengan penuh antusias.

Setelah itu dia lekas membuka laptop yang di berikan oleh Bundanya. Satu benda yang sudah sepuluh tahun lamanya tidak dia sentuh, karena dia hanya bergelut dengan dapur dan cucian. Namun, meski begitu dia masih ingat cara memakainya. Perlahan mulai dia baca tulisan yang ada di layar. Dan dia mulai mengerti sepak terjang project yang tengah di jalankan oleh suaminya. Ira sedikit kebingungan ketika bicara mengenai anggaran biaya dan juga sistemnya, karena memang dia sudah lama vakum dari dunia bisnis. Sehingga Novi menawarkan bantuan kepadanya. Padahal sebelum kenal dengan Bima, Ira sering di ajak mendiang sang Ayah untuk di kenalkan dengan berbagai macam bisnis yang beliau jalankan.

"Kamu tidak perlu pusing memikirkan hal itu. Kamu cukup katakan apa misi dan visi kamu, selebihnya serahkan semua tugas itu kepada bawahan Bunda. Mereka semua dapat di andalkan, termasuk Pak Aris," ujar Novi.

"Terima kasih Bun, sekali lagi terima kasih," sahut Ira. Tidak lama kemudian Novi segera mengambil ponselnya dan kembali menghubungi bawahannya. Bahkan beliau sengaja mengundang Pak Aris serta beberapa rekan kerja di perusahaan untuk datang langsung ke rumah.

"Ira, hari ini Pa Aris dan beberapa rekan kerja di perusahaan akan Bunda undang ke sini, Bunda memang sengaja ingin mempertemukan kalian agar mereka mengenal kamu," cakap Novi kepada putrinya.

"Apa? Mereka di undang ke sini Bun? Tapi, Ira belum siap Bun, Ira masih perlu banyak belajar lagi," sahut Ira.

"Itu gampang. Belajarnya bisa sama Pak Aris, yang penting sekarang kamu masuk ke kamar Bunda, kamu ganti baju milik Bunda, dan rubah penampilan kamu. Karena yang sedang mereka temui adalah Pewaris Tunggal keluarga ini, bukan sebagai istri Bima," ujar Novi selanjutnya. Ira mengerti akan maksud Bundanya, sehingga dia lekas melaksanakan perintah itu. Dengan di dampingi oleh Novi, Ira masuk ke kamar Bundanya.

Pertama tama Novi meminta Ira merubah gaya rambutnya, menjadi curly. Setelah itu Ira di minta memakai pakaian yang dulu biasanya di kenakan Bundanya jika pergi ke perusahaan. Bukan hanya pakaian dan rambut Ira yang di rubah oleh Novi, riasan wajah Ira pun juga beliau rubah. Meski Ira sudah mengenakan make up transparan, tapi itu sebatas alis dan lipstik. Sementara Novi meminta Ira memakai bulu mata palsu serta softlens, agar sorot matanya berubah. Novi juga meminta Ira membalut wajahnya dengan make up yang lebih kentara pada bagian alis dan lipstik. Dan dalam waktu enam puluh menit, penampilan Ira benar benar berubah.

"Putri Bunda memang benar benar cantik," puji Novi kepada Ira.

"Terima kasih Bun," jawab Ira sembari memutar mutarkan tubuhnya di depan kaca. Dia perhatikan dirinya dari ujung kepala hingga kaki, sungguh berbeda dari Ira yang biasanya. Bahkan Ira sendiri tidak mengenali dirinya di cermin yang dia pandangi, apalagi Bima. Meski saat itu mereka bertatap mata pun, suaminya itu tidak akan mengenalinya.

"Ayo Ira, kita keluar. Pak Aris dan rekan rekannya sudah ada di depan," ajak Novi, kemudian Ira pun mengekor.

Lima pasang tamu mereka sempat terpukau melihat penampilan Ira, tetapi mereka tidak berani memandangnya lama lama mengingat siapa Ira bagi mereka. Demi menjaga etika kepada atasan, mereka hanya bisa menundukkan kepala.

Dalam pertemuan diam diam pada pagi itu, Bunda Ira yang memimpin. Beliau menjelaskan mengenai visi dan misi yang harus mereka kerjakan. Tak lupa juga beliau memperkenalkan Ira sebagai pemimpin baru di perusahaan pengganti dirinya. Karena semenjak suaminya meninggal, Novi sendiri yang menduduki kursi kepemimpinan. Dan di karenakan beliau sakit, beliau menghandle semua tugas dari rumah dengan di bantu kelima orang kepercayaannya. Dan sejak saat itu, secara resmi Novi memberikan tahta kepemimpinan dari semua perusahaannya kepada Ira.

Pertemuan tersebut berlangsung selama dua jam, dan tepat pada pukul sebelas mereka semua berpamitan. Setelah para tamunya pulang, Ira segera mengganti penampilannya karena harus menjemput Jessi. Tetapi, sebelumnya Novi mengatakan sesuatu.

"Mulai besok, kamu harus turut hadir di perusahaan dengan penampilan baru kamu, karena sekarang kamu sudah memegang kursi kepemimpinan,"

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

Ira hebat mantap

2023-10-19

1

andi hastutty

andi hastutty

yuhuuu Ira semangat

2023-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!