"Kamu kenapa senyum senyum sendiri Nak?" tanya Novi kepada Ira. Ira yang saat itu sedang melamun, mendadak terkejut dengan pertanyaan Bundanya.
"Eh, Bunda?"
"Sepertinya kamu lagi bahagia sayang, memangnya kamu dapat kabar gembira apa?" tanya Novi lagi kepada putrinya.
"Pak Aris sudah berhasil menggagalkan semua project Mas Bima Bun," jawab Ira dengan antusias dan senyum lebar.
"Oh ya? Benarkah? Lalu, apa rencana kamu selanjutnya?" sahut Novi yang tak kalah antusias.
"Sejauh ini aku pantau saja dulu Bun. Nanti jika aku sudah resmi mendapat surat cerai dari Mas Bima, aku akan membuat dia lebih menyesal lagi dengan menampakkan diri," ungkap Ira menyampaikan gagasannya.
"Bunda dukung saja apa pun yang menjadi kemauan kamu sayang," jawab Novi sembari mengelus lengan Ira.
Waktu terus berjalan, hingga waktu sore pun telah tiba. Saat itu Bima baru tiba di rumah setelah pulang dari kerja, dia menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan kasar. Wajahnya terlihat begitu lelah, begitu pula dengan jiwa serta pikirannya. Namun, Ratna mendadak datang mendekat dengan memberikan pertanyaan yang semakin membuat Bima sakit kepala.
"Bima, apa kamu sudah pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kamu?" cecar Ratna.
Sontak Bima menghembuskan nafas besar mendengar pertanyaan itu. Kemudian dia lekas menjawab pertanyaan Ibunya, " Aku belum ada waktu ke sana Bu. Di kantor sedang ada masalah!" Jawaban Bima tersebut memancing Ratna untuk semakin meninggikan nada suaranya.
"Apa? Kamu ini gimana sih? Utamakan urusan perceraian kamu dong! Soal kantor kan ada Nak Agnes yang bantu menangani," sahut Ratna dengan nada penuh penekanan.
Karena merasa di tekan, Bima kemudian menjawab dengan nada yang tinggi juga.
"Aku ini lagi pusing Bu, project kerjaku gagal semua. Hari ini aku dan Agnes di panggil oleh Direktur Utama karena mendapat teguran. Masih untung aku tidak di berhentikan kerja. Jadi aku belum bisa mikir lagi untuk ngurus perceraian!" seru Bima sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
"Apa? Bagaimana bisa itu terjadi?" tanya Ratna yang tidak kalah syok dengan kedua bola mata yang membulat sempurna.
"Aku sendiri juga tidak tahu Bu, yang pasti aku kehilangan kesempatan besar untuk meraup untung banyak. Dan ada kemungkinan aku tidak menerima komisi serta reward bulan ini!" jawab Bima. Dia terlihat begitu frustasi. Begitu pula dengan Ratna. Dia sudah membayangkan jika Bima tidak mendapat komisi dan reward, pasti keuangannya sangat menipis.
Setelah sempat menguras hati dan pikirannya, Bima mulai merasa lapar. Lantas dia menanyakan makanan kepada Ibunya.
"Aku lapar Bu, apa ada makanan?" tanya Bima. Hari itu dia hanya menyantap sarapan ketika berangkat kerja, dan setelah itu dia tidak makan apapun hingga pulang kerja.
"Nggak ada. Semua persediaan makanan di kulkas habis, termasuk juga beras dan tabung gas LPG. Biasanya Ira tuh yang ke pasar, sekarang nggak ada lagi yang Ibu suruh," jawab Ratna dengan panjang lebar.
Bima benar benar merasa kesal dengan kesialan demi kesialan yang menimpanya pada hari itu. Baru saja Ira dan Jessi pergi dari rumah nya satu hari saja, tetapi dia sudah kebingungan.
"Harusnya Ibu kan bisa beli beras sama tabung gas LPG di warung sebelah," cakap Bima menanggapi ucapan Ibunya.
"Malas. Nanti di sana Ibu di tanyain macam macam sama Ibu Ibu, soalnya kan emang biasanya Ira yang kesana. Makanya kamu ini buruan ke pengadilan biar cepat resmi menduda. Habis itu segera kamu nikahi Nak Agnes biar bisa ganti melakukan tugas Ira," dalih Ratna. Sementara Bima semakin geram dengan desakan itu. Dia lantas meraih ponselnya lalu memesan makanan online untuk mereka santap berdua.
Keesokkan harinya, Jessi tengah bersiap siap pergi ke sekolah. Seperti biasa, Ira tetap berpenampilan seperti sosok istri Bima meski dirinya sudah tinggal di rumahnya sendiri. Ketika hendak berpamitan kepada Novi, Ira mendengar Bundanya berkata, " Sampai kapan kamu akan menyamar seperti ini terus sayang? Bunda rasanya nggak rela melihat kamu lama lama berada dalam keadaan seperti ini."
"Sabar Bun. Bunda doakan saja agar masalah Ira cepat selesai," sahut Ira sembari mengelus punggung tangan Bundanya.
Rutinitas pagi itu telah di mulai. Jessi sudah berangkat ke sekolah, sementara Ira kini tengah punya kesibukan baru di depan layar laptop di ruang kerjanya. Untuk sementara waktu, Ira masih memilih kerja dari rumah saja. Dan mungkin akan sesekali datang langsung ke perusahaan jika sedang memimpin meeting penting yang tidak bisa di wakilkan.
Pagi itu, Bima dan Agnes juga sudah duduk di posisinya masing masing. Sejak dua hari kemaren, hubungan keduanya kurang harmonis. Sehingga hari itu Bima berniat untuk memperbaikinya.
"Sayang, aku minta maaf jika akhir akhir ini kita sering berdebat. Udah, kita jangan diam diaman lagi ya, aku nggak nyaman kalau terlalu lama berantem, " pinta Bima kepada Agnes.
Bukannya langsung memaafkan Bima, Agnes justru menjadikan momen itu untuk menyudutkan Bima.
"Makanya, kamu ini jadi laki laki harus pengertian dong Mas. Aku nggak mau ya kalau kamu bentak bentak atau kamu atur atur kayak istri kamu!" sahut Agnes dengan ketus.
"Iya iya, aku minta maaf ya..." cakap Bima sekali lagi sambil mengelus puncak kepala Agnes. Setelah itu, hubungan keduanya mulai kembali hangat seperti semula.
"Mas, kapan kamu akan menikahi ku?" tanya Agnes dengan manja sambil bersandar di dada bidang Bima.
"Kamu sabar dong sayang, aku kan belum ngurus perceraian ke Pengadilan. Apalagi sekarang kerjaan kita di kantor lagi kacau begini," tukas Bima kemudian. Agnes hanya bisa mendengus kesal mendengar jawaban itu, tetapi dia juga menyadari bahwa urusan kantornya sedang tidak baik baik saja.
Matahari sudah condong ke barat dan semua aktifitas di kantor Bima mulai berhenti. Semua pegawai satu per satu mulai meninggalkan tempat. Begitu pula dengan sepasang kekasih yang rencananya akan pulang berdua menuju ke rumah Bima. Agnes sangat senang, karena sekarang dia lebih leluasa jika datang ke rumah kekasihnya tersebut.
Setelah melakukan perjalanan selama hampir empat puluh lima menit karena lalu lintas yang padat, mereka akhirnya tiba di rumah Bima. Agnes tidak melihat calon mertuanya ketika sudah turun dari mobil. Padahal biasanya Ratna selalu antusias menyambut kedatangan dirinya.
"Kemana tuh nenek nenek? Tumben nggak nyambut aku datang?" tanya Agnes dalam hati sambil menoleh ke sana kemari. "Bodo amat lah! Mending dia lenyap sekalian biar nggak ada yang ngerepotin aku sama Mas Bima!" seru Agnes kemudian sambil tersenyum tipis.
"Ayo sayang, kita masuk," ajak Bima sembari menggandeng tangan kekasihnya tersebut. Keduanya kemudian masuk rumah bersama sama dengan saling bergandengan tangan.
"Eh, ada Nak Agnes. Kebetulan sekali, ibu lagi nggak enak badan nih. Boleh mau minta bantu buat di kerokin?" mendadak Ratna muncul dari kamarnya sambil membawa minyak angin yang baunya menyengat di indra penciuman Agnes.
"Apa? Aku di suruh kerokin?" tanya Agnes dengan begitu terkejut.
"Iya Nak, Ibu minta tolong dong. Ini biasanya istrinya Bina tuh yang Ibu suruh. Sekarang dia udah nggak ada di sini lagi," sahut Ratna. Sontak Agnes geram sekali ketika mendengar Bima atau Ibunya selalu membawa bawa nama Ira. Apalagi calon mertuanya itu menyambut kedatangannya dengan perintah yang sangat tidak dia sukai.
"Duh, minyak anginnya kan bau sekali Bu. Agnes nggak mau ah!" tolak Agnes sembari menutup hidungnya. Demi menjaga perasaan sang Ibu, Bima lekas berusaha merayu kekasihnya.
"Sayang, aku mohon dong kamu mau kerokin Ibu. Kasihan kalau Ibu sampai sakit, lagian kan besok kita akan tinggal bersama sama juga, jadi biar terbiasa." rayu Bima, tetapi Agnes tetap menolaknya. Dan ketika mereka sempat melakukan perdebatan, terdengar pintu rumah mereka sedang di ketuk.
Tok...tok...tok...
"Permisi, maaf mengganggu. Aku datang ke sini mau ngambil akta kelahiran Jessi,"
"Ira, kebetulan sekali kamu datang. Sini tolong bantu kerokin Ibu!" titah Ratna kepada Ira ketika melihat kedatangannya secara tiba tiba. Awalnya Ira kesal karena mendapat perintah seperti itu, tetapi dia justru ingin memanfaatkannya.
"Loh, itu kan ada calon mantu idaman Ibu? Masak nggak mau di suruh kerokin? Mas Bima itu juga gimana sih? Ajarin dong Mas, calon istrinya untuk berbakti sama Ibu. Masak iya cuma mau naik mobilnya doang!"
Sontak ucapan Ira berhasil membuat Agnes begitu geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
andi hastutty
ih main suruh2 Ira ajha
2023-10-08
1