Pertemuan Jessi dan Omanya

Ira lekas pergi ke sekolahan putrinya dengan menaiki ojek online. Dan ketika tiba di sana, dia datang lebih awal karena putrinya belum menampakkan diri keluar dari kelas. Selama menunggu di depan gerbang sekolah, perasaan Ira campur aduk memikirkan pertemuan putrinya dengan sang Bunda. Dia khawatir jika Jessi justru akan kecewa kepadanya, karena telah berbohong dengan menyembunyikan identitasnya selama ini. Akan tetapi, jika Ira mengingat ucapan sang Bunda yang terus meyakinkan dirinya, dia kembali merasa tenang.

"Semoga Jessi bisa menerima pengakuanku," ujar Ira dalam hati.

Sepuluh menit kemudian, bel terdengar berbunyi pertanda jika kegiatan belajar telah usai. Ira menemukan wajah putrinya di antara banyaknya siswa siswi yang keluar dari dalam kelasnya masing masing, dia pun lekas memanggilnya.

"Jessi," panggil Ira sembari melambaikan tangan, dan Jessi pun lekas mencari dari mana asal suara. Setelah Jessi berhasil menemukan wajah ibunya, dia lantas berlari ke arah Ira.

"Ibu naik apa?" tanya Jessi karena tidak melihat sepeda milik Ibunya.

"Naik Ojek Online sayang," jawab Ira seraya menata poni Jessi agar lebih rapi.

"Oh, kalau gitu ayo cepat pulang Bu. Nanti Ibu kembali bekerja lagi ya?" tanya Jessi sambil menggandeng tangan Ira.

"Sayang, hari ini kita tidak pulang ke rumah," jawab Ira.

"Loh, memangnya kita mau pulang kemana Bu?" Jessi tentu heran mendengar ucapan Ibunya.

"Emmm, kita pulangnya ke tempat kerja Ibu saja. Biar kamu nggak kesepian di rumah," jawab Ira terpaksa berbohong. Dia tidak mau mengungkapkan pengakuannya di tempat yang tidak tepat.

"Wah, beneran Bu? Asyiikkk, Jessi senang sekali," sahut putrinya.

"Senang? Kenapa bisa senang sayang?" tanya Ira, kali ini dia yang heran dengan jawaban putrinya.

"Jelas saja senang Bu, karena Jessi tetap dekat sama Ibu. Dari pada Jessi harus di rumah sama nenek," ungkap Jessi mengutarakan isi hatinya.

"Oh begitu? Baiklah sayang, kalau gitu Ibu pesan sekarang ya Ojeknya? Atau kamu mau beli jajan dulu?" tanya Ira untuk pertama kalinya menawari putrinya beli jajan. Karena sebelumnya, Ira memang tidak pernah pegang uang semenjak suaminya berniat meminang atasannya dan semenjak Jessi masuk Sekolah Dasar.

"Nggak Bu, uang jajan Jessi udah habis karena tadi ada iuran di kelas," jawab gadis kecil itu.

"Tenang sayang, Ibu bawa uang kok. Kamu beli aja jajan yang kamu suka," jawab Ira, dan tentu saja Jessi sangat senang mendengarnya. Usai mengantar putrinya beli jajan, Ira lekas memesan ojek untuk segera pulang. Dia sudah tidak sabar ingin mempertemukan Jessi dengan Bundanya.

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, keduanya telah tiba di depan rumah mewah yang sebentar lagi akan berpindah nama ke nama Ira.

"Wah, rumahnya besar dan bagus sekali Bu. Ibu kerja di sini?" tanya Jessi sambil memandangi rumah tersebut karena merasa kagum.

"Iya sayang, kalau misal Jessi punya rumah seperti itu, Jessi senang apa nggak?" tanya Ira memancing perasaan putrinya.

"Apa? Punya rumah seperti ini? Tentu saja Jessi senang sekali Bu, tapi itu kan tidak mungkin karena Ibu saja tidak pernah di kasih uang sama Ayah," jawab Jessi dengan wajah yang lesu.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selagi kita mau berusaha sayang," tutur Ira menasehati putrinya.

Setelah sempat berbincang bincang pendek, mereka berdua kemudian mulai masuk ke kawasan rumah mewah tersebut. Dan ketika Ira hendak membuka pintu, mendadak langkah Jessi terhenti. Dia menanyakan sesuatu kepada Ibunya,

"Bu, apa majikannya Ibu tidak marah kalau Jessi ikut ke sini? Kasihan nanti jika Ibu sampai di marahi gara gara Jessi," ujar gadis kecil yang duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar tersebut. Meski usianya masih tergolong kecil, tetapi dia termasuk anak yang peka terhadap keadaan keluarganya.

Ketika melihat putrinya nampak panik, Ira menunda sejenak untuk membuka pintu. Dia menekuk lutut, sehingga tinggi kepalanya sejajar dengan tubuh Jessi. Ira berniat membuat hati putrinya kembali tenang sebelum benar benar masuk dan bertemu dengan Omahnya.

"Kamu tenang saja sayang, pemilik rumah ini orangnya baik banget. Beliau bahkan ingin sekali bertemu dengan kamu," ujar Ira sembari memegang kedua lengan putrinya.

"Ingin bertemu denganku Bu? Untuk apa? Kan beliau tidak kenal dengan Jessi?" tanya Jessi kepada Ibunya.

"Kalian memang belum saling mengenal, dan bahkan belum pernah bertemu. Tetapi, kalian punya hubungan yang sangat erat. Jika kamu mau tahu, ayo kita segera masuk.Beliau pasti sudah menunggu kita," cakap Ira selanjutnya. Setelah dia melihat putrinya bisa lebih tenang, Ira lekas membuka pintu dan mulai masuk ke dalamnya.

Saat itu Novi memang tengah menunggu kedatangan keduanya dengan duduk di atas kursi roda. Dan ketika beliau melihat Ira datang bersama dengan seorang gadis cilik yang masih berseragam Sekolah Dasar tersebut, tentu beliau merasa sangat senang.

"Cucu Oma..." seru Novi sembari membuka kedua tangannya karena ingin memeluk Jessi, tanpa terlebih dahulu mempersilahkan putri serta cucunya itu untuk duduk dan beristirahat. Tentu saja, Jessi kebingungan mendengar panggilan tersebut. Kemudian dia lekas bertanya kepada Ibunya.

"Ibu? Siapa orang itu? Kenapa beliau memanggil aku sebagai cucunya?" tanya Jessi. mendengar pertanyaan itu, Ira sejenak menghentikan langkah. Perlahan dia mulai menjawab, sembari menggandeng tangan putrinya ke arah Novi. Dan setelah Jessi berada tepat di hadapan sang Bunda, barulah mereka memulai pembicaraan.

Heran? Terkejut? Tidak percaya? Pasti itu yang di rasakan oleh Jessi. Tetapi, pada akhirnya Novi dan Ira mampu meyakinkan gadis kecil itu jika Novi adalah Omanya. Tidak seperti yang di bayangkan oleh Ira sebelumnya, ternyata dengan mudah Jessi menerima penjelasan yang di berikan oleh dirinya dan juga Novi.

"Mulai sekarang kamu panggil saya dengan panggilan Oma ya sayang, karena kamu adalah cucu Oma yang kelak juga akan menjadi pewaris keluarga kita. Semua ini milik kamu Nak, Oma sudah lama sekali menunggumu," ujar Novi seraya memeluk erat cucunya. Seusai melepas kerinduan di dada, kini ganti Ira yang bersuara.

"Jessi, Ibu ada satu permintaan sama kamu," ujar Ira kepada putrinya.

"Permintaan apa Bu?" tanya Jessi.

"Jangan ceritakan semua ini kepada Ayah dan Nenek. Untuk sementara waktu, Ibu ingin merahasiakan semua ini. Ibu bilang, Ibu kerja di rumah ini sebagai pembantu agar Ibu bisa berlama lama menemani Oma," tutur Ira kepada putrinya.

"Baik Bu, Jessi tidak akan bilang kepada siapa saja, asal Jessi tetap dekat dengan Ibu," jawab Jessi sembari memeluk pinggang Ira. Dan kejadian itu membuat air mata Novi meleleh. Pertemuan anggota keluarga yang telah lama berpisah itu, memang begitu mengharukan. Namun, di balik rasa haru tersebut, hati Ira merasa begitu lega dan bahagia ketika dia bisa jujur kepada putrinya.

"Sekarang Jessi sudah berada di tanganku Mas! Tiba saatnya nanti, kamu akan merasa kehilangan segalanya!" ucap Ira dalam hati, seraya memeluk Jessi dan juga Bundanya.

Terpopuler

Comments

Rafanda 2018

Rafanda 2018

lama...apa karena ira jg masih butuh bersetubuh..jadi blum mau di cerai..hhhhh...koplak

2024-02-24

1

Wirda Lubis

Wirda Lubis

lanjut

2023-10-19

1

andi hastutty

andi hastutty

bagus sekali Ira

2023-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!