Kavin melihat bungkus tersebut, ia merasa sedikit terkejut, pasalnya cemilan tersebut hanya di bungkus dengan kulit jagung yang sudah kering. Kavin yang baru pertama kali melihat pun merasa aneh akan pemberian mr Hans yang ia sebut sebagai hadiah.
"Meskipun bungkusnya terlihat biasa saja, tapi soal rasa sangat enak benar-benar enak. Banyak yang mau, tapi aku hanya memberikan nya untukmu saja," tutur mr, Hans dengan wajah yang serius.
"Te-terima kasih pak, kalau begitu saya izin pamit mau pulang dulu," pamit Kavin.
"Oke! Sama-sama," jawab mr Hans.
Kavin pun buru-buru keluar dari kantor, ia berjalan dengan begitu cepat menuju ruang kelas. 'Gawat! Part time ku terlambat!' pikir Kavin.
Namun saat ia memasuki ruang kelas, ia justru di kejutkan oleh seorang wanita, yang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang memilukan, wanita itu pun terkejut akan kedatangan Kavin yang tiba-tiba.
Siapa lagi kalau bukan Felicia, Felicia mendongak kan kepalanya, dan kini mereka bertatap muka, walaupun wajah Kavin tertutup rapat oleh rambut panjangnya.
"Eh," mereka serentak mengucapkannya bersama-sama.
Felicia pun segera berdiri dari duduknya, dengan wajah menunduk, ia mencoba menjelaskan akan apa yang terjadi barusan kepada Kavin. "Sebenarnya, aku! Aku mau ambil HP ku yang tertinggal di kelas," seru Felicia dengan berjalan menuju mejanya.
Kavin tidak bodoh, ia tidak buta, ia bisa melihat dengan jelas, Walaupun wajahnya tertutup oleh rambut, hanya mereka yang tk melihat wajahnya, tapi Kavin bisa melihat mereka dengan begitu jelas.
Kavin hanya bisa terdiam dan melihat gerak gerik Felicia, Ia mempersilahkan Felicia tanpa memberi komentar apapun, Ia tahu betul Felicia saat ini merasa malu bahwa sudah di pergoki oleh dirinya dengan keadaan yang begitu memilukan.
'Gawat dia pasti melihat aku barusan sedang menangis,' batin Felicia Panik.
"Ketemu," Lirihnya dengan mengambil ponselnya, namun ia melihat ada pesan yang terkirim. Sebuah pesan suara dari Ansel, mata Felicia kembali lagi berkaca-kaca, ia merasa sakit hati. Kavin yang saat ini berdiri di belakangnya hanya bisa melihat dan terdiam.
'Ternyata aku Riska berani mendengarkan nya? Kalau aku sampai mendengarkan suaranya, aku takut nanti tidak bisa menahan tangisan ku,' batin Felicia seraya menggenggam erat ponselnya.
"Hp ku sudah ketemu, aku mau pulang. Sampai jumpa besok," seru Felicia seraya melewati Kavin.
"Tunggu!" seru Kavin seraya memutar tubuhnya dan menghampiri Felicia yang saat ini terdiam di tempat, Ia menghentikan langkahnya seketika saat Kavin memintanya untuk berhenti.
'Eh, kenapa aku malah berhenti! Stop jangan mendekat!' batin Felicia dengan wajahnya yang panik.
Justru Kavin semakin mendekati Felicia, lalu Ia memberikan kue yang di berikan mr Hans untuknya, Ia menjulurkan dari belakang Felicia, hingga ia tak bisa melihat wajah Felicia yang saat ini yang sudah hampir menangis.
"Ini kata enak, buat kamu saja." ucap Kavin mencoba menghibur Felicia, ini baru pertama kalinya ia menghibur seorang wanita.
'Eh,... Kavin, Kavin, kamu kira saat ini kamu sedang menghibur anak kecil?' batin Felicia.
"Tidak mau? Ya sudah buat ku saja," ucap Kavin seraya menarik tangannya kembali.
"Mau mau, siapa yang nggak mau, aku belum bilang nggak mau kan!" Dengus Felicia, seraya merebut kue beras tersebut dari tangan Kavin.
Felicia pun segera membukanya lalu melahap nya langsung, 'sial! Meskipun aku nggak rela ngomong, tapi ini emang benar-benar enak sekali!' batin Felicia dengan air matanya yang mengalir tanpa ia sadari.
Suapan demi suapan kue tersebut masuk ke dalam mulut Felicia, di iringi dengan iska tangisnya yang tak tertahankan. Hingga suapan terakhir, Felicia pun sudah berhenti menangis.
Kruuuukkk ...
Namun tiba-tiba perut Felicia mengeluarkan bunyi yang begitu nyaring, hingga Kavin pun mendengar nya, namun tetap saja dima seolah-olah tak mendengar apapun.
'Ah sial! Aku merasa lapar! Ternyata aku tipe yang mengubah kesedihan menjadi rasa lapar, sungguh memilukan sekali,' gumam Felicia, ia merasa canggung saat ini juga.
"Ayo pergi!" Ajak Kavin seraya melewati Felicia, dengan langkah cepat.
Felicia pun terkejut dengan ajakan Kavin, 'mana bisa aku pergi dengan keadaan ku yang seperti ini,' batin Felicia.
"Tapi ..." Felicia belum sampai meneruskan kalimatnya, Kavin segera memakaikan topi miliknya kepada Felicia tanpa melirik ke arah Felicia.
Felicia terkejut dengan perlakuan Kavin saat ini, matanya mulai berkaca-kaca lagi ia merasa terharu. "Ingat untuk mengembalikannya padaku, aku harus menggunakan topi itu saat bekerja," ujar Kavin dengan menghentikan langkah kakinya.
Felicia menatap punggung Kavin dengan rasa terharu, lalu ia membenarkan topinya, dan menutup menyembunyikan wajahnya. "Em, " Jawab Felicia dengan menyimpulkan senyuman tipis di bibirnya.
Mereka berdua pun pergi dari ruangan tersebut, Felicia mengikuti langkah Kavin. "Hei! Apakah makanan di tempat kamu bekerja enak-enak?" tanya Felicia.
"Tentu saja," jawab Kavin, bayangan mereka berdua tersu mengiringi jejak kaki mereka berdua.
'Kavin terimakasih banyak,' batin Felicia.
Di sisi lain, seseorang tengah panik dengan menatap bungkus camilan yang baru saja ia berikan kepada siswa sebagai hadiah. Mr, Hans baru menyadari bahwa cemilan tersebut telah Expired.
'Gawat! Sudah Expired satu minggu lebih,' Gumam Mr Hans.
'### Kevin semoga dia tidak memakannya,' Gumam Mr Hans seraya menatap ke arah jendela.
Kedai Bakmie ayam mencapai matahari...
Kini Felicia tengah asik menyantap bakmie ayam, ia melahap nya tanpa henti. Tanpa di sadari sudah hampir habis lima mangkok, ia menyantap dengan mengeluarkan air mata, entah karena luka hatinya atau rasa pedas dan juga saking enaknya Mie tersebut.
Sedangkan Kavin sendiri hanya bisa menatapnya dari kejauhan, karena ia juga melayani pelanggan yang lainnya.
"Melihat gadis itu makan aku jadi ingin ikut kompetisi makan lagi, seakan-akan mengingatkan aku waktu dulu. Memangnya bak Mie buatan ku seenak itu ya? Aku merasa senang melihat dia makan, Kavin bawalah pacar kamu sering-sering ke kedai paman ya?" ujar sang paman Kavin, sekaligus pemilik kedai tersebut.
"Paman, dia bukan pacarku," bantah Kavin, yang berada persis di samping pamannya menatap ke arah Felicia yang sedang asik melahap Mie ayamnya.
"Kalau begitu kejar dia, bodoh! Dia bisa makan banyak berarti dia wanita yang baik-baik," ujar sang paman, mendesak Kavin. Entah dari dalil mana yang mengatakan bahwa gadis doyan makan berarti gadis baik-baik, pikir Kavin. Namun ia sedikit memikirkan ucapan sang pamannya.
"Hah, bakmi ini emang benar-benar enak!" seru Felicia setelah menghabiskan yang ke lima mangkok bakmie tersebut.
Sang paman merasa bahagia mendengar pujian yang keluar dari mulut Felicia, ia merasa puas juga bangga bakmie buatannya benar-benar ada yang memujinya enak bahkan mampu menghabiskan lima mangkok sekaligus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments