Semua melihat ke arah suara tersebut, mereka tercengang akan kehadiran sosok wanita yang berdandan ala anak punk jalanan. Mereka semua pun teralihkan kepada Felicia Begitu pula dengan Kavin yang tak kalah tercengang.
"Hei dengarkan kata kakak, kita semua satu aliran. Biarkanlah adikku pergi!" ucapnya dengan penuh percaya diri.
Ia benar-benar yakin akan kemampuan aktingnya, dan penampilannya saat ini mampu membuat para preman tersebut patuh dan takut. Dari bibir yang merah merona, mata yang tajam dan tebal, alis yang hitam pekat dan garang, juga cara berpakaian yang begitu senonoh. Seakan-akan benar-benar anak berandalan.
'Hehehe, berhasil mereka terlihat begitu terkejut, akan penampilan gangster ku ini. Mereka pasti ketakutan' batin Felicia dengan smrik.
Namun tak seperti dugaannya, seketika mereka justru memperlihatkan wajah menghina dan meremehkan bahkan penuh nafsu. "Ck! Badut dari mana ini! Dari sekolah mana!" Seru salah satu dari mereka, dengan otot-otot di wajahnya yang mengeras.
"Ah, liar sekali ... dia benar-benar tipeku! Hehehe," sambung yang lainnya, sedangkan satunya lagi masih memegang Kavin.
Seketika dari wajah penuh percaya diri langsung berubah pucat, ia benar-benar takut dan panik saat ini juga. 'Astaga! Bagaimana ini? Kenapa mereka sama sekali tidak takut denganku? Ekspresi apa itu? Sungguh mengerikan, huaah bagaimana ini?'
Si rambut merah yang benar-benar emosi akan kedatangan Felicia, ia pun melirik ke arah Kavin dengan tatapan matanya yang marah. "Hah! Ternyata kamu memiliki kakak yang aneh!" Cetus nya dengan rahang nya yang sudah mengeras.
Kavin tak bisa berkata-kata ia terbungkam seribu bahasa akan apa yang ia lihat, 'andai aku memiliki kakak seperti dia, aku benar-benar memilih masuk ke dalam lubang semut dan tak akan berani keluar lagi,' batin Kavin.
Sedangkan Felicia masih terdiam terpaku di tempat, ia bagaikan balon yang kempes. 'Aku tahu harus bagaimana! Menggunakan trik B! Aha iya benar!' batin Felicia dengan matanya yang merah.
"Mohon maaf sekalian! Aku sebenarnya tidak mengenal anak ini, silahkan kalian lanjutkan saja keasikan kalian, saya tak akan menggangu kalian, maaf yah?" Ucap Felicia dengan membungkukkan setengah badannya.
'Astaga! Gampang sekali? Begitu saja langsung menyerah?' batin Kavin.
Felicia dengan buru-buru kabur, namun di cegah oleh rambut pirang, dengan menampakkan wajah mesumnya. "Tunggu dulu, jangan buru-buru. Adik jangan pergi mau nggak temani kakak main sebentar? Pasti asik, akan buat adik ketagihan deh pokoknya kalo sudah main sama kakak," ucap pria mesum tersebut dengan air liur penuh napsu.
"Ah! Kakak mesum jangan sembarangan pegang!" Seru Felicia.
Seketika Kavin menghadang rambut pirang tersebut, untuk tidak menyentuh dada Felicia yang montok. Kini Kavin berada di depan Felicia, ia melindungi Felicia dari pria mesum.
Felicia membuka matanya perlahan, ia melihat punggung laki-laki yang beberapa waktu lalu ia jumpai, dan ia nyatakan cintanya. Kavin pun memutar kepalanya, dengan wajah yang tertutup oleh rambutnya yang tebal.
'Sepertinya ia menatapku?' batin Felicia.
"Siap lari?" bisik Kavin dengan wajahnya menghadap ke preman.
Dalam seketika tanpa aba-aba, Kavin pun berlari dengan menggandeng tangan Felicia, Felicia hanya bisa mengikuti langkah kaki Kavin. Ia benar-benar syok berat, dengan tatapan matanya yang kosong ia berlari terus tanpa henti.
"Lari cepat!"
"Lari cepat!" ucap Kavin dengan terus menggandeng tanpa berpikir panjang.
"Eh bos? Biarkan mereka berlari begitu saja?" Tanya rambut pirang, yang tak ingin kehilangan Felicia si gadis montok.
Mereka hanya bisa melihat kepergian mangsanya begitu saja, tanpa mengejar. "Kalian saja sana kejar, aku tak sanggup. Lihat saja larinya kaya kuda, apakah kalian sanggup mengejar mereka?" jawab si rambut merah.
"Apakah mereka atlit? Kenapa begitu kencang sekali larinya? Apakah mereka pikir kita sanggup mengejar mereka? Sampai-sampai mereka terus berlarian begitu?" sambung salah satunya lagi, dengan kagum dan heran, kenapa ia masih begitu kencang berlari padahal mereka sama sekali tidak di kejar.
Beberapa km kemudian ....
"Hah ... Hah ... Aku benar-benar lelah sekali," ucap Felicia dengan napasnya yang masih terengah-engah.
'Dia sepertinya benar-benar jago berolahraga,' batin Felicia dengan menatap tajam ke arah punggung Kavin.
'Apakah dia tidak meras lelah sama sekali? Lari dengan begitu cepat, tapi sama sekali tidak haus dan tidak terlihat terengah-engah seperti aku,' pikirnya, seraya berjalan pelan menyusul Kavin.
Kini mereka pun berjalan dengan berdampingan, "kamu mengagetkan ku saja," ujar Kavin, tanpa menoleh ke arah Felicia.
"Kamu juga," jawab Felicia.
"Tapi seharusnya kamu cukup berteriak saja, Pura-pura ada pak guru yang datang, mereka pasti akan berlari. Malah merubah penampilan seperti itu. Apakah kamu pikir kamu ini super hero? Airon man? Atau Spiderman?" ucap Kavin.
'Astaga! Benar juga! Kenapa tak terpikirkan olehku? Malah aku merubah diriku seperti ini! Astaga! Kenapa sama sekali tak terpikirkan sih!' batin Felicia.
"Benar-benar bodoh dan konyol!" Sambung Kavin.
'Ah ... Sungguh menusuk hatiku ini!' batin Felicia.
Kavin pun menghentikan langkahnya, dan ia menutup wajahnya dengan tangan lainnya, seraya memalingkan wajahnya. "Tapi rasanya aku ingin nangis, aku benar-benar terharu." ucap Kavin.
'Apa? Apa aku nggak salah dengar? Lucu sekali, memang dasar lemah," batin Felicia.
'Tapi ini juga pertama kali untukku,' sambungnya lagi dengan menatap bahu Kavin.
Mereka pun berjalan menelusuri gang kecil tersebut dengan terus bergandengan tangan, tanpa melepaskan satu sama lain.
'Aku pertama kalinya menggenggam tangan laki-laki lain selain Ansel, tangannya begitu besar dan hangat. Biarpun dia tidak setinggi Ansel tapi bahunya sangat lebar dan terlihat sangat kekar,' batin Felicia.
'Oh yah, aku jadi penasaran hehehe ... Apakah benar dia tidak memiliki alis? Seperti apa kira-kira wajahnya ya?' batin Felicia, dengan membayangkan saat ini ia bisa melihat wajah asli pria yang super misterius di depannya saat ini.
Felicia terkikik geli membayangkan berbagai ekspresi wajah dari Kavin, dari mulai botak, tanpa alis hingga mata jereng, bahkan alis Kavin yang menyatu hingga mata yang kecil, ia benar-benar penasaran di buatnya.
'Ah apa sebaiknya tanyakan saja yah? Aku benar-benar bisa gila kalau begini di buatnya, aku jadi benar-benar penasaran akan penampilannya, apakah benar nggak punya alis atau gimana?' batin Felicia.
"Ekhem ... Kavin? Sebenarnya alismu...." Felicia mencoba memberanikan diri untuk bertanya, namun Kavin dengan segera mungkin menjawab pertanyaan Felicia.
"Oh alisku yah? Sebenarnya alisku..." Kavin menggantung jawabannya karena angin yang sangat kencang.
Namun Felicia tak menghiraukan angin yang amat kencang itu, Ia masih saja penasaran akan jawaban Kavin yang sesungguhnya.
'Lanjutkan! Sebenarnya alismu kenapa? Jangan bikin aku penasaran ngapa! Kenapa malah jadi diam? Lanjutkan atau akau benar-benar tidak bisa tidur karna kepikiran alismu itu? Aku adalah seekor kucing yang amat penasaran, kamu tau tidak kucing bisa mati karna penasaran, huaaah' batin Felicia tanpa menghiraukan yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments