Kavin hanya diam mengamati tingkah laku konyol sang guru killer tersebut, yang terkenal akan ketampanan juga dinginnya. Namun benar-benar di luar dugaan, ia jauh berbeda.
Setelah beberapa menit kemudian Mr, Hans memberanikan dirinya untuk membuka penutup matanya dengan perlahan. Setelah di lihatnya ternyata bukan kepala sekolah ia merasa lega dan kembali memerankan guru yang super dingin, ia menunjukkan muka
datarnya.
"Ah kamu rupanya?" ucap Mr Hans dengan ekspresi datar dan dingin, ia terlihat santai dengan kakinya yang asik menang kring di sofa.
'Siapa ini?' batin Kavin, pasalnya hanya butuh satu detik Mr Hans merubah ekspresi nya itu.
"Huh, mengagetkan ku saja," sambungnya.
"Duduklah," ujar Pak Hans.
Di suruh duduk Kavin justru bingung, ia celinguk kan ke sana kemari, 'duduk di mana?' batin Kavin. Pasalnya di seluruh ruangan tak ada tempat duduk selain sofa yang sedang di duduki Mr Hans sendiri.Kavin pun hanya bisa berdiri di depan Mr Hans.
"Oh ya siapa namamu? Hmm Kel, Kelonin yah?" ucap Mr Hans.
'Apa-apanan ini?' batin Kavin kesal, sudah mencari tempat duduk tidak ada, malah sendiri nya asik ber selonjoran di sofa, membiarkan Kavin berdiri juga tanpa rasa bersalah, di tambah salah mengucapkan namanya dengan nama yang lebih aneh.
"Oh aku ingat, namamu Kavin Ardana Abiputra," sambungnya.
'Ingatlah nama muridmu sendiri Pak!' batin Kavin menahan amarah.
"Ada apa?" tanyanya dengan ekspresi datar, benar-benar membuat Kavin kesal. 'Bukannya anda sendiri Pak yang mengundang ke tempat mu? Kenapa sampai di sini malah asik di tinggal tidur, aku susahnya mencari mu tapi , sesampainya di sini anda malah balik tanya?' batin Kavin.
'Sulit sekali menjadi petugas, aku akan menolaknya!' batin Kavin setelah membaca beberapa aturan dan kegiatan yang wajib Kavin jalani sebagai sekretaris.
"Aku ingin berbicara mengenai aku menjadi petugas sekertaris," ucap Kavin berterus terang.
Mendengar ucapan Kavin Mr Hans terlihat kesal, ia begitu tajam melihat ke arah Kavin. Namun Kavin tak gentar sama sekali.
"Guru sekalian!" Teriak Mr Hans secara tiba-tiba, hingga membuat Kavin terkejut.
Semuanya pun melihat ke arah meja Mr Hans dan Kavin yang saat ini di rangkul oleh Mr Hans, "perkenalkan salah satu petugas kelasku," Teriak Mr Hans.
Kavin pun terkejut di buatnya, "dia adalah murid yang pintar dan teladan, nilai ujian nya semua sempurna, mohon bimbingan nya dari bapak Ibu sekalian!" jelas Mr Hans dengan bangga namun menunjukkan ekspresi datar nya.
Terlihat semua guru iri setelah tahu bahwa siswa yang jenius masuk ke dalam kelas Mr Hans, mereka mengitari Mr Hans dan Kavin rasa ingin memiliki dan merekrut Kavin pun terlihat jelas.
'Jadilah muridku' batin salah satu guru, namun terlihat jelas dari pancaran cahaya yang ada di wajahnya dan sorot matanya.
Kavin di buat kikuk oleh Mr Hans, niat hati ingin mengundurkan diri ini malah mempermalukan diri sendiri.
"Wah, Mr Hans beruntung sekali, dapat murid yang jenius seperti Kavin." Ucap salah satu guru wanita.
"Benar-benar cocok menjadi petugas Mr Hans," puji guru lainnya, membuat bulu kuduk Kavin berdiri, ia benar-benar marah.
"Terimakasih banyak, hahaha." jawab Mr Hans dengan bangga.
'Eh kenapa jadi seperti ini! Aku sudah tidak bisa menolak lagi kalau seperti ini,' batin Kavin, dengan tubuhnya yang bergetar akibat menahan rasa kesalnya.
Setelah semuanya bubar Mr Hans kembali ke kursi kerjanya, dengan wajahnya yang penuh kebahagiaan kan puas itu, ia bertanya pada Kavin, seolah-olah tak tahu apa-apa maksud Kavin yang ingin mengundurkan dirinya. "Oh yah aku hampir lupa, ngomong-ngomong kamu ke sini mau apa yah?"
'Dia pasti sengaja!' umpat Kavin dengan otot wajahnya yang mulai mengeras akibat emosi.
"Ti-tidak jadi Pak, tidak ada apa-apa," jawab Kavin.
"Oh begitu yah, ya sudah." Jawab Mr Hans, dengan senyum liciknya.
kavin pergi dari ruang guru, dengan wajah penuh tekanan, sungguh guru yang licik.
Setelah jam pulang sekolah ...
Terlihat Felicia yang berjalan dengan lemas seperti kehilangan nyawanya, mengelus koridor sekolah sendiri. Dengan membungkuk dan air mata batin yang mengalir deras.
'Hari pertamaku masuk SMK, selain pernyataan cinta yang gagal dan perkenalan diri ... aku sama sekali tak bicara apa-apa lagi, bibir ku kaku sekali untuk berbicara.' batin Felicia.
'Fyuh,sakit hati rasanya ...' sambungnya dengan tatapan matanya yang kosong seakan-akan tak ada gairah hidup lagi
'Hiks... Hiks, aku benar-benar kasihan pada diriku ini, rasanya aku kasihan sekali, huaaah,' jeritan hati Felicia.
Namun saat ia asik menangis, tiba-tiba mendengar suara gaduh saat melewati gang kecil. Ia menghentikan langkah kakinya, ia penasaran akan nama seseorang yang baru saja di sebut oleh kumpulan preman kampung.
"Gaya rambutmu unik sekali," seru seseorang.
"Kamu juga," jawab suara pria yang tak asing bagi Felicia.
"Lagi-lagi sedang ada yang mem-bully, kaya tak ada pekerjaan lain saja." gumam Felicia, dengan air matanya yang masih mengalir.
"Berhenti! Siapa namamu!" teriak seseorang.
"Kavin," jawabnya dengan santai, seakan-akan tidak terjadi apa-apa padanya.
Felicia yang mendengar suara tersebut dan juga nama itu, ia tercengang seketika ia pun menghentikan langkah kakinya dan mengintip dari balik tembok.
'Apa! Sungguh dia! Astaga anak ini sungguh sial dan polos!' batin Felicia.
Felicia masih mengintai dari jarak jauh, ia masih bingung harus berbuat apa. Yah Felicia adalah gadis baik dan ramah. Ia tak mungkin tega meninggalkan Kavin teman sebangkunya yang saat ini kena bully.
'Semua karena gaya rambutnya yang unik! Lihat saja aku saja ingin menjambak dia saat ini, dasar Kavin.' batinnya seraya mengepal kan tangannya.
'Tapi ... bagaimanapun aku harus menyelamatkannya lebih dulu, ah salahkan aja aku ini yang terlalu baik hati,'batinnya.
Felicia melihat tubuh si pem-bully dan melihat tubuh Kavin yang berbeda jauh, tinggi mereka rata-rata melebihi 160cm sedangkan Kavin hanya sebahu mereka saja. Felicia begitu terlihat serius ingin menolong Kavin. Namun ia bingung harus bagaimana menolongnya.
'Astaga! Cari ide, cari ide! Gimana ini? Ya kali tiga lawan dua. Dan kami di bawah tinggi mereka, dari segi tinggi badan saja sudah kalah! astaga apa yang harus aku lakukan! Mau aku tinggal tapi kasian, mau aku tolongin tapi gimana? Tak mungkin kami bisa menang melawan sekelompok sampah itu! Tapi satu-satunya cara adalah...' ia begitu panik.
Hingga akhirnya ia melepaskan tasnya dan mencari sesuatu yang ada di dalamnya, dan hanya ada alat tulis juga buku. "Tapi aku hanya punya spidol doang!" Gumamnya seraya mengambil spidol warna merah dan hitam.
Ia pun menguncir rambutnya dan mencoret spidol hitam di matanya juga alisnya, begitu pula dengan spidol warna merah, ia coret di bagian bibir. Setelah selsai mencoret wajahnya dengan spidol, kini ia mengikatkan bajunya ke perut hingga terlihat dada seksinya dan perutnya yang ramping.
Setelah ia pikir telah selsai, ia pun menyunggingkan bibirnya. "Hehe sempurna!" ucapnya.
Dengan gagah berani Felicia menghampiri mereka, Felicia membentangkan kedua tangannya di pinggang. Dengan kedua kakinya di buka lebar. "Hei ... Kalian!" seru Felicia dengan gaya ketua Mafia ala film Hollywood.
"Ha?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments