Felicia pun minum susu lalu memasukkan bekalnya ke dalam tas, sedangkan sandwich ia bungkus. "Mah Fei berangkat dulu ya mah?" pamit Felicia.
"Hei makannya habiskan lebih dulu, makan yang benar," ujar sang mama, namun Felicia sudah keluar dari rumah.
"Ih anak ini," gumam mama Felicia seraya melihat kepergian sang putri.
'Hemm, aku kira aku telat,' batin Felicia sesampainya di depan pintu kelas 10D. Felicia pun melangkahkan kakinya, dan masuk ke dalam kelas, Ia langsung menuju tempat duduknya. Felicia tak menghiraukan tatapan mata teman-temannya yang lain saat ini telah menatap Felicia dengan syok dan bertanya-tanya.
'Ah ngantuk sekali,' gumam Felicia, Ia pun merebahkan kepalanya di atas meja, lalu secara perlahan menutup matanya hingga benar-benar terlelap.
Kavin pun memasuki ruang kelas, Ia langsung menuju ke tempat duduknya. Lalu melihat ke arah sampingnya yang terlihat sosok gadis yang kini tengah menundukkan kepalanya, Kavin pun menarik kursinya dan duduk.
Tiba-tiba Felicia tubuhnya bergetar, hingga membuat mejanya ikut bergerak, Kavin yang melihat itu merasa bingung, ada apa dengan teman sebangkunya, apakah dia sakit atau dia sedang menangis, Pikir Kavin.
Kavin mencoba mengulurkan tangannya, namun tiba-tiba Felicia mendongakkan kepalanya, dengan matanya yang terbuka lebar-lebar, dan mulutnya yang menganga. Ia seperti orang kesurupan.
'Astaga! Semenjak aku melihat alis Kavin, aku seolah-olah dihantui olehnya, tadi pagi aku bermimpi dia, dan setiap aku tidur selalu mimpi wajahnya itu, setiap memimpikannya bulu kuduk ku berdiri semuanya!" gumam Felicia, dengan keringat yang bercucuran.
Felicia belum sadar bahwa di samping nya sudah ada Kavin yang saat ini menatap ke arahnya.
Semenjak kejadian itu Felicia terus mengikuti Kavin, ia benar-benar penasaran akan kepribadiannya. Tak sedetikpun ia lalai untuk terus membuntuti Kavin. Hari demi hari ia lewati di sekolah SMK tersebut dengan terus memperhatikan Kavin dari jauh maupun dekat.
Ia mengira Kavin tak menyadari dirinya yang terus saja menguntit, Kavin hanya membiarkan tingkah Felicia yang unik tersebut. Entah apa maksudnya.
Kavin selalu sempurna dalam mata pelajaran olah raga, Ia jago dalam basket, lari, sepak bola dan masih banyak lagi.
Seminggu berikutnya, Felicia mencoba sebisa mungkin terbiasa dan menganggap Ia tak pernah melihat wajah Kavin.
"Hai?" sapa Felicia.
Kavin hanya menganggukkan kepalanya, Felicia pun merasa panik di tatap oleh Kavin, Ia sesegera menutup mulutnya.
Kavin pun kembali fokus ke mata pelajaran, namun Felicia tidak menghiraukan Ia justru fokus memandang wajah Kavin, 'akhirnya rambutnya kembali seperti semula lagi, ternyata memang benar, dia tidak ingin di lihat orang lain.' Batin Felicia.
"Hei, yang duduk di belakang!" seru guru matematika.
"Ah," Felicia pun meluruskan pemandangan nya ke arah guru tersebut, semua siswa siswi menatap ke arah Felicia.
"Kamu, coba jelaskan rumus ini," ujar sang guru seraya menunjuk tulisan nya.
"Ah, baik bu," jawab Felicia Ia pun berdiri dan menjelaskan semua rumus dengan fasih dan jelas.
Semua siswa-siswi terdiam, Felicia jago dalam bahasa Inggris dan matematika juga fisika. Hingga Ia langsung faham dengan apa yang ia lihat, 'untung saja semalam aku sudah belajar dan memahami rumus itu, kalau tidak mampus lah aku,' Batin Felicia seraya duduk kembali.
Ia tersenyum kepada Kavin, Kavin hanya terdiam, "tenang rahasia kamu akan aman pada ku," bisik Felicia, Kavin pun tersentak mendengar bisikan tersebut, hingga Kavin merasa gugup karenanya.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, sang guru pun keluar meninggalkan kelas tersebut, Felicia membereskan bukunya dan memasukkan ke dalam tasnya. Namun tiba-tiba namanya di panggil oleh seseorang yang kini berdiri di depan pintu kelas tersebut.
"Fei!" panggil Ansel, dengan melemparkan senyuman ramah.
Felicia pun terkejut dan melihat ke arah suara si pemanggil tersebut, terlihat pria tampan, tinggi dan cool yang kini berdiri tepat di depan pintu kelas tersebut, ia pun tak percaya pasalnya ini baru pertama kalinya Ansel masuk ke dalam kelasnya.
"Gantengnya," ujar salah satu siswa dan di susul siswi lainnya.
"Hei, Fei ayo pulang bersama," ajak Ansel seraya tersenyum manis, hingga membuat Felicia terkesima.
'Eh, Ansel? Ini pertama kalinya dia datang ke kelasku, dan mencari ku,' batin Felicia dengan menepuk pipinya yang kini tengah merah merona. Ia merasa begitu gugup dengan kedatangan Ansel yang begitu mengejutkan.
"Eh ... itu bukannya ketua kelas di kelas A?" ucap siswa.
"Seperti Ia, kalo tidak salah ... namanya adalah Ansel Arian Rendra, ternyata benar-benar tampan." sahut yang lainnya, mereka pun saling bergosip.
"Ah, aku juga ingin deh punya pacar kaya dia, sungguh tampan banget."
"Felicia beruntung banget,"
"Iri sekali rasanya,"
Felicia semakin senang dan jatuh hati kepada Ansel, Ia pun menghampiri Ansel setelah semua buku selsai Ia kemasi. "Ayo pulang," jawab Felicia dengan di iringi senyuman yang begitu manis.
"Ayo!" jawab Ansel lalu mereka pun pergi dari kelas 10D.
Kavin yang saat ini masih terduduk seraya menatap kepergian Felicia dengan Ansel. "Kavin! Sebagai ketua kelas aku juga ingin mengajak kamu untuk pulang bersama," ajak Rendra.
"Mohon maaf, tapi wali kelas memintaku untuk datang ke ruang guru." tolak Kavin secepatnya.
"Oh begitu ya? Ya sudah aku pulang dulu ya?" pamit Ketua kelas 10D, ia pun pergi meninggalkan Kavin sendiri. Kini hanya ada Kavin di ruang kelas tersebut, ia pun mulai membereskan bukunya dan masukkan ke dalam tas, namun ia melihat sebuah ponsel di laci meja Felicia.
'Eh, ponsel Felicia tertinggal,' batin Kavin, dengan mengambil benda pipih tersebut.
'Harusnya belum jauh kan ya?' sambungnya seraya melihat ke arah jendela. Dan benar saja, Felicia masih berada di sekolah tersebut, Kavin melihat Felicia dari jendela ia melihat berapa bahagia nya Felicia saat ini berjalan bersama dengan Ansel, terlihat begitu jelas dari wajahnya yang tersenyum begitu ceria dan pipinya yang merah merona.
Kavin pun menaruh ponsel tersebut ke asal nya, dan berdiri dari tempat duduknya, Kavin pun pergi meninggalkan ruang kelas tersebut.
Di sisi lain, saat ini Felicia dan Ansel berjalan bersama keluar dari gerbang sekolah tersebut, ia baru teringat akan benda kesayangannya yang tertinggal di kelas, 'astaga! Lagi-lagi aku lupa, ponselku sepertinya ketinggalan di kelas deh, tadi saking semangatnya aku sampai melupakan dia. Tidak mengingat apapun yang ku tuju hanya Ansel, yang terlihat hanya Ansel,' bati Felicia dengan sedikit gugup.
"Sudah lama ya, sepertinya kita tidak pulang bareng seperti ini, jalan bersama ngobrol bareng gini," celoteh Ansel dengan wajahnya yang sumringah.
"Ah, i-iya" jawab Felicia gugup. 'Ah sudahlah, masalah HP besok lagi saja, nggak mungkin ilang kan?' pikir Felicia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments