3.perkenalan

Ia tak menghiraukan tatapan seorang gadis tadi beralih kepada dirinya, dengan matanya yang melotot dan aura penekanan yang begitu besar, keluar dari wanita tersebut.

'Ah luar biasa! Bahkan aura mereka sampai keluar, dan begitu terlihat.' batin Mr Hans terkejut.

'Aku pasti akan menjadi ketua kelas, hehehe,' batin Rendra, sungguh pemandangan yang unik, bak matahari yang bersinar di tengah-tengah hujan yang lebat.

Di samping begitu tebal akan aura tekanan yang begitu kuat, rasa amarah benci menjadi stau, sedangkan yang satunya aura yang begitu kuat pula dengan memancarkan aura warna-warni. Terlihat wajah dari masing-masing yang begitu jelas. Suram dan satu sisi senyum penuh kebahagiaan dan akan kepercayaan diri yang amat besar.

"Baiklah kamu boleh menjadi ketua kelas, berikutnya," ucap Mr, Hans dengan wajah lesu, ia tak tau harus bagaimana menghadapi sikap anak didiknya yang begitu rumit untuk di jelaskan.

Kini Mr, Hans beralih ke meja paling akhir juga paling pojok, 'Mereka pasangan yang sedang bertengkar?' Batin Mr, Hans. Ia terkejut dengan pandangan kali ini, ia benar-benar tak menyangka masih ada siswa lain yang tak berfikir untuk mengejarnya.

Mereka masih saling membuang muka masing-masing, dan membungkam satu sama lain.

"Berikutnya," ulang Mr, Hans.

"Ah ... Baik ...!" teriak Felicia spontan, seraya memutar kepalanya, menghadap ke arah Mr, Hans. Dengan air mata yang bercucuran menahan rasa malu.

"Halo semuanya, perkenalkan namaku Aneka Felicia, panggil saja Felicia. Keahlianku adalah bahasa Inggris, semoga kedepannya akan memiliki banyak kenangan yang indah bersama-sama," ucap Feifei, dengan wajahnya yang berseri-seri.

Mr, Hans terdiam, seketika wajahnya berubah dengan normal tanpa rasa tekanan, ia merasa terharu dengan melihat siswi satu dari 28 murid lainnya yang lurus dan benar-benar manusia, pikirnya.

'Akhirnya ada siswa yang baik dan normal, aku harus membujuknya menjadi petugas kelasku ini. Huaaa makasih Tuhan kau masih baik padaku ternyata,' batin Mr, Hans.

Mr, Hans pun melangkah ke arah Felicia, ia terus menatap anak didiknya yang normal. Setelah sampai di depan tempat duduk Felicia, ia pun membuka buku informasi anak didiknya. Dan melirik Felicia.

"Hmmm ... Nilaimu sempurna di dalam bahasa Inggris ... Bagaimana jika menjadi perwakilan mata pelajaran bahasa Inggris?" ucap Mr, Hans seraya memegangi rahangnya yang tegas.

"Eh!" Sontak saja Felicia terkejut, ia merasa ini begitu dadakan.

"Tapi Mr,..." sambung Felicia.

"Eh?! Kamu tidak suka? Kalau begitu menjadi wakil ketua kelas saja," ucap Mr, Hans tanpa memberi kesempatan untuk Felicia bicara.

'Hehehe Gadis itu menjadi wakil ketua kelas, bagus Mr,Hans aku suka gayamu,' batin Rendra dengan wajahnya yang merona.

"Aku siap untuk menjadi wakil ketua kelas bahasa Inggris! Aku juga akan melakukan tugas dengan baik!" jawab Felicia dengan lantang, penuh enerjik dan semangat jiwa muda.

"Baik! Berikutnya," ujar Mr Hans.

Setelah Felicia duduk kini giliran teman sebangkunya yang berganti berdiri, dengan wajahnya yang tertutup rambut dengan rapat, entah menunjukkan ekspresi seperti apa.

Ia berdiri dengan tegak, terlihat Felicia panik dan sedikit khawatir. Pasalnya ia sama sekali tak berbicara dan tak mengeluarkan ekspresi.

"Halo semua, namaku Kavin Ardana Abiputra. Panggil saja semau kalian, aku suka olahraga. Salam kenal," ucapnya singkat padat dan jelas, lalu ia duduk kembali.

Felicia tercengang ia melirik diam-diam ke arah Kavin, ia mengira Kavin adalah orang yang oon atau semacamnya. Pasalnya ia terlihat seperti anak yang kurang dengan wajahnya yang tak terlihat.

'Eh olah raga? Sepertinya tingginya sama denganku. Apa dia berbohong?' Batin Felicia.

Mr, Hans melihat catatan dan melirik ke arah Kavin. "Nilaimu yang terbaik di seluruh angkatan, kalau begitu kamu menjadi sekertaris kelas." ucap Mr, Hans.

Felicia tambah terkejut mendengar ucapan Mr, Hans. Ia menganga seraya melihat wajah si jenius, 'tapi dia tak terlihat seperti kutu buku,' gumam Felicia.

"Sesuai peraturan sekolahan, rambutmu harus di potong. Tidak boleh panjang melebihi kerah baju, atau menutup telinga, juga melewati batas alis." jelas Mr, Hans.

"Maaf Pak Guru, tapi aku tidak punya alis," jawab Kavin memberikan alasannya.

Mendengar alasan Kavin Felicia merasa terkejut tak percaya, 'alasan macam apa ini! Siapa yang akan percaya dengan omong kosong seperti itu! Astaga aku benar-benar hampir percaya dia jenius,' batin Felicia.

"Oke, kalau begitu akan ku diskusikan dengan pihak sekolah. Baiklah berikutnya," jawab Mr, Hans dengan wajah dinginnya.

Mendengarkan jawaban dari Mr, Hans membuat Felicia terkejut, 'astaga! Apa Pak guru percaya? Diskusi bagaimana maksudnya?' batin Felicia dengan mulutnya yang masih menganga akibat syok berat.

Setelah melakukan perkenalkan, Mr Hans langsung memberikan informasi jadwal mata pelajaran dan juga membagikan sebuah tugas kepada siswa pilihannya.

"Selamat sing, waktu istirahat telah tiba. Mohon tetap tertib dan jaga amanah sekolah," bell sekolah pun berbunyi, menandakan jam istirahat awal telah tiba.

Mr Hans pun menutup bukunya, dan berdiri. "Baik selamat siang semuanya, ingat di catatan jadwal mata pelajaran ini, jangan sampai hilang, untuk Kavin nanti jangan lupa ke ruangan ku!" ucap Mr, Hans lalu melangkah pergi dari ruang kelas 10D tersebut.

Kavin pun buru-buru pergi dari ruang kelas, memanfaatkan tugas dari Gurunya untuk meninggalkan Felicia yang sedari tadi hanya diam dan kaku. Felicia pun menatap kepergian Kavin yang melangkahkan kakinya keluar dari kelas.

Kavin kini telah sampai di depan ruang guru, ia masuk dan mencari sosok gurunya itu, namun setelah ia mencari tak kunjung ketemu ia pun mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada guru lainnya.

Terlihat di ruang guru tersebut, semua para guru sedang membaringkan kepalanya di atas meja kerjanya.

"Ekhem, permisi ... Di mana yah tempat Pak Hans?" tanya Kavin kepada salah satu guru yang berada di dekatnya.

Guru tersebut pun mendongakkan kepalanya, dengan wajah yang lesu dan matanya yang berat ia pun menjawab pertanyaan Kavin. "Di pojok baris paling belakang,"

"Terimakasih," jawab Kavin, lalu ia pun menuju ke meja kerja Pak Hans.

Namun setibanya di meja kerja milik Pak Hans, orang nya tak ada di sana. "Eh? Tidak masuk kah?" gumam Kavin.

Namun ia mendengar dengkuran, dan ia melihat ke samping kirinya, ternyata orang yang ia cari justru sedang asik tertidur pulas,Kavin kesal sekaligus terkejut di buatnya. "Ehem, Mr, Hans!" panggil Kavin.

Mr, Hans yang mendengar panggilan Kavin langsung bangkit dari tidurnya dengan panik, ia berteriak, "ah kepala sekolah aku tidak tidur!" Dengan mata yang masih tertutup rapat oleh penutup mata.

Mr Hans berguling, ia menangis bak anak yang ketahuan berbohong. Ia masih mengira bahwa yang berdiri di depannya adalah kepala sekolah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!