"Sungguh aku kangen sekali masa-masa kita dulu Fei, apakah kamu juga sama seperti aku? Dari kecil kita seperti tak terpisahkan, dari TK sampai SMP kita selalu satu kelas, aku tak menyangka bahwa setelah masuk SMK kita terpisah," celoteh Ansel. Ansel pun terdiam sejenak dan menghentikan langkah kakinya.
"Rasanya tidak seperti biasa," sambung Ansel seraya menoleh ke arah Felicia.
"I-iya," jawab Felicia tanpa menoleh ke arah Ansel ia masih fokus ke jalanan, dengan wajahnya yang sudah merah merona dan rasa gugup di hatinya.
"Fei," panggil Ansel, Felicia pun menoleh dan menatap wajah Ansel.
"Hmm?" jawab Felicia.
"Sebenarnya ... ada sesuatu yang ingin aku sampai kan kepada mu," ujar Ansel, dengan wajahnya yang tersipu malu.
Sontak saia membuat Felicia terkejut, ini baru pertama kalinya melihat wajah Ansel, pria yang ia sukai selama ini tersipu malu, dan berbicara dengan penuh keseriusan, wajahnya pun merah merona. Sungguh membuat hati Felicia berdegup dengan kencang.
"Fei, rasanya aku jatuh cinta pada seorang gadis," Tutur Ansel.
Felicia yang mendengar penuturan Ansel pun langsung berbunga-bunga, ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Ia benar-benar tak percaya bahwa hari ini akhirnya Ansel mengutarakan isi hatinya pikir Felicia.
'Eh, eh, eh, ini pertama kalinya Ansel mengatakan hal ini padaku, apakah benar bahwa dia ...' batin Felicia, dengan wajahnya yang sudah merasa panas.
"Ah, hal seperti ini kenapa benar-benar sulit sekali sih di ucapkan?" sambung Ansel dengan menutup wajahnya dengan lengannya.
'Kita apakah sungguh kita saling suka?' batin Felicia, ia tersenyum bahagia, jantungnya pun berdegup begitu kencang.
"Dia memiliki rambut yang panjang, dan lurus," Tutur Ansel lirih.
'Aku tau tipe yang kamu sukai adalah wanita yang berambut panjang, itulah mengapa aku memanjang kan rambutku setelah SMP kelas dua,' batin Felicia, seraya ia melepas kan ikat rambutnya, hingga membiarkan rambutnya terurai.
"Di matanya yang besar, rasanya hanya ada aku seorang," sambung Ansel dengan tatapan yang malu-malu.
'Tentu saja Ansel, aku sudah suka kamu sejak lama, selain kamu aku tidak suka siapa pun lagi, karena itulah aku mulai merasakan bahwa aku sepesial di mata kamu Ansel! Dan aku mulai jatuh hati padamu Ansel!' balas Felicia dengan hatinya.
Ansel pun melanjutkan berjalan dengan pelan, di ikuti Felicia dari belakang nya. Ia menatap punggung Ansel yang tertutup oleh tas gendongnya.
"Waktu aku bersama dia, aku hanya ingin perhatian dan lembut padanya," Tutur Ansel dengan penuh semangat.
"Fei?"
"Hmm, i-iya Ansel?" jawab Felicia gugup.
"Aku ..."
'Ansel akhirnya kamu sadar dengan perasaan kita masing-masing, aku sungguh senang Ansel,' batin Felicia, angin pun berdesir mengikuti arah, daun-daun runtuh seolah-olah ikut mengiringi kebahagiaan Felicia saat ini.
"Aku ... Sepertinya menyukainya,"
'Ansel jangan gugup, aku pasti akan memberikan jawaban terbaik ku untukmu Ansel, ayo katakan lah,' batin Felicia dengan senyum yang tertahan.
"Aku sepertinya jatuh hati pada Tika siswi dari kelas C," sambung Ansel dengan menatap langit yang biru.
"..." Felicia hanya bisa terdiam mendengar ucapan Ansel, ia menghentikan ucapannya yang akan keluar dari mulutnya. Senyumannya yang sedari tadi menghiasi wajahnya kini semakin pudar, Felicia tersenyum miris, memendam kepedihan saat ternyata bukan ialah cinta Ansel.
"Wah, rasanya lega sekali setelah mengatakan pada Fei," ucap Ansel dengan tersenyum bahagia.
"Eh, oh ya ampun. Ansel aku sepertinya meninggalkan ponselku di kelas," dalih Felicia seraya berjalan mundur, ia tersenyum miris.
"Eh," jawab Ansel.
"Aku mau kembali ke kelas dulu ya? Kamu sebaiknya pulang dulu saja, tidak usah tunggu aku. Aku mau ambil ponselku, aku takut hilang jika tidak di ambil," ucap Felicia dengan memutar tubuhnya.
"Em, baiklah. Terimakasih telah mendengarkan curhatan aku ya Fei, rasanya benar benar lega banget,"
"Em .." jawab Felicia singkat, lalu ia pun pergi meninggalkan Ansel, setelah sampai di gerbang ia pun berlari sekencang mungkin, dengan air matanya yang mengalir.
'Tidak, Felicia tidak! Kamu tidak boleh menangis, jangan!' batin Felicia, namun air matanya terus saja berjatuhan.
'Tapi ... rasanya dadaku sakit sekali, jantung ku rasanya perih, rasanya sesak untuk bernapas ...' batinnya, seraya menghentikan larinya,dan berjalan perlahan menuju kelas nya, dengan tatapan matanya yang kosong.
'Air mataku tak bisa ku kendalikan, tak bisa ku tahan dan terus saja mengalir.' gumamnya seraya mencengkram dadanya yang merasa sakit.
Di sisi lain, Kavin saat ini masih berdiri tegap di hadapan mr. Hans, ia menyerahkan sebuah buku catatan yang di tugaskan oleh mr, Hans.
"Pak guru sudah ku isi semuanya, silahkan anda cek lagi," ujar Kavin.
"Ini yang terakhir! Semangat lah Kevin!" ucap mr, Hans dengan menyerah kan satu buku lagi kepada Kavin.
"Maaf Pak, nama saya Kavin bukan Kevin," jawab Kavin seraya menerima buku tersebut.
"Ini yang terakhir ya Kevin," sambung mr. Hans, Kavin yang mendengar ucapan mr. Hans hanya bisa sabar dan mengalah.
'Eh,' Kavin melihat ke arah jendela, ia melihat seorang gadis yang berlari menuju sekolah.
'### Dia kembali lagi? Apakah karena ponselnya yang tertinggal?' batin Kavin.
Felicia pun memasuki ruangan kelas 10D, lalu ia berdiri di balik tembok dekat pintu kelas tersebut, ia menatap langit-langit ruangan tersebut dengan air matanya yang bercucuran.
Lalu ia pun menjatuhkan tubuhnya, hingga kini ia bersimbah di lantai, 'aku kira aku adalah wanita pertama yang akan mendengarkan ucapan "aku suka kamu" Ternyata aku hanyalah wanita pertama yang bisa mendengarkan isi hatimu kepada wanita lain,'
'Aku kira aku akan menjadi wanita paling beruntung di dunia ini, tapi kamu malah bilang, bahwa kamu menyukai gadis lain!' tangis Felicia pecah.
"Ansel kenapa! Kenapa Ansel! Huaaah haaah haah hah... "
"Kenapa yang kamu suka bukan aku saja! Kenapa kamu tak pernah melihat aku Ansel! Kenapa kamu tak sadar bahwa aku jatuh cinta sama kamu! Kenapa kamu malah jatuh cinta pada gadis yang baru kamu kenal? Kenapa Ansel aaahhh haaaaa!" gerutu Felicia dengan mengais tersedu-sedu.
Sedangkan di ruang kantor sekolah, Kavin saat ini sedang fokus mengerjakan tugas yang di berikan oleh mr, Hans.
"Selsai," Kavin telah selesai mengerjakan tugas tersebut, lalu menyerahkan kepada mr, Hans.
"Tunggu!" Kavin pun hendak pergi meninggalkan ruangan tersebut, namun di cegah oleh mr, Hans. Lalu mr, Hans pun beranjak dari duduknya dan pergi ke ruangan nya, lalu mengambil sesuatu yang entah apa itu.
"Aku ada hadiah untuk kamu," sambung mr, Hans.
"Tidak usah Pak," tolak Kavin segera tanpa basa basi, namun mr. Hans tetap kekeh memberikan Kavin sebuah cemilan.
"Ini untukmu," ujar mr, Hans seraya menjulurkan tangannya dan memberikan cemilan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments