2. kesialan apa?

Felicia menepuk kedua tangannya, dan meyakinkan dirinya. bahwa ia tak mungkin bisa bertemu lagi dengan pria yang baru saja ia temui dan langsung menyatakan cinta.

"Aha ... ya begitu, tak mungkin dan tak akan mungkin, hehehehe," gumam Felicia dengan senyuman yang mengerikan.

Lalu tiba-tiba ada seorang yang menarik kursi di samping Felicia, yaitu yang akan menjadi teman satu bangkunya.

"Hai ... salam kenal," sapa Felicia dengan senyuman hangatnya, tanpa melihat wajah orang tersebut.

Namun seketika Felicia terdiam dan terpaku saat melihat siapa yang akan menjadi teman satu bangkunya. Ternyata pria yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu, seraya mengatakan cinta padanya.

"Eh ..." pria tersebut juga terlihat canggung.

Sontak saja Felicia langsung memutar kepalanya ke arah jendela, dan mencoba menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya.

'hah! tidak!' jerit Felicia dalam hati.

Sedangkan siswa-siswi lain sedang asik berbincang dan memperkenalkan diri masing-masing ke temen satu bangkunya.

"Kamu masuk club apa?" tanya siswa ke teman satu bangkunya

"Club sepak bola,"

"Eh, kita sama."

"Mau masuk club sepak bola bersama?"

"Oke." jawab siswa lainnya

"Kamu dari SMP mana?" tanya seorang siswi kepada teman satu bangkunya.

"Aku dari sekolah SMP Nusantara Bangsa,"

"Oh, keren. Aku dari sekolah SMP sinar BPK."

"Wah, kebetulan salah satu temanku ada yang sekolah di sana,"

"Oh, benarkah? Oh yah boleh aku minta nomor ponselmu?"

"Boleh, 0838989898989."

"Oke aku save yah, nanti aku akan hubungi kamu. Setelah kita pulang sekolah." ucap siswi tersebut.

Namun berbeda dengan Felicia, ia hanya diam membisu seraya menahan rasa canggung dan bercampur malu. Begitu pula dengan si pria, ia hanya terdiam seribu bahasa.

Si pria memalingkan wajahnya seraya menutupi mulutnya, sedangkan Felicia melihat ke arah jendela dengan wajahnya yang pucat.

'Masa indah SMK-ku berakhir begitu saja, huaah...' batin Felicia menangis.

Seorang pria yang amat tinggi dan tampan, juga cool masuk ke dalam ruang kelas tersebut. Seketika semua siswa-siswi terdiam, semua memandangi pria berjas hitam yang tampan tersebut.

Pria tersebut pun masuk ke dalam ruang kelas tersebut dengan wajahnya yang terkesan dingin dan cuek.

"Semuanya,kembali ke tempat masing-masing!" perintah pria tersebut, dengan wajah datarnya.

Namun semua siswa-siswi masih terpaku, melihat pemandangan di depannya. Semua siswa begitu iri akan ketampanan pria yang saat ini ada di depannya.

Sedangkan siswi terpana akan ketampanan pria tersebut, walaupun dingin dan terkesan sombong dan angkuh, namun itu tak mengurangi kesan cool dan ketampanan pria tersebut.

"Perkenalkan, aku guru wali kelas kalian," ucap pria tersebut.

"Kalian bisa memanggilku Mr.Hans," sambungnya.

"Sekarang, mari kita saling berkenalan dulu." ujarnya.

Semua siswa-siswi masih terpana akan ketampanan pria tersebut, mereka masih di tempat dengan keadaan berdiri seraya menatap penuh kagum.

Namun Mr. Hans tak menghiraukan tatapan Siswa-siswinya, ia menatap ke arah mereka dengan wajah datarnya.

"Mulai dari baris dekat jendela, berdirilah!" perintah Mr. Hans.

"Ah ... cinta terlarang guru dan murid," terdengar keributan siswi lain.

"Mr, Hans tipe cowok kesukaan aku," sambung yang lainnya.

"Jangan pada GR deh, Mr Hans melihat ke arahku lebih dulu tau," ujar yang lain.

"Wah, Pak guru menatapku."

Keributan terus terdengar di kelas 10D, wanita maupun pria terus berdebat akan ketampanan wajah gurunya itu.

Namun berbeda dengan sepasang yang berada di paling pojok, yang kini saling diam dan mengalihkan pandangan masing-masing. Siapa lagi kalau bukan Felicia dan teman satu bangkunya.

"Ah, i-itu Mr Hans. Siswi di sebelahku mimisan," ujar salah satu siswa seraya menunjuk siswi di sebelahnya.

Mr. Hans terdiam, ia benar-benar di buat emosi oleh para anak didiknya yang baru. Ia hanya bisa menatap tajam ke arah siswa yang berteriak tersebut.

Terlihat siswa yang di tatap oleh Mr. Hans begitu panik, dan gugup. Ia berdiri dengan tegak, keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya.

'Aduh bagaimana ini!' batin siswa tersebut dengan membuka mulutnya lebar-lebar.

Mr. Hans mengalihkan pandangannya dan melihat siswi yang tersipu malu.

"Kamu," ucap Mr. Hans singkat dengan ekspresi datar.

Gadis tersebut semakin merona di kala Mr. Hans bertanya kepada gadis tersebut, siswi tersebut mengalihkan pandangannya lalu melirik sekejap.

Mr. Hans hanya bisa diam, dan semakin kesal di buat oleh para anak didiknya. Karena siswi tersebut hanya diam seribu bahasa, Mr Hans pun melangkah maju. Kini gadis tersebut menundukkan kepalanya, dan Mr Hans menanyakan ulang dengan jelas.

"Tidak usah gugup, cukup perkenalkan dirimu saja." ucap Mr Hans.

"Aku ... aku ... aku ..." jawab gadis tersebut dengan terbata-bata.

Namun detik berikutnya, gadis tersebut menengadah kan wajahnya dan melihat ke arah Mr Hans.

"80,62,82 ... Ukuran tubuhku!" sambung gadis tersebut dengan suara keras, dan wajahnya yang merah merona.

Mr Hans yang mendengar jawaban tersebut semakin emosi, ia menunjukkan wajah dinginnya.

'Oh begini kah perkenalan diri zaman sekarang? Sepertinya memang aku yang sudah tua, ada banyak ~~~~perbedaan generasi.' batin Mr Hans.

Mr Hans melanjutkan langkah kakinya tanpa menghiraukan siswi tersebut.

"Ok duduk," ucap Mr Hans, dengan nada cuek.

"Eh ... Tapi aku belum selesai," ucap siswi tersebut dengan nada kecewa.

Mr, Hans pun merasa kesal, ia berhenti di meja selanjutnya.

'Masih perlu bicara apa lagi?' batin Mr Hans, dengan ekspresi wajahnya yang suram.

"Berikutnya," ucap Mr, Hans.

'Tapi aku belum mengutarakan perasaanku padamu Mr,' batin siswi tersebut dengan wajah penuh kekecewaan, terlihat wajahnya yang nge blush ketika melihat wajah tampan sang guru.

Macam-macam gaya siswa-siswi yang aneh di kelas tersebut, dan sifatnya yang terbuka dan sesuka hatinya.

Kini Mr Hans hanya diam di tengah-tengah tempat duduk para siswa-siswi tersebut, ia benar-benar merasa kesal namun sebisa mungkin ia tahan.

Kini giliran seorang siswa dengan gaya rambut yang menjulang ke atas, di sertai kacamata yang bulat, "saya ingin menjadi seorang peneliti," ucap siswa tersebut dengan lantang.

Sedangkan di bangku lain, terlihat seorang siswi yang wajahnya merah merona. Ia terus menatap seorang siswi lainnya, yang berambut pendek dengan tatapan matanya yang tajam. 'Wangi, wanita yang sama, yang memiliki hobi yang sama denganku,' batin gadis tersebut.

Mr, Hans menatap ke arah gadis yang menatapnya dengan tajam, terlihat gadis tersebut begitu banyak mengeluarkan energi hitam. Dan entah apa yang ia gumam kan sedari tadi, Mr Hans merasa risih terus di tatap begitu.

'Astaga apakah aku sedang di kutuk?' batin Mr Hans, dengan keringat yang bercucuran.

Tiba-tiba siswa yang duduk di samping gadis tersebut berdiri, dengan wajahnya yang penuh cahaya dan percaya diri. 'Situasi macam seperti ini, biarkan aku saja yang pecahkan.' batin pria tersebut.

"Perkenalkan namaku Rendra, aku selalu menjadi ketua kelas semenjak masih TK hingga SD," ucapnya dengan lantang.

"Jadi ... Aku harap aku juga bisa jadi ketua kelas di sini," sambungnya, dengan wajah yang berseri-seri.

"Menurut pengalamanku, ketua kelas itu haruslah seorang yang ...."lanjut dengan ocehan yang panjang kali lebar tanpa hentinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!