13. rahasia

Felicia membayangkan kejadian kemarin sore di taman, di mana ia melihat penampilan Kavin yang menjadi banci. 'Gimana ini? Gimana aku akan bertemu Kavin? Tapi kemarin dia bilang padaku, untuk menjaga rahasianya ...' batin Felicia, seraya menatap ke arah meja tempat duduknya. Terlihat di sana sudah ada Kavin yang sedang duduk terdiam.

'Tapi apa yang harus di rahasiakan? Apakah tentang lari bersama pas di kejar sama preman gang kecil itu? Atau tentang dia hampir di perkosa oleh paman mesum? Atau tentang dia siswa yang memiliki kerja sampingan? Ataukah tentang bosnya yang suka menyuruh Kavin menggunakan rok mini, wig?' gumam Felicia, seraya membayangkan kejadian-kejadian kemarin.

Felicia pun masuk dan menghampiri Kavin saat ini, ia menarik kursinya dan meletakkan tasnya di laci mejanya. Felicia pun buru-buru keluar menuju lapangan untuk melakukan perkenalan ke semua siswa-siswi kelas 10.

 

"Selamat pagi semuanya? Para siswa-siswi baru selamat kalian telah bergabung di SMK ini, semoga kalian menjadi anak berprestasi, oh yah karena cuacanya hari ini lumayan panas. Jadi tak lama-lama karena para guru dan OSIS lain sudah kepanasan, kita per singkat saja waktunya. Pertama kita saling kenalan, lalu kita melakukan pemanasan dengan melakukan gerakan jasmani atau senam pagi." ujar sang guru.

Lalu mereka pun berbaris, para guru memperkenalkan diri mereka begitu juga para OSIS, tidak ada MOS dan sebagainya, mereka telah membubarkan acara semacam MOS, karena di anggap kurang baik dan sudah ada korban di sekolah lainnya. Hingga MOS pun di hapuskan di seluruh sekolah.

Setelah melakukan senam, mereka pun di bubarkan dan bebas untuk melakukan olah raga lain, sedangkan Felicia ia memilih untuk menyendiri di bawah pohon besar yang berada di pinggir lapangan basket. 'Hah, lelah banget. Udah panas malah pemanasan, apaan tuh! Gurunya malah bubar nggak ikut dengan kami senam, sedangkan OSIS mereka meneduh di bawah pohon-pohon melakukan gerakan, ya enak lah gak gerah,' gerutunya.

'Hmm, di pikir-pikir. kemarin banyak hal yang terjadi pada kami,' gumamnya seraya mengelap air keringat yang bercucuran di wajahnya, hingga kini ia tiba di bawah pohon besar. Matanya langsung tertuju ke arah seseorang yang ada di bawah pohon tersebut, dengan menyenderkan tangannya di batang pohon besar itu.

Felicia membulatkan kedua matanya lebar-lebar, ia terpana akan sosoknya. Ia sedang berdiri seraya menghadap ke langit yang biru bersih, di ikuti daun yang berguguran seolah-olah menyempurnakan sosoknya saat ini.

"Wah!" tanpa sengaja Felicia mengeluarkan suara dari bibirnya, hingga membuat si pria tersebut menoleh ke arahnya. Felicia pun gugup di buatnya.

"Pagi?" sapa Felicia dengan wajahnya yang merona.

"Pagi," jawab pria tersebut, pria itu adalah Kavin, Kavin terbiasa menyendiri dan pendiam.

"Hahaha kebetulan sekali yah?" ujar Felicia dengan mengalihkan pandangannya, ia merasa gugup dan malu. Sedangkan Kavin hanya terdiam seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Sungguh tidak adil, hanya kamu yang bisa melihat ekspresi wajahku. Tapi aku tidak bisa melihat ekspresi wajahmu," gerutu Felicia dengan menutup mulutnya dengan lengan kanannya seraya malu-malu.

Kavin mendengar gerutuan Felicia pun terdiam, ia menatap wajah Felicia dan menghadap ke arah Felicia, "penasaran?" tanya Kavin singkat padat dan jelas.

Mendengar ucapan Kavin Felicia pun terkejut, ia membuka wajahnya, lalu melihat ke arah Kavin. "Hah?"

"Hari ini jam kosong, ayo lomba lari 400 meter dengan ku." sambung Kavin dengan nada serius.

Mendengar ajakan Kavin membuat Felicia ternganga, ia tak percaya akan apa yang ia dengar, 'apa! 400 meter? Maraton? Apa-apaan dia ini!' gumam Felicia.

"Ujian olahraga kamu juga sempurna bukan?" Sambung Kavin.

"Em, iya betul emang ada apa ya?" jawab Felicia seraya melontarkan pertanyaan pada Kavin, dengan menunjukkan ekspresi curiga. 'Kenapa dia tiba-tiba menantang aku! Apakah dia mau balas dendam atau apa?' batin Felicia.

"Kalau nanti kamu menang ... Akan aku perlihatkan ini," ujar Kavin seraya menunjuk ke wajahnya, mendengar ucapan Kavin, Felicia langsung mengubah ekspresi wajahnya seketika. Ia langsung tersenyum bahagia, Ia pun melangkah kan kakinya, mendekati Kavin.

"Ah, benarkah? Sungguh?" jawab Felicia seraya melontarkan senyuman manisnya, namun seketika Ia merubah ekspresi wajahnya lagi. 'Tunggu dulu! Tidak, kita tidak bisa beradu di jam kelas olahraga, nanti akan jadi tontonan orang-orang!' batin Felicia.

"Baiklah aku setuju, tapi ... ganti ke malam hari," sambung Felicia dengan memberanikan tekadnya, ia benar-benar penasaran akan wajah Kavin, sedangkan Kavin tau bahwa Felicia penasaran akan penampilan alisnya.

"### Ok!" jawab Kavin singkat.

Bel pulang sekolah telah berbunyi, para siswa-siswi bergegas pulang menuju rumah masing-masing, Felicia pun melangkah keluar dari gerbang sekolah favorite tersebut, dengan menunjukkan wajah yang gugup.

'Akhirnya Bel pulang berbunyi, aku agak tertantang!' gumam Felicia namun terlihat jelas dari raut wajahnya ia benar-benar gugup. Ia melewati Kavin yang berada di depannya, "nanti malam jangan kabur loh ya!" ujar Felicia tanpa melirik ke arah Kavin.

"Ok!" Jawab Kavin seraya memutar kepalanya, namun Felicia lari secepatnya, "aku pulang bersiap dulu!" Teriak Felicia seraya buru-buru meninggalkan Kavin.

Ia hanya bisa terdiam melihat tingkah gadis tersebut, tanpa ia sadari bibirnya menimbulkan senyuman.

 

Sesampainya di kediamannya, Felicia bersiap-siap untuk lomba lari nanti malam, ia mulai melakukan pemanasan di kamarnya.

"Fei! Makan malam nak ..." ajak mama Felicia.

"Ya Mah," jawab Felicia, ia pun membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.

"Malam Mah," sapa Felicia.

"Malam sayang, kamu kok menggunakan hoodie? Mau kemana nak?" tanya mama Felicia seraya memperhatikan penampilan putrinya.

"Oh ya mah, Fei mau keluar sebentar. Mau ke rumah teman," jawab Felicia.

"Rumah teman? Sama Ansel?" tanya mama seraya menyuguhkan lauk pauk pada suaminya.

"Bukan mah, tapi teman satu kelas sama Fei. Kami ada kerja kelompok tentang kisi-kisi sekolah, masalahnya kan Fei jadi wakil ketua kelas bahasa Inggris, sedangkan dia menjadi sekertaris." jelas Felicia.

"Oh begitu, ya sudah nggak apa-apa nak, apakah perlu papa antar?" jawab papa seraya menawarkan dirinya untuk mengantarkan putri semata wayangnya.

"Tak usah lah pah, lagian deket kok." jawab Fei dengan wajah gugup.

"Ya sudah ya sudah, yang penting jangan pulang terlalu malam," Sambung mama Felicia.

"Hmm, Fei janji nggak akan malam-malam kok mah, nanti sebelum jam 9 Fei sudah pulang," jawab Felicia meyakinkan kedua orang tuanya.

"Apakah perlu bawa uang?" tawar papa.

"Nggak usah lah pah, Fei cukup bawa air mineral satu botol itu sudah lebih dari cukup." tolak Felicia.

"Oke, ya sudah mari makan semuanya," ajak mama Felicia lalu mereka pun makan malam bersama.

 

"Mah Fei izin pamit ya! Do'akan Fei ya mah," Uang Felicia.

Mama Felicia hanya bisa tersenyum dan mengulas rambut Felicia. Felicia pun pergi dari rumahnya menuju sebuah tempat perjanjian mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!