6. kelinci merah

'Astaga kenapa masih saja diam? Kenapa tidak melanjutkan ucapannya? Apakah selain tak punya alis juga suka menunda-nunda jawaban?' Batin Felicia dengan mengekspresikan wajah yang kesal.

'Atau mungkin dia mau menghindari dari pertanyaan ku ini? Apa dia malu? Hehehe tenang saja aku masih memiliki trik lainnya,' batinnya.

"Ah jika kamu tidak mau memberi tahu ya sudah, itu mungkin privasi kamu kan? Hehehe," ucap Felicia.

Namun tak seperti dugaannya, Kevin tetap bungkam seraya menggaruk tengkuk lehernya. Dan ia memalingkan wajahnya ke sisi lain. "Hmmm, itu ..." ucap Kavin tanpa memutar kepalanya.

"Ya ya ada apa?" jawab Felicia dengan senyuman kemenangan, ia mengira bahwa rencananya berhasil dengan mengatakan kalah, dan Kavin akan menunjukkan wajahnya kepadanya.

"Anu, kamu kelinci merah mudanya terlihat. Rok mu tertiup angin, dan sekarang masih terkesiap hingga kelinci merah muda itu ..." ucap Kavin seraya memalingkan wajahnya.

Felicia begitu tercengang, ia langsung melepaskan tangan Kavin, dan menurunkan roknya ke bawah. Ia benar-benar merasa malu tak tertahankan. Wajahnya merah merona bak kepiting rebus, niatnya ingin membongkar dan menyingkap wajah Kavin justru malah kembali kepada dirinya sendiri.

'Astaga! Yang terungkap dan tersingkap justru malah aku? Bagaimana nasib masa depanku nanti, aku malu sekali, apakah masih bisa memiliki pacar dan menikah nantinya? Huaaaahh aku benar-benar malu,' jeritan hati Felicia.

Dengan wajah yang merah merona, Felicia memberanikan menatap ke arah Kavin, Ia tertawa bak orang bodoh. dengan kedua tangannya yang mencoba menutupi bagian belakangnya yang montok dan seksi, yang baru saja terekspos tanpa sengaja oleh angin yang begitu kencang.

"Hmmm, oh astaga! Aku lupa!" ucap Felicia .

Kavin pun memutar kepalanya ke arahnya, "aku baru ingat, aku masak sup di rumah dan ... dan aku harus menambahkan air," ucapnya dengan asal.

'Bodoh amat nggak nyambung, asal aku kabur dulu saja dari dia, aku benar-benar malu dan tak tahan. Rasanya ingin memutar waktu kembali,' batin Felicia.

"Aku duluan yah, hahaha ..." ucapnya seraya lari dengan cepat.

Kavin hanya bisa bungkam, ia melihat kepergian Felicia yang begitu cepat melarikan diri. Dengan tangannya yang masih saja memegang bokongnya, Kavin benar-benar khawatir akan kondisi Felicia. "Tapi apakah benar tidak apa-apa dengan dandanannya? Bagaimana jika mama papanya melihat anak gadisnya pulang sekolah dengan keadaan begitu?" Batin Kavin.

 

Felicia kini telah sampai di depan rumahnya, ia tak menghiraukan tatapan orang-orang di sepanjang jalan barusan. Ia masih belum sadar akan penampilannya yang amburadul, dari mulai wajahnya hingga caranya berpakaian yang bak anak nakal, menggunakan pakaian yang di ikat hingga menunjukkan perutnya yang ramping, lengan tangan yang ia singkapkan, dan belahan dada yang begitu terlihat seksi.

"Mah aku pulang ...." ucap Felicia seraya membuka pintu rumahnya.

"Feifei sudah pulang ..." jawab mama Felicia, dengan tersenyum bahagia menyambut kedatangan putrinya yang baru saja masuk sekolah barunya.

"Bagaimana hari pertamamu nak?" sambung sang Papa, yang sedang asik membaca koran seraya menyeruput kopi.

Namun setelah Felicia masuk, dan kini ada di depannya, berapa terkejutnya mereka melihat penampilan putri semata wayangnya saat ini. Mereka tetap tersenyum seperti semula dengan keadaan membatu,Tak bisa berkata-kata lagi.

"Oh, SMA sangat menyenangkan sekali ... A-aku mandi dulu ya Ma ... Pa ..." jawab Felicia dengan wajah pucat.

"Mah! Feifei masuk sekolah ternama kan? Kenapa gayanya seperti itu Mah?" seru Papa Feifei dengan wajah panik.

"Papah jangan terlalu panik begitu, jangan sudzon dulu pah. Mungkin saja Feifei di kerjain sama kakak kelasnya, kaya jaman dulu kita juga seperti itu kan Pah?" jawab mama dengan santai, namun hatinya tetap sama panik dengan sang Papa. Ia takut anaknya benar-benar masuk ke geng sekolah yang salah.

Brak ....

Felicia menutup pintu kamarnya dengan begitu kencang, hingga membuat kedua orang tuanya terkejut. Feifei mendengar semua percakapan kedua orang tuanya barusan, belum lagi sepanjang jalan ia di tatap oleh banyak orang, dengan tatapan mata yang sinis dan benci juga jijik.

"Ahh ...." teriak Felicia histeris.

"Lihat kan pah? Benar-benar di kerjain anak ini, dia saja sampai terkejut melihat penampilannya saat ini," ucap mama Felicia dengan tersenyum manis ke suaminya.

"Ia ya Mah, ternyata SMA jaman sekarang sama saja mainnya kaya jaman kita ya Mah. Papa kira sudah tidak jaman main begitu," jawab Papa Felicia.

Sedangkan di ruangan lain, saat ini Felicia benar-benar syok, saat melihat penampilannya di depan cermin besarnya. Ia tak percaya bahwa ia benar-benar seperti badut ancol, bahkan penampilannya melebihi anak nakal di jalanan.

'Lalu ini gimana ini? Cara bersihinnya, dan yang aku kenakan adalah spidol permanen. Aku benar-benar bodoh, aku tadi saking terburu-buru dan gak menemukan ide, hingga tak berfikir dengan baik-baik.' batin Felicia.

"Oke! Jangan panik Felicia! Ingat masalah apapun masih ada mbah mu itu, yang baik hati dan tidak sombong, selalu memberi jawaban yang bagus dan solusi yang tepat." gumamnya dengan tersenyum konyol.

Ia pun mengambil benda pipih miliknya, dan membuka googling, dan langsung mengetik 'cara menghilangkan spidol permanen,'.

"Aha ini dia!" gumamnya, setelah selsai menemukan berbagai jawaban dari mbah yang Ia maksud.

Senyuman di bibir Felicia secara perlahan pudar, dan kini berubah menjadi menganga tak percaya akan jawaban Mbah googling.

'Cara menghapus spidol permanen, minyak angin dapat menghapus noda spidol permanen, dengan cara meneteskan atau menggunakan kapas, dengan secara berulang kali pemakaian.' Kata mbah googling.

"Apa! Menggunakan minyak angin! Secara berulang?" Gumamnya dengan wajah pucat.

Felicia pun menatap ke arah meja riasnya, dan terlihat minyak angin botol kaca yang masih begitu penuh. Mata Felicia bergetar hebat, namun ia tetap ingin mencoba melakukannya.

'Demi wajahku ini, aku harus mencobanya. Mbah google aku percayakan semuanya padamu, jika salah jangan harap aku akan memakai kamu lagi ...' batin Felicia seraya menatap ke arah minyak angin, ia masih memegang smartphone miliknya, yang tertera gambar minyak angin dan penjelasannya.

Felicia pun menghampiri meja riasnya, ia meletakkan smartphone miliknya, lalu ia mengambil minyak angin tersebut. Dan membuka tutup minyak angin, setelah itu ia membuka laci yang ada di meja riasnya. Ia ambil satu buah katunbod lalu mengoleskan minyak angin di katunbod tersebut.

'Ku coba sedikit dulu saja,' batinnya.

Ia pun masuk ke dalam kamar mandi seraya membawa minyak angin tersebut, setelah sampai di kamar mandi, Felicia bercermin lagi dan melihat wajahnya yang benar-benar mengerikan.

Ia memberanikan diri untuk segera mengoles minyak angin tersebut ke area matanya terlebih dahulu, dengan pupil matanya yang bergetar hebat, dengan wajahnya yang mulai pucat. Namun Ia tidak ragu lagi.

"Oke mari kita coba! Felicia ingat lah ini semua demi wajahmu! Ingat itu! Ayo kita coba!" Seru Felicia menyemangati dirinya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!